Kedudukan Perempuan dalam Agama, Sosial, dan Politik

Sunnah wal Jamaah. Dalam bidang hukum-hukum Islam menganut Mazhab Syafi’I, dalam soal tauhid menganut ajaran Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansyur al-Maturidi, sedangkan dalam bidang tasawuf, lebih menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim al-Junaidi. 38 Organisasi-organisasi Islam yang berdiri pada zaman perjuangan adalah untuk bahu-membahu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Kegiatan dan program-program yang ada lebih mengacu pada pendidikan, dakwah, dan kegiatan sosial yang bernafaskan Islam, atas dasar kebutuhan anggota. 39 Salah satu wadah yang paling efektif dalam melaksanakan agenda kegiatan tersebut, misalnya Muslimat adalah dengan mengadakan Majelis Taklim al-Islah yang sampai sekarang masih berjalan dengan baik di Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat atau yang biasa dikenal dengan Majelis Taklim Masjid Jamie Matraman. 40

H. Kedudukan Perempuan dalam Agama, Sosial, dan Politik

Al-Quran dijelaskan secara implisit, dilarang mencela orang-orang yang mengeluh karena dikarunai anak-anak perempuan. Alasannya cukup jelas, karena semua anak baik laki-laki atau perempuan adalah pemberian Allah. Dalam Islam, perempuan dan laki-laki adalah partner yang sejajar dalam mengendalikan peradaban ini, keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing serta memiliki peran tersendiri. 38 Kacung Marijan, Quo Vadis NU: Setelah Kembali Ke Khittah 1926, Jakarta: Erlangga, 1992, h. 21-22. 39 Sulastri, op. cit., h. 338 40 Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4 April 2008. Sejauh hukum syariat tidak mengingkari peran perempuan dalam masyarakat dan medelegasikan mereka dalam posisi yang netral sejauh al-Quran dan sunnah menyuarakan kesetaraan gender dalam ruang sosial, perempuan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam ruang publik. Setiap perempuan bebas mengekspresikan pandangannya dan memberikan persetujuan atau kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Termaktub dalam al-Quran at-Taubah ayat 71 yang artinya sebagai berikut. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q. S. at-Taubah: 71 Dalam ayat tersebut jelas terlihat bahwa perempuan dan laki-laki memang sudah seharusnya untuk mengerjakan apa yang sudah diperintahkan bersama- sama. Sehingga manusia tidak individual untuk melakukan segala sesuatunya untuk selalu bekerjasama. Karena perempuan adalah penolong bagi laki-laki dan sebaliknya. Kedudukan mulia dan peranan terhormat kaum perempuan itu terdapat dalam al-Quran sebagai perlindungan hukum hak-hak kaum perempuan disamping kewajiban-kewajiban mereka yang wajib dijunjung tinggi. Kedudukan perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama serta kewajiban dan hak yang sama. Masing-masing mempunyai tugas yang akan dipertanggungjawabkan. Perlindungan hukum kaum perempuan termaktub dalam al-Quran Surat an-Nahl ayat 16 yang artinya sebagai berikut. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Q. S. an-Nahl: 16 Dalam ayat tersebut ditekankan bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan dalam agama mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang nantinya akan dipertanggungjawabkan masing-masing manusia. Dan ditekankan pula laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama sesuai dengan apa yang dikerjakan dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Kedudukan perempuan dalam negara, pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia dan pembangunan seluruh masyarakat, agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur serta dapat mengikutsertakan laki-laki dan perempuan sebagai kemitraan yang sejajar. Keharusan perempuan dalam pertisipasi pembangunan adalah perlu dan merupakan realisasi dari Undang- Undang Keormasan No. 8 tahun 1985 yang menyatakan bahwa “Ormas-ormas yang terbentuk adalah berdasarkan sukarela atas dasar visi dan misi yang sama untuk mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Dalam GBHN, pembangunan yang menyeluruh adalah mengikutsertakan laki-laki dan perempuan secara maksimal di segala bidang. Perempuan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk ikut serta dalam pembangunan. Menurut sensus 1990 jumlah penduduk Indonesia 179 juta orang, dengan jumlah perempuan 90 juta orang 50,1 dan perempuan Islam merupakan 87 BPS 1992. Jumlah yang demikian besar tentunya terdapat potensi yang dapat diandalkan dalam pembangunan. 41 Dalam sejarah pembangunan nasional Indonesia, selama tiga dasawarsa ini, pasca kemerdekaan memang sedikit banyak telah memberikan manfaat yang cukup besar terhadap pemberdayaan perempuan. Negara mengakui secara jelas mengenai status perempuan dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi hal ini baru dapat dinikmati oleh sebagian kecil perempuan Indonesia. Dalam gambaran umum mengenai posisi dan kedudukan perempuan dalam negara, terdapat dalam UUD 1945 diantaranya: 42 Pasal 27 ayat 2: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 30 ayat 1: Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara. Bukan hanya agama saja yang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk maju terutama dalam pendidikan, dalam Undang-Undang Dasar 41 Sulastri, op. cit, h. 334. 42 Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Sekretariat Jendral Republik Indonesia, 2003. Negara Republik Indonesia pun ditekankan demikian. Karena kaum perempuan harus dipersiapkan agar dapat membimbing diri sendiri dan calon-calon pemimpin bangsa. Perempuan sekarang, mulai mengalami peningkatan dari berbagai segi dibandingkan dengan peranan perempuan dahulu. Walaupun tidak disangkal pula masih banyak perempuan yang buta huruf, yang menunjukkan tingkatan sosial dalam masyarakat masih dalam taraf rendah. Sejak beberapa tahun ini, pemerintah menjadikan program tersebut sebagai program unggulan pemerintahan dengan nama ‘keaksaraan fungsional’. 43 Walaupun sudah digalakkan namun masih terdapat kendala-kendala yang serius karena kondisi masyarakat yang masih miskin. Dalam hal ini pemerintah banyak melibatkan ormas-ormas perempuan seperti: KOWANI, PKK Pertiwi dan sebagainya sebanyak 80 ormas perempuan untuk menyukseskan program tersebut. Dengan basic Islam, agama mayoritas dalam bangsa Indonesia menjadikan Aisyiah dan Muslimat sebagai ormas khusus dalam penyelenggaraan program tersebut. Karena ini akan lebih mudah terlaksana dengan pemahaman Islam mayoritas Indonesia adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. 43 Wawancara Pribadi dengan Ny. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Jakarta, 4 April 2008.

BAB III SOSOK SOLICHAH A. WAHID HASYIM