58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Tentang Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri
sejak tahun 1988 di saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober Pakto yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama
waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan
dapat saja menetapkan bunga sebesar 0. Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua,
Bogor, tanggal 19-22 Agustus 1990, kemudian diikuti dengan undang- undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil
diakomodasikan, maka Bank Muamalat Indonesia merupakan bank umum syariah pertama yang beroperasi di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat
ini diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan syariah. Namun demikian, adanya kedua jenis bank tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat
Islam lapisan bawah. Oleh karena itu, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan-pinjam yang disebut Baitul Maal wa Tamwil BMT Zainul
Arifin, 1999:26 PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama
diIndonesia yang beroperasi berdasarkan syariah Islam dengan landasan operasi berbasis bagi hasil profit sharing, dibawah undang-undang No. 7
59 tahun 1992 tentang perbankan. Hingga kini bank syariah telah berkembang
pesat, dan sekitar tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Melalui sistem syariah penghimpunan dananya
mengalami peningkatan 52 pertahun dan ini melebihi perbankan dengan sistem konvensional, tidak kurang dari 176 bank syariah telah beroperasi
Jurnal manajeman Gajayana, 2004. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,9 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Banking
IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu
pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
60 sekaligus keberhasilan Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Bank Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Tbk a. Visi
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
b. Misi Menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
B. Hasil dan Pembahasan