29 syariah
secara sempurna
mengemban fungsinya
sebagai lembaga
intermediasi. Dari 100 dana yang dikumpulkan bank dari pihak ketiga, semuanya disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan FDR kepada sektor
riil. Hal ini menjelaskan bahwa antara CAR dan FDR memiliki hubungan
satu sama lain, apabila modal CAR yang dimiliki oleh suatu bank atau perusahaan tinggi maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kreditaktiva produktif yang beresiko. BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca.
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional, yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan
biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar Andi, 2005.
C. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhamad saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan
30 akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi
hukum Islam, maka praktek mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al- Quran, Sunnah, maupun Ijma’ Adiwarman Karim, 2004: 190
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul atau
berjalan. Pergertian memukul dan berjalan ini sesungguhnya merupakan gambaran seseorang yang menggerakkan tangan dan kaki untuk melakukan
usaha. Sedangkan secara teknis, mudharabah adalah kesepakatan dua pihak, dimana pihak pertama, disebut shahibul maal menyediakan seluruh dana, dan
pihak lainnya menjadi pengelola mudharib. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Namun apabila rugi, maka kerugian itu akan ditanggung pemilik dana selama
kerugian tersebut bukan disebabkan oleh pengelola dana. Jika kerugian itu akibat dari pengelola dana maka ia wajib bertanggung jawab atas kerugian
tersebut Antonio, 2001:137. 1. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada rukun dalam akad mudharabah adalah: a. Pelaku pemilik modal maupun pelaksana usaha
Pelaku, jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni
nisbah keuntungan. Faktor pertama pelaku kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemililk modal shahibul maal, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha mudharib atau ‘amil.
Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.
31 b. Objek mudharabah modal dan kerja
Objek. Faktor kedua objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku.
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek
mudaharabah . Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau
barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill , dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad
mudharabah pun tidak akan ada.
c. Persetujuan kedua belah pihak ijab-qabul Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah
pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum sama-sama rela. Di sini kedua belah pihak harus secara suka rela
bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengontribusikan dana,
sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya mengontribusikan kerja.
Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat yakni nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad
jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua
32 belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan Adiwarman
Karim, 2007:205 d. Nisbah keuntungan
Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat yakni nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad
jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan Adiwarman
Karim, 2007:205 Nisbah Keuntungan Pembiayaan Mudharabah
1 Prosentase. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua pihak, bukan dinyatakan dalam nilali
nominal tertentu. Jadi nisbah kekuntungnan itu misalnya adalah 50:50, 70:30 atau 60:40, atau bahkan 99:1. jadi nisbah keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal, tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah
keuntungan sebesar porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal tertentu.
2 Bagi untung dan bagi rugi. Ketentuan itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang
tergolong ke dalam kontrak investasi natural uncertainty contracts
. Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar,
33 kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba
bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga Adiwarman, 2007:206-207.
2. Simpanan Mudharabah Bank syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan melakukan
aktivitas penghimpunan dana. Bentuk deposito dan tabungan mudharabah adalah usaha penghimpunan dana yang paling umum dalam perbankan
syariah. Dalam aplikasi perbankan, akad mudharabah ini bisa diterapkan
dalam pembiayaan maupun penghimpunan dana. Aplikasi dalam penghimpunan dana inilah yang kemudian disebut deposito mudharabah.
Dalam hal ini deposan bertindak sebagai shahibul maal, sedangkan bank bertindak sebagi mudharib. Deposito mudharabah dapat dicairkan sesuai
jangka waktu yang disepakati 1, 3, 6, atau 12 bulan. Pada saat jatuh tempo nanti, bank akan membagikan keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.
Secara tehnik perbankan, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain :
a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tatacara pemberitahuan keuntungan dan pembagian keuntungan.
b. Sebagai tanda bukti simpanan deposito, bank wajib menerbitkan sertifikat atau tanda bukti penyimpanan deposito kepada deposan.
c. Ketentuan lain yang berkaitan dengan deposito dapat diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, tetap berlaku.
34 3. Kontrak Al Mudharabah
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah tidak diterapkannya bunga sebagai pranata beroperasinya
sistem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam, bunga dapat dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah
Islamiyah. Sebagai gantinya, sistem ekonomi Islam menggantinya dengan pranata “bagi hasil” yang dihalalkan oleh syariah Islamiyah berdasarkan
Al Quran dan Al Hadist. Dalam praktiknya, ketentuan bagi hasil usaha harus ditentukan di muka atau pada awal akadkontrak usaha disepakati
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad. Porsi bagi hasil biasanya ditentukan dengan suatu perbandingan, misalnya 40:60 yang berarti bahwa
atas hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan didistribusikan sebesar 40 kepada pemilik danainvestor shahibul maal dan sebesar
60 didistribusikan kepada pengelola dana mudharib. Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat
didasarkan pada dua cara, profit sharing bagi laba dan revenue sharing bagi pendapatan, yakni sebagai berikut:
a. Profit sharing bagi laba Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah
perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk
mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Prinsip bagi hasil profit sharing merupakan karakteristik
umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara
35 keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi
sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank berfungsi sebagai mudharib
pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal penyandang dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang
menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan dengan pengusahapeminjam dana, bank berfungsi sebagai shahibul
maal sementara pengusaha sebagai mudharib pengelola dana bank.
Secara syariah, prinsip ini berdasarkan pada kaidah al mudharabah
. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang
meminjam dana. Dengan penabung bertindak sebagai shahibul maal pemilik dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang
menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. b. Revenue sharing bagi pendapatan
Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue pendapatan
dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
Di sisi lain, dengan pengusaha atau peminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul maal pemilik dana, baik dari
tabungan, deposito, giro maupun dana bank sendiri yang berupa modal pemegang saham. Sementara itu pengusaha atau peminjam akan
berfungsi sebagai mudharib pengelola karena melakukan usaha
36 dengan cara mengelola dana bank. Berikut penjelasan gambarnya
Antonio, 2001:98.
Gambar 2.1
Skema Al Mudharabah
Sumber: Antonio, 2001
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal pemilik dana dan mudharib
pengelola dana dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh
pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan
dana Slamet Wiyono, 2006.
NASABAH BANK
PERJANJIAN BAGI HASIL
Modal 100 Keahlian
Keterampila
PROYEK USAHA
Pembagian Keuntungan
MODAL X
Nisbah Y
Nisbah Pengambilan
Modal Pokok
37
Shahibul Maal Shahibul Maal
Akad : Mudharabah, musyarakah
Akad mudharabah Murabahah, bai as-salam dll.
Penabung
Bank
Nasabah Peminjam
Dalam pelaksanaannya Mudharabah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah investasi tidak terikat dan mudharabah
muqayyadah investasi terikat. Mudharabah muthlaqah adalah akad
mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasi, sedangkan mudharabah muqayyadah
adalah akad mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
Dalam operasional mudharabah, bank syariah dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak
sebagai pemililk dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank bertindak sebagai pengelola dana maka, dalam akad
mudharabah muqayyadah , dana yang diterima disajikan dalam laporan
perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah. Dalam akad mudharabah muthlaqah, dana yang diterima disajikan dalam neraca
sebagai investasi tidak terikat. Mengenai pengembalian pembiayaan mudharabah
dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah.
Gambar 2.2
Diagram Kemitraan Bank Syariah
Sumber : Antonio, 2001:138
38
D. Analisis Jalur