Kemudian ikut ambil bagian dalam perdamaian antara ‘Kubu Cipete’ dan ‘Kubu Situbondo’. Dan idenya dalam pembangunan Yayasan Kesejahteraan Muslimat
NU tahun 1963 dan Yayasan Kemaslahatan Keluarga NU tahun1978. Sehingga beliau dipercaya sebagai pemimpin dari yayasan berdiri hingga beliau wafat tahun
1994.
76
Perhatiannya kepada generasi muda cukup besar. Bahkan, menjelang akhir hayatnya, beliau masih memikirkan angkatan muda NU, khususnya kalangan
Fatayat
77
dan Muslimat NU. Beliau selalu berpesan kepada putrinya, Aisyah Hamid, agar selalu melestarikan kedekatan dengan angkatan muda, sehingga
merasa terayomi.
78
F. Pejuang Peningkatan Status, Hak dan Peran Perempuan Melalui
Muslimat NU
Hampir semua organisasi perempuan di Indonesia memiliki program kerja yang sama karena disusun berdasarkan kebijakan tentang peranan perempuan di
sektor publik. Pada umumnya, organisasi perempuan memiliki visi dan misi yang sama, yakni ingin memperjuangkan peran dan kesejahteraan perempuan di
berbagai lingkungan baik domestik maupun publik. Tetapi peranan organisasi
76
Muhammad Dahlan dkk, ed., op. cit., h. 60.
77
Organisasi dari federasi Nahdlatul Ulama. Di awali dengan keaktifan tiga pemudi Nahdlatul Ulama dalam mengorganisir kegiatan-kegiatan kaum pemudi Nahdlatul Ulama.
Kemudian mendirikan Fatayat, dengan SK PBNU No. 574 U Peb pada 26 Rabiu‘stani 1369 atau 14 Februari 1950. Pengakuan resmi DEWAN Pimpinan Fatayat NU sementara adalah Tiga
Serangkai itu. Pada Muktamar ke-XVIII di Jakarta mengesahkan Fatayat NU menjadi badan otonom dari NU.
78
Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Agama, Negara dan Bangsa,Jakarta: PP Muslimat NU, 1996, h. 128.
perempuan tergantung pada masing-masing organisasi dalam mengantisipasi berbagai bidang dalam pembangunan.
Dalam rumusan tentang peranan perempuan dalam pembangunan sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 25 tahun 1983 dirumuskan, direncanakan serta
dikoordinasikan dengan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Sesuai dengan analisis Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dalam ‘Analisa Situasi
Wanita Indonesia’ meliputi bidang ekonomi, sosial budaya dan dalam bidang- bidang politik.
79
Hadirnya Muslimat NU dengan sederetan program kerja dan aksinya, menciptakan semacam pembagian tugas dan peran bidang sosial-agama dan
sosial politik dalam pengertian mikro di kalangan masyarakat Nahdliyat yang dilakukan secara lebih spesifik di kalangan perempuan sedangkan Nahdlatul
Ulama berkonsentrasi dalam bidang yang lebih luas. Hal ini terbukti setelah mendapat sentuhan dari kaum ibu Muslimat, bidang sosial ternyata dalam lebih
terurusi dan lebih maju. Nahdlatul Ulama merupakan organisasi besar yang menghimpun jutaan umat dibidang sosial memiliki keterbatasan. Muslimat lahir
dengan fungsi sebagai suplementer dalam menangani bidang sosial.
80
Dalam hal ini Muslimat sebagai warga Nahdlatul Ulama berkewajiban untuk melaksanakan
program Nahdlatul Ulama di bidang ‘perempuan’. Muslimat hadir dengan tiga program utamanya yakni sosial, dakwah dan pendidikan. Bertujuan mengangkat
harkat dan derajat kaum perempuan. Muslimat memberdayakan perempuan dalam
79
Sulastri, et al, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 1996, h. 341.
80
Saifullah Ma’sum dan Ali Zawawi, ed., loc. cit., h. 45.
masyarakat misalnya bidang pendidikan, salah satunya adalah dengan memberikan keterampilan, agar kaum perempuan lebih mandiri.
81
Rasa sosial dan kedermawanan yang tinggi yang dimilikinya, membuatnya lebih mengedepankan kepentingan orang banyak, terutama kepada mereka yang
tergolong kurang mampu secara ekonomi. Bersama dengan teman-temannya, seperti Mahmudah Mawardi dan Asmah Syachroni, Muslimat banyak mencapai
kemajuan khususnya bidang sosial. Beliau sangat bersemangat sekali memperjuangkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah sosial, dan
kesejahteraan warga Muslimat. Selain itu, Solichah dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Ketua I sekaligus Ketua Bidang Sosial.
82
Solichah mudah tersentuh oleh persoalan-persoalan sosial, sehingga ide-idenya banyak mengenai
masalah sosial. Oleh karenanya, warga Nahdliyat terus mempercayainya sebagai ketua dari Bidang Sosial Muslimat semasa hidupnya, yakni mulai dari berdirinya
YKM NU tahun 1963 sampai akhir hayatnya tahun 1994. Susunan kepengurusan YKM NU Pusat terdiri atas: Badan Pendiri, Badan
Pengawas dan Badan Pengurus. Yang termasuk Badan Pendiri , Ny. HSA Wahid Hasyim, Ny. H. Soeparman, Ny. HS Rachmat Mulyomuseno, Ny. Aisyah Hamid
Baidlowi, Ny. Asmah Syahroni, dan Ny. H. Farida Salahuddin. Sedang Badan Pengawas terdiri dari tiga orang: Ny. H. Musyrifah Ali Masyhar, Ny. H. Moh.
Ilyas dan Ny. H. Latifah Hasyim.
83
81
Wawancara Pribadi dengan Ny. Asmah Syachroni, Jakarta, 15 April 2008.
82
Chatibul Umam, “Melalui Berbagai Kesulitan Ibu Wahid Hasyim”, Risalah Islamiyah, No. 7 Spetember 1977, h. 38-39.
83
Asyrofuddin Nur Widodo, “YKM Wujudkan Kesehatan Warga NU”, Yasmin Bulletin Khidmat NU, no. 4, Oktober, 1992, h. 27.
Berkat keuletan Solichah dan usaha teman-teman yang lain, badan sosial tersebut berhasil dikukuhkan menjadi suatu yayasan yang bernama “Yayasan
Kesejahteraan Muslimat” atau disingkat dengan YKM NU. Yayasan yang didirikan pada 11 Juni 1963 ini khusus dibentuk oleh Muslimat untuk menangani
amal sosial di kalangan Muslimat dan perempuan Indonesia pada umumnya dan perempuan Muslimat pada khususnya. Yayasan ini dimaksudkan agar lebih
mengefektifkan pelaksanaan kegiatan sosial yang dilakukan oleh Muslimat. Bu Wahid adalah pemimpin dari yayasan tersebut. YKM NU juga menjadi anggota
dari DNIKS Dewan Nasional Indonesia Kesejahteraan Sosial dan tercatat sebagai anggota NGO UN Coorperation Forum pada 6 Desember 1987 yang kemudian
menjadi PDF Participatory Development Forum.
Untuk melaksanakan program-program Muslimat dalam bidang sosial, dalam hal ini Yayasan Kesejahteraan Muslimat melakukan hubungan kerjasama
untuk memperoleh dan dukungan dengan badan-badan sosial lainnya. Misalnya ke pantiasuhan BKSPA Badan Kerjasama Panti-Panti Asuhan, Dinas Sosial, Dinas
Kesehatan, juga menjadi anggota BPRB Badan Perhimpunan Rumah Sakit Bersalin tingkat DKI. Disamping itu mengadakan kerjasama dengan salah satu
badan sosial di Amerika, khususnya mengenai Keluarga Berencana. Di samping
itu, aktif mengadakan berbagai seminar mengenai masalah sosial. Beliau pernah
menjadi utusan Yayasan Kesejahteraan Muslimat untuk seminar Keluarga Berencana di India. Selain itu juga mengadakan pembinaan yang bersifat ekstern
seperti kursus-kursus, penataran-penataran pada karyawan, guna meningkatkan mutu pelayanan.
84
Sejak awal didirikannya, Muslimat sudah terlibat aktif dalam kegiatan- kegiatan sosial. Setelah berdiri dan berkembangnya YKM NU, kegiatan sosial
makin diperluas hingga meliputi sub bidang perlindungan dan kesejahteraan keluarga seperti yang sekarang dikenal dengan BKIA Balai Kesehatan Ibu dan
Anak, dan sub bidang bantuan, serta sub bidang kesehatan. Selain itu juga mengusahakan penyatunan dan pemeliharaan orang lanjut usia atau jompo yang
terlantar, mengusahakan perbaikan lingkungan hidup bagi perempuan pedesaaan dan menyelenggarakan penelitian, seminar dan pelatihan bagi kaum perempuan.
Kemudian dibentuk pula Ikatan Haji Muslimat IHM NU, yang kemudian menjadi Yayasan Haji Muslimat NU. Di beberapa daerah keberadaanya telah
menjadi sumber pendanaan yang potensial untuk keperluan organisasi dalam melakukan pelayanan sosial dan kesehatan.
Kegiatan sub bidang sosial kemasyarakatan lainnya dalam YKM NU yang pernah diketuai oleh Bu Wahid telah memiliki wujud konkrit dengan didirikannya
Rumah Bersalin Muslimat, Panti Asuhan Muslimat, Klinik KB dan juga memberikan beasiswa kepada putra-putri yang terlantar serta kunjungan yang
kontinyu ke panti-panti sosial. Hal ini diilhami dari Hadits Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa memelihara anak yatim Islam di rumahnya, yakni diberikannya minuman dan makanan untuknya, Allah SWT pasti akan
84
Chatibul Umam, “Melalui Berbagai Kesulitan Ibu Wahid Hasyim”, Risalah Islamiyah, No. 7 Spetember 1977, h. 39.
memasukkan mereka ke dalam syurga, kecuali kalau mereka itu mengerjakan dosa yang tidak dapat diampuni.” Hadist Riwayat Imam at-
Turmudzi. Pada saat yang sama pula, beliau juga aktif dalam perkumpulan “Bunga
Kemboja”, sebuah organisasi sosial yang khusus menangani masalah jenazah dan penguburan di Jakarta. Bersama-sama dengan teman-temannya, Ny. Lasmidjah
Hardi dari kalangan Nasionalis, Ny. Anie Walandaoe dari golongan Kristen, dan Mr. Hamid Algadri dari wakil golongan Sosialis, beliau mendirikan Yayasan
tersebut sebagai bukti sosial. Dalam berorganisasi pun beliau merakyat, bukan hanya di tingkat pusat saja,
akan tetapi beliau juga aktif membimbing beberapa organisasi di tingkat yang terendah seperti PKK di kelurahan tempat tinggalnya. Beliau juga sering
mengadakan kegiatan sosial dan penyantunan orang-orang jompo di kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat. Solichah-lah yang mempunyai prakarsa tentang
penyantunan orang-orang jompo ini, yang kemudian didukung oleh lurah dan masyarakat setempat, yaitu semacam rumah singgah orang-orang yang telah
berusia 60 tahun ke atas. Prosedur pelaksaan di panti jompo ini dengan mendirikan dapur umum untuk 40 orang tiap hari. Biayanya setiap hari untuk tiap
orang adalah Rp. 100,-.
85
85
Chatibul Umam, “Sosiawan Muslimah”, Risalah Islamiyah, No. 7 Spetember 1977, h. 42-43.
Tahun 1963, beliau juga mendirikan Pengajian al-Islah. Pengajian ini bermula dari perkumpulan ibu-ibu Majelis Ta’lim di lingkungan Pegangsaan,
Jakarta Pusat. Kegiatannya antara lain sebagai berikut:
86
• Pengajian: Pengajian yang dilakukan dalam bentuk Majelis Taklim, dengan kegiatan: ceramah-ceramah, pengajian rutin ibu-
ibu, remaja dan anak-anak yang diadakan seminggu sekali, dan taraweh.
• Home Care II Pusaka II yakni salah satu bentuk santunan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi orang lanjut usia di daerah
Pegangsaan. Mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan sosial. Adapun pembinaannya di bawah BKKS, tanggal
17 November 1976. • Anak Yatim Non Panti: dengan menyantuni keluarga miskin.
• Santi Asih: berupa bimbingan rohani kepada orang-orang yang sedang mendapat musibah di Rumah Sakit dan yang sedang dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
G. Solichah membangun Image Organisasi Perempuan di Mata Umum