60 sekaligus keberhasilan Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Bank Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Tbk a. Visi
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
b. Misi Menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Deskripsi Data Penelitian Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas
elektronik dengan menggunakan program Microsoft Excel, dan SPSS 16.0. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan teknik
61 penentuan sampel, yaitu jugdement sampling atau disebut juga purposive
sampling . Sampel penelitian diperoleh dari laporan keuangan Bank
Muamalat Indonesia Tbk dan data statistik laporan keuangan perbankan syariah yang dihimpun oleh Bank Indonesia selama periode 2005 sampai
dengan tahun 2007, dengan kriteria sampel yang telah dibuat oleh penulis. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 bulan dari data yang
diperolah dengan variabel-variabel yang telah dipilih oleh peneliti, yaitu data bulanan Simpanan Mudharabah SM, data bulanan CAR, ROE,
BOPO, NPF, dan FDR yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia selama tahun pengamatan. Langkah selanjutnya
adalah dengan meneliti laporan keuangan tahunan sampel, untuk mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. a. Simpanan Mudharabah
Dalam hal ini adalah simpanan Mudharabah Trust Financing, Trust
Investment .
Total simpanan
mudharabah merupakan
keseluruhan dana nasabah yang disimpan dalam bentuk tabungan mudharabah
dan deposito mudharabah. Data diperoleh dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data
statistik perbankan Syariah Bank Indonesia selama kurun waktu penelitian. Adapun data Simpanan Mudaharabah adalah seperti yang
ada pada gambar 4.1 sebagai berikut:
62
20 40
60 80
100
BULAN JUNI
DESEMBER 2007
2006 2005
20 40
60 80
100
BULAN JUNI
DESEMBER 2007
2006 2005
Gambar 4.1
Data Simpanan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 data diolah
b. ROE Return on Equity Capital ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income. Kasmir, 2007:280. Data diperoleh dari
laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data statistik perbankan Syariah Bank Indonesia selama kurun waktu
penelitian. Adapun data ROE adalah seperti yang ada pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2
Data ROE Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 data diolah
63
20 40
60 80
100
BULAN JUNI
DESEMBER 2007
2006 2005
c. CAR Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan
cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal tagih. Kasmir, 2007:277. Data
diperoleh dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data statistik perbankan Syariah Bank Indonesia
selama kurun waktu penelitian. Adapun data CAR adalah seperti yang ada pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3
Data CAR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 data diolah
d. FDR Finance to Deposit Ratio FDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Kasmir,
2007:272. Data diperoleh dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data statistik perbankan Syariah Bank
Indonesia selama kurun waktu penelitian. Adapun data FDR adalah seperti yang ada pada gambar 4.4 sebagai berikut:
64
20 40
60 80
100
B U
LA N
FE BR
U A
R I
A PR
IL JU
N I
A G
U S
TU S
O K
TO B
ER D
E S
EM B
E R
2007 2006
2005
20 40
60 80
100
B U
LA N
FE BR
U A
R I
A PR
IL JU
N I
A G
U S
TU S
O K
TO B
ER D
E S
EM B
E R
2007 2006
2005
Gambar 4.4
Data FDR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 data diolah
e. OCR Operating Cost RatioBOPO OCRBOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Kiagus Andi, 2005. Data diperoleh dari laporan keuangan Bank
Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data statistik perbankan Syariah Bank Indonesia selama kurun waktu penelitian. Adapun data
BOPO adalah seperti yang ada pada gambar 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5
Data BOPO Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 data diolah
65
20 40
60 80
100
B U
LA N
FE BR
U A
R I
A PR
IL JU
N I
A G
U S
TU S
O K
TO B
ER D
E S
EM B
E R
2007 2006
2005
f. NPF Non Performing Financing NPF merupakan resiko pembiayaan bermasalah sehingga bank
syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Pembiayaan bermasalah adalah
suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan
yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis
dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss. Data gambar 4.6 di bawah ini menunjukkan data NPF bulanan dari Januari 2005
sampai dengan Desember 2007. Data diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia.
Gambar 4.6
Data NPF Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 data diolah
66 2. Analisis Pengujian dengan Analisis Jalur Path Analisys
Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.
Adapun asumsi analisi jalur mengikuti asumsi umum regresi linear, yaitu:
a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar 0.05
b. Prediktor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate
Standard Deviation c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.
Koefesien regresi signifikan jika T hitung T table nilai kritis d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi
korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan
Watson sebesar 1 dan 3. Untuk menyelesaikan penelitian ini, maka sebelumnya data dapat
diolah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan
variabel seperti di bawah ini:
67
Gambar 4.7
Model Diagram Jalur berdasarkan Paradigma
Keterangan: ROE merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X1
CAR merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X2 FDR merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X3
BOPO merupakan variabel bebas keempat dan diberi simbol X4 NPF merupakan variabel bebas kelima dan diberi simbol X5
Simpanan Mudharabah merupakan variabel tergantung dan diberi simbol Y1
X1
X4 X3
X2
Y
X5
68 b. Menentukan hipotesis, adapun hipotesis yang akan diuji sebagai
berikut: 1 Ada hubungan korelasi antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF.
2 ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara bersama-sama mempengaruhi simpanan mudharabah baik secara sendiri-sendiri
parsial maupun secara gabungan simultan. c. Membuat diagram jalur
Gambar 4.8
Diagram Jalur X1
X4 X3
X2
Y
X5
PyX1
PyX3
PyX4
PyX5 PyX2
rX
1
X
5
rX
1
X
4
rX
1
X
3
rX
1
X
2
rX
4
X
5
rX
3
X
5
rX
2
X
5
rX
2
X
3
rX
3
X
4
rX
2
X
4
69 Diagram jalur di atas hanya terdiri atas satu persamaan
struktural yang juga disebut mempunyai substruktur. X1, X2, X3, X4, dan X5 disebut variabel eksogen dan Y sebagai variabel endogen.
Persamaan strukturalnya dapat dilihat seperti di bawah ini: Y1 = PyX1 + PyX2 + PyX3 + PyX4 + PyX5 +
d. Membuat desain variabel, memasukkan data, menganalisis data, dan menginterpretasi output.
1 Menganalisis Persamaan Regresinya. Pada bagian analisis regresi, analisis dibagi menjadi dua:
pertama melihat pengaruh secara gabungan simultan dan kedua melihat pengaruh secara sendiri-sendiri parsial.
Untuk melihat pengaruh ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara simultan, maka dapat dilihat hasil dari penghitungan
dalam model summary, dengan melihat angka R square R² di bawah ini.
Tabel 4.1
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .820
a
.672 .617
.15269 a. Predictors: Constant, NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR
Sumber: Data diolah
70 Besarnya angka R² adalah 0,672. Angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF terhadap simpanan mudharabah dengan cara
menghitung koefisien determinasi KD dengan menggunakan rumus berikut:
KD = R² x 100 KD = 0,672 x 100
KD = 67,2 Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh ROE,
CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara simultan terhadap simpanan mudharabah
adalah 67,2. Adapun sisanya sebesar 32,8 100 - 67,2 dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, besar
variabilitas simpanan mudharabah yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel ROE, CAR, FDR, BOPO dan NPF 67,2,
sedangkan pengaruh sebesar 32,8 disebabkan oleh variabel lain di luar model ini.
Untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar atau masih salah, maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis
F digunakan untuk melihat pengaruh variabel secara simultan atau secara gabungan sebagaimana tertera dalam tabel di bawah
ini.
71
Tabel 4.2
Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Regression 1.433
5 .287
12.291 .000
a
Residual .699
30 .023
1 Total
2.132 35
a. Predictors: Constant, NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR b. Dependent Variabel: LNSM
Sumber: Data diolah
H0: Tidak ada hubungan linier antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF dengan simpanan mudharabah.
H1: Ada hubungan linier antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF dengan simpanan mudharabah .
Pengujian Uji F dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membandingkan besarnya angka F penelitian F hitung dengan F
tabel. Kedua, membandingkan angka taraf signifikansi sig hasil penghitungan dengan taraf signifikansi 0,05 5.
Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya angka F hitung dengan F tabel, yaitu menghitung F penelitian F
hitung. F hitung menunjukkan angka sebesar 12,291. Membandingkan nilai pada F tabel dengan ketentuan
sebagai berikut: Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan DK dengan
ketentuan numerator: jumlah variabel – 1 atau 6 – 1 = 5 dan denumerator: jumlah sampel sebesar 36. dengan ketentuan tersebut
diperoleh angka F tabel sebesar 2,45.
72 Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
- Jika F hitung F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. - Jika F hitung F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dari hasil perhitungan tadi, didapatkan angka F hitung sebesar 12,291 lebih besar dari F tabel sebesar 2,45. Maka, H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF dengan Simpanan Mudharabah.
Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya angka taraf signifikansi sebesar 0,05 dengan hipotesis sebagai
berikut: Jika sig penelitian 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika sig penelitian 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak Berdasarkan perhitungan di atas, angka signifikansi
menunjukkan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara
ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF dengan Simpanan Mudharabah
. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel ROE, CAR,
FDR, BOPO, dan NPF terhadap Simpanan Mudharabah secara parsial, maka dapat digunakan dengan Uji T, sedangkan untuk
melihat besarnya pengaruh angka beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini.
73
Tabel 4.3
Uji T
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients Model
B Std. Error
Beta t
Sig. Constant
15.562 .511
30.440 .000
ROE .007
.005 .187
1.566 .128
CAR -.010
.015 -.078
-.675 .505
FDR .000
.002 -.047
-.256 .799
BOPO .009
.005 .254
1.852 .074
1
NPF .088
.022 .773
4.090 .000
a. Dependent Variabel: LNSM
Sumber: data diolah
a Pengaruh antara ROE dan Simpanan Mudharabah Menentukan hipotesis:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara ROE dan simpanan mudharabah
H1: Terdapat pengaruh
antara ROE
dan simpanan
mudharabah Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika T hitung T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Didasarkan hasil penghitungan di atas, diperoleh angka T hitung sebesar 1,566 lebih kecil dari T tabel sebesar 1,688
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh antara ROE dengan simpanan mudharabah. Besarnya
74 pengaruh ROE terhadap simpanan mudharabah sebesar 0,187
atau dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,128 yang lebih besar dari 0,05.
b Pengaruh antara CAR dan Simpanan Mudharabah Menentukan hipotesis:
H0: tidak terdapat pengaruh antara CAR dengan simpanan mudharabah
H1: terdapat pengaruh antara CAR dengan simpanan mudharabah
Menghitung besarnya T hitung: Jika T hitung T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak Berdasarkan hasil penghitungan di atas, diperoleh angka
T hitung sebesar -0,675 lebih kecil dari nilai T tabel sebesar - 1,688 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak
terdapat pengaruh antara CAR dengan Simpanan Mudharabah. Kemudian besarnya pengaruh CAR terhadap Simpanan
Mudharabah adalah sebesar –0,078. Hal ini tercermin dalam
angka signifikansi sebesar 0,505 yang lebih besar dari 0,05. c Pengaruh FDR dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis: H0: tidak terdapat pengaruh antara FDR dengan simpanan
mudharabah
75 H1: terdapat pengaruh antara FDR dengan simpanan
mudharabah Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika T hitung T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan hasil di atas diperoleh angka T hitung sebesar -0,256 lebih kecil dari nilai T tabel sebesar 1,688
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh antara FDR dengan simpanan mudharabah. Jika
dilihat dari nilai beta maka besarnya pengaruh FDR terhadap loyalitas adalah sebesar -0,047. Hal ini tercermin dalam angka
signifikansi sebesar 0,799 yang lebih besar dari 0,05. d Pengaruh BOPO dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis: H0: tidak ada pengaruh antara BOPO dengan simpanan
mudharabah H1: terdapat pengaruh antara BOPO dengan simpanan
mudharabah Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika T hitung T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka T hitung sebesar 1,852 lebih besar dari nilai T tabel sebesar 1,688
76 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima Artinya, terdapat
pengaruh antara BOPO dengan simpanan mudharabah. Besarnya pengaruh BOPO terhadap simpanan mudharabah
sebesar 0,257 atau 25,7. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,074 yang lebih besar dari alpha 0,05.
e Pengaruh antara NPF dan Simpanan Mudharabah Menentukan hipotesis:
H0: tidak terdapat pengaruh antara NPF dengan simpanan mudharabah
H1: terdapat pengaruh antara NPF dengan simpanan mudharabah
Menghitung besarnya T hitung: Jika T hitung T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak Berdasarkan penghitungan di atas, maka diperoleh
angka T hitung sebesar 4,090 lebih besar dari nilai T tabel sebesar 1,688 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya,
terdapat pengaruh
antara NPF
dengan Simpanan
Mudharabah . Besarnya pengaruh NPF terhadap Simpanan
Mudharabah adalah 0,773 atau 77,3. Hal ini tercermin dalam
angka signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05.
77 2 Menganalisis Persamaan Korelasinya
Korelasi antara variabel ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF. Untuk mengetahui korelasi antara ROE, CAR, FDR, BOPO,
dan NPF dapat dilihat tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Korelasi
Correlations
ROE CAR
FDR BOPO
NPF Pearson Correlation
1 -.272
-.169 .352
.110 Sig. 2-tailed
.109 .325
.035 .522
ROE N
36 36
36 36
36 Pearson Correlation
-.272 1
-.057 -.407
.084 Sig. 2-tailed
.109 .742
.014 .627
CAR N
36 36
36 36
36 Pearson Correlation
-.169 -.057
1 .349
-.818 Sig. 2-tailed
.325 .742
.037 .000
FDR N
36 36
36 36
36 Pearson Correlation
.352 -.407
.349 1
-.424 Sig. 2-tailed
.035 .014
.037 .010
BOPO N
36 36
36 36
36 Pearson Correlation
.110 .084
-.818 -.424
1 Sig. 2-tailed
.522 .627
.000 .010
NPF N
36 36
36 36
36 . Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Sumber: Data diolah
78 a Korelasi antara ROE dan CAR
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh angka korelasi antara variabel ROE dan CAR sebesar -0,272. Untuk
menafsir angka tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut: Jonathan Sarwono, 2006: 166
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
• 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
• 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar -0,272 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan CAR cukup dan tidak searah karena
hasilnya negatif. Tidak searah artinya, jika ROE tinggi maka CAR tidak berlaku sebaliknya. Korelasi dua variabel bersifat
tidak signifikan karena angka signifikannya sebesar 0,109 lebih besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
b Korelasi antara ROE dan FDR Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara ROE dan FDR sebesar -0,169. Korelasi sebesar -0,169 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan
FDR sangat lemah dan tidak searah karena hasilnya negatif. Tidak searah maksudnya, jika ROE tinggi, maka FDR tidak
berlaku sebaliknya. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikannya sebesar 0,325 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
79 c Korelasi antara ROE dan BOPO
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka korelasi antara ROE dan BOPO sebesar 0,352. Korelasi sebesar
0,352 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan BOPO cukup kuat dan searah karena hasilnya positif. Searah
maksudnya jika ROE tinggi maka BOPO juga akan tinggi. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka
signifikansinya sebesar 0,035 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05.
d Korelasi antara ROE dan NPF Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara ROE dan NPF sebesar 0,110. Korelasi sebesar 0,110 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan
NPF sangat lemah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan, karena angka signifikansinya sebesar 0,522 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05. e Korelasi antara CAR dan FDR
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka korelasi antara CAR dan FDR sebesar -0,057. Korelasi sebesar
-0,057 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan FDR sangat lemah dan tidak searah karena hasilnya negatif.
Tidak searah maksdunya adalah jika CAR tinggi maka belum tentu FDR juga akan tinggi. Korelasi dua variabel bersifat tidak
80 signifikan, karena angka signifikansinya sebesar 0,742 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05. f Korelasi antara CAR dan BOPO
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka korelasi antara CAR dan BOPO sebesar -0,407. Korelasi
sebesar -0,407 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan BOPO cukup kuat dan tidak searah. Tidak searah
maksudnya adalah, jika CAR tinggi maka belum tentu bagi BOPO. Korelasi dua variabel bersifat signifikan, karena angka
signifikansinya sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05.
g Korelasi antara CAR dan NPF Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara CAR dan NPF sebesar 0,084. Korelasi sebesar 0,084 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan
NPF sangat lemah karena hasilnya kurang dari 0,25. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka
signifikansinya sebesar 0,627 lebih besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
h Korelasi antara FDR dan BOPO Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara FDR dan BOPO sebesar 0,349. Korelasi sebesar 0,349 mempunyai maksud hubungan yang cukup kuat dan
81 searah karena hasilnya positif. Searah maksudnya jika FDR
tinggi maka BOPO juga akan tinggi. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena nilai signifikansinya sebesar 0,037
lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05. i Korelasi antara FDR dan NPF
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka korelasi antara FDR dan NPF sebesar -0,818. Korelasi sebesar -
0,818 mempunyai maksud hubungan yang sangat kuat dan searah karena hasilnya menunjukkan angka lebih 0,75. Korelasi
dua variabel bersifat signifikan karena nilai signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05.
j Korelasi antara BOPO dan NPF Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara BOPO dan NPF sebesar -0,424. Korelasi sebesar -0,424 mempunyai maksud hubungan yang cukup kuat
dan tidak searah karena hasilnya negatif. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena nilai signifikansinya sebesar
0,010 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05. Berdasarkan hasil output dari uji regresi dan korelasi
variabel independent terhadap variabel dependen, maka dapat digambarkan hasil diagram jalurnya seperti di bawah ini:
82
ROE
BOPO FDR
CAR
SM
NPF
0,187
-0,047
0,257
0,773 -0,078
0,110 0,325
-0,169 -0,272
-0,424 -0,818
0,084 -0,057
0,349 -0,407
Gambar 4.9
Hasil Diagram Jalur
83
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI