Tahun 1963, beliau juga mendirikan Pengajian al-Islah. Pengajian ini bermula dari perkumpulan ibu-ibu Majelis Ta’lim di lingkungan Pegangsaan,
Jakarta Pusat. Kegiatannya antara lain sebagai berikut:
86
• Pengajian: Pengajian yang dilakukan dalam bentuk Majelis Taklim, dengan kegiatan: ceramah-ceramah, pengajian rutin ibu-
ibu, remaja dan anak-anak yang diadakan seminggu sekali, dan taraweh.
• Home Care II Pusaka II yakni salah satu bentuk santunan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi orang lanjut usia di daerah
Pegangsaan. Mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan sosial. Adapun pembinaannya di bawah BKKS, tanggal
17 November 1976. • Anak Yatim Non Panti: dengan menyantuni keluarga miskin.
• Santi Asih: berupa bimbingan rohani kepada orang-orang yang sedang mendapat musibah di Rumah Sakit dan yang sedang dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
G. Solichah membangun Image Organisasi Perempuan di Mata Umum
Semangat perlawanan yang bersumber dari agama yang kemudian berpadu dengan semangat kebangsaan yang berkobar adalah disebabkan kesadaran akan
adanya hak kemerdekaan bagi seluruh Hindia Belanda Indonesia. Hal ini telah menyulut api revolusi dan mengobarkannya dalam berbagai bentuk kegiatan,
86
Yayasan Kesejahteraan Muslimat, Musyawarah Kerja Nasional, Jakarta: 17-19 September 1988, h. 4-7.
tempat pikiran, dan berbagai kegiatan pengembang kejiwaan. Segala bentuk kolonialisme yang telah dirasakan oleh rakyat bertahun-tahun dengan bentuk-
bentuk feodalisme telah memisahkan rakyat dengan priyayi pribumi, kerja paksa, kemiskinan, kemelaratan dan politik memecah belah penjajah menjadi pendorong
pergerakan kebangsaan sampai pada bentuk kegamaan. Fakta historis membuktikan, dahulu perempuan telah berhasil membongkar
mitos-mitos negatif sekaligus menunjukkan peran penting perempuan di mata umum, yakni sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Misalnya para pahlawan
perempuan seperti: Cut Nyak Dien, Martha Tiahahu, Rasuna Said, Nyi Ahmad Dahlan, Kartini dan lainnya. Dalam lingkungan, perempuan memiliki hak untuk
mengambil keputusan ataupun memimpin, dengan catatan, perempuan harus dapat memiliki kapasitas, kemampuan serta profesionalisme tertentu dia berada. Dari
sini dapat terlihat perempuan memiliki kekayaan peran, karena ia dapat peran domestik juga peran di sektor publik.
87
Solichah selalu berkata, “Bersatulah Muslimat jangan sampai bercerai berai, apapun perbedaan yang terdapat dalam organisasi.” Kita harus tetap membangun
organisasi, dari organisasi biasa, dianggap organisasi orang kampung sampai kita berhasil mengangkat pamor organisasi menjadi diperhitungkan.
88
Beliau mempunyai cita-cita yang tinggi. Visi beliau adalah perempuan Islam harus
mengangkat derajatnya. Hal itu tidak hanya dikembangkan dalam Anggaran Dasar tetapi juga dalam program organisasi. Bagaimana mengangkat derajat perempuan
87
Chatibul Umam, “Wanita dan Kepemimpinan”, Yasmin Bulletin Khidmat NU, ibid, h. 7-8.
88
Muhammad Dahlan, dkk, ed., Sholichah A. Wahid Hasyim, Muslimah di Garis Depan, Jakarta: Yayasan K. H. A. Wahid Hasyim, 2001, h. 155-157.
Islam, tidak hanya perempuan Islam yang berkualitas. Kunci utama yang diperlukan dalam organisasi adalah ketulus-ikhlasan. Sebagai dasar dalam
membangun suatu organisasi, tujuan apapun, pastinya akan menemukan jalan. Salah satu bukti kenangan atas kiprahnya dalam organisasi keIslaman di
tingkat lokal adalah masjid peninggalannya di Ciganjur. Yang yang diambil dari nama kecilnya, “Munawwarah”, diambil dari nama kecilnya. Masjid ini didirikan
pada mulanya dengan swadaya dan bantuan masyarakat sekitar. Dalam hal ini rupanya Solichah telah berhasil menepis stigma-stigma yang berkembang di
masyarakat tentang isu miring mengenai peran perempuan, khususnya perempuan pesantren, melalui aktifitasnya tersebut kepada masyarakat, “ini lho bukti bahwa
perempuan pesantren tak kalah bersaing dengan perempuan kota atau laki-laki sebagai pemimpin dan aktifis masyarakat.”
89
Solichah telah membuktikan bahwa sebagai ibu sekaligus ayah, beliau dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap masyarakat di berbagai lingkungan organisasi. Beliau dapat membagi waktu antara hak dan kewajiban sebagai seorang istri, ibu, juga ayah. Dengan
berorganisasi akan membuat perempuan lebih maju dan ditunjang dengan pendidikan, kaum perempuan tidak hanya bergerak dalam sektor domestik saja
juga dalam ruang publik sehingga dapat menjadi partner sejajar dengan laki-laki. Organisasi Muslimat dianggap kurang modis di awal berdirinya. Oleh
karenanya Solichah selalu mengajarkan berpakaian kebaya dengan menyesuaikan keserasian karena itu merupakan identitas Muslimat. Orang selalu berpikiran
bahwa memakai kebaya akan sulit melangkah padahal tidak. Muslimat bahkan
89
Firdaus, “Pembaharu Citra Diri Perempuan Indonesia”, Khalifah, Edisi 86, 24 April- 07 Mei 2008, h. 5.
mengadakan latihan baris-berbaris sebagai sukarelawati dalam peristiwa Gestapu. Waktu itu, Muslimat melakukan demonstrasi dengan menaiki tank memakai
kebaya. Seragam Muslimat adalah kebaya. Kalau Gerwani menyanyi “Genjer- genjer”
90
, Muslimat menyanyikan Salawat Badar. Muslimat NU bisa membuat dapur umum sampai mengangkat senjata dengan memakai kebaya. Tidaklah sulit
melakukan hal itu dengan menggunakan kebaya. Sampai dengan mata tertutup juga melakukan tembak.
Dengan adanya organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama juga melahirkan organisasi perempuan, kaum perempuan dididik mendapatkan
dididikan yang sesuai dengan kehendak dan tuntutan agama. Dan tentunya disesesuaikan dengan asas dan tujuan Nahdlatul Ulama, suatu perkumpulan yang
sengaja dibentuk untuk mendidik umat Islam ke jalan agama yang seluas-luasnya. Wahab Hasbullah
91
mengatakan bahwa dari kalangan umat Islam, bukan hanya kaum ‘bapak’ saja yang harus dididik mempelajari dan menjalankan
kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah tetapi kaum ibu juga harus mengikuti langkah dan gerakan kaum laki-laki. Mereka harus menjalankan segala yang telah
diwajibkan agama Islam.
92
Organisasi Muslimat kemudian bergandengan dengan kaum muda Fatayat NU agar dapat megnubah citranya yang ‘ortodok’ menjadi
organisasi perempuan Islam yang modern, gigih dan cakap dalam melaksanakan
90
Ant, “Gerakan Genjer-Genjer”, Duta Masyarakat: Pembawa Amanat Penderitaan Rakyat, Tahun ke- XXII, 20 November 1965, h. 1.
91
K. H. Wahab Hasbullah adalah wakil PBNU dari Surabaya pada saat beliau menyampaikan pidatonya dalam Kongres Nahdlatul Ulama ke XIII, Rapat Umum di Pandeglang,
Jawa Barat. Beliaulah yang memberikan petunjuk, nasehat sehingga Muslimat dapat berkembang lebih maju. Dan orang yang pertama kali memberikan kursus kepemimpinan kepada Muslimat di
Madiun 1948.
92
Asyrofuddin Nur Widodo, YKM Wujudkan Kesehatan Warga NU, Yasmin Bulletin Khidmat NU, no. 4, Oktober, 1992, h. 12-14.
tugasnya untuk meningkatkan status perempuan dengan berbagai macam pendidikan.
93
Solichah selalu mengikuti perkembangan Muslimat selalu menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslimat dengan 5 M yakni: Macak,
masak, manak, makarti dan mandiri.
H. Memberdayakan Perempuan Muslimat Nahdlatul Ulama melalui Kursi