Kedatangan Buruh dan Pekerja ke Sumatera Utara

rupanya menarik pengusaha swasta asing untuk menanamkan modalnya ke Sumatera Timur. Para pengusaha asing dari berbagai mancanegara berlomba-lomba untuk menginvestasikan modalnya dalam industri tembakau. Dengan Deli Maatschappij sebagai pionir perusahan perkebunan di Sumatera Timur mendirikan anak-anak perusahaan yang banyak memberikan keuntungan seperti Perkebunan Carlsruhe sebagai induk produksi pembuatan minyak kelapa, kemudian perkebunan Pala Vsuvius dan Catsburg serta perkebunan kelapa Hospitality yang banyak menghasilkan komoditi di bidangnya masing-masing. Selain Deli Maatschappij perusahaan lainnya yang memegang pengaruh penting di Sumatera Timur yaitu Deli-Batavia yang merupakan perpanjangan tangan Batavia di Sumatera Timur dan Senembah menambah daftar panjang perusahaan yang mencari peluang keuntungan di Sumatera Timur serta ditambahkannya lagi perusahaan Arendsburg dan Tjinta Raya semakin meramaikan perusahaan perkebunan yang memiliki masa depan yang cerah itu.

3.2 Kedatangan Buruh dan Pekerja ke Sumatera Utara

Setelah dibukanya beberapa perkebunan maka banyak pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja untuk perkembangan dan perluasan daerah-daerah perkebunan, diikuti pula oleh kebutuhan tenaga kerja yang semakin meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan dalam usaha mendapatkan tenaga buruh. Pada awalnya agen-agen dan para perantara ini mengambil tenaga buruh yang rajin dan Universitas Sumatera Utara trampil, tetapi setelah permintaan jumlah tenaga buruh semakin meningkat, mereka tidak selektif lagi memilih buruh yang akan dibawa untuk dipekerjakan di Sumatera Timur. Sejak semakin banyak onderneming yang berdiri, maka permintaan tenaga kerja semakin tinggi. Untuk pertama kalinya Nienhuys mendatangkan tenaga kerja dari luar yaitu orang-orang Cina dari Penang pada tahun 1864. Pada awalnya buruh- buruh Cina ini tidak mengerti sama sekali tentang penanaman tembakau tetapi mereka merupakan buruh yang mau bekerja. Sejak awal tahun 1880-an mulai didatangkan tenaga kerja dari Jawa dan India untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan. Pada tahun 1884 jumlah tenaga kerja Cina sudah mencapai 21.136. Pada tahun 1900 meningkat menjadi 58.516 orang, dan di tahun yang sama tenaga kerja Jawa masing-masing 1.771 dan tenaga kerja India dan lainnya 25.224 orang. Setelah dapat menundukkan perlawanan dari Serdang, Asahan dan Tamiang, maka perusahaan tembakau yang mulanya dibuka oleh Nienhuys di Deli pada tahun 1863, ternyata mernghasilkan tembakau yang aromanya tiada tara harumnya sebagai wrapper pembalut cerutu. Wilayah tanaman tembakau ini adalah dari Sungai Wampu Langkat sampai Sungai Ular Serdang. Karena sangat laku dipasaran Eropa dan Amerika, maka dibukalah perkebunan tembakau oleh investor asing secara besar -besaran dan pemakaian kuli orang Melayu dan Karo yang dianggap malas, Universitas Sumatera Utara digantikan oleh kuli Cina yang didatangkan dari Malaya dan daratan Cina Swatow. Di dalam tahun 1865 cuma didatangkan 88 orang kuli Cina tetapi tahun 1872 sudah bertambah 4.000 orang dan terus tiap tahun bertambah dan mereka umumnya suku Toechew dan Hokien. Mereka didatangkan melalui serikat-serikat rahasia Triad Secret Society seperti Gee Hin, Toh Pe Kong dan lain-lain. Geng-geng ini selalu bertarung yang menimbulkan korban jiwa pada 1880-1883 di Medan. Karena orang Cina yang didatangkan dari daratan Tiongkok ini terdiri dari rakyat jelata di desa- desa miskin tidaklah berapa berbudaya dibandingkan dengan Cina di Jawa yang pedagang dan golongan menengah. Oleh karena itu di tahun 1883 banyak sekali bekas kuli Cina yang lari dari perkebunan yang menjadi perompak lanun dan perompak wang gajian kebon. Sementara itu sumber finansial suku-suku Cina di Penang dan Singapura memberikan kredit kepada orang Cina bekas kuli kebon ini. Pihak perkebunan asing juga memberikan kemudahan kepada bekas kuli Cina ini membuka kebon sayur dan beternak babi di dalam areal konsesi serta memberi kemudahan membuka pula kedai sampah di sekitar perkebunan untuk mensuplai keperluan kuli kebon dan para Tuan Asisten Kebon. Bahkan mereka sudah menyewa tanah orang Melayu untuk bertanam pinang dan kopra buat dieksport. Dalam sensus tahun 1905, jumlah orang Cina 99 ribu orang dan dalam sensus tahun 1930 di Sumatera Timur jumlah orang Cina sudah mencapai 193 ribu. Universitas Sumatera Utara Suku-suku Cina di Sumatera Timur berusaha dalam sistem Gilde. Suku Hokien berdagang, Kanton bertukang, Hakka dagang kecil, Halam koki, Teochiu nelayan. Dengan bantuan perkebuan Belanda dan Pemerintah Hindia Belanda yang menempatkan orang Cina sebagai golongan menengah, maka orang Cina dengan bantuan finansial dari perkumpulan dagang di Penang dan Singapura dan Hongkong telah menguasai kedai sampai di desa-desa, membuka toko-toko di kota-kota, membuat sistem ijon kepada nelayan dan petani bumi putera, menjadi leverensi barang produksi import dari Eropa dan Amerika seperti sepeda, mesin jahit. Seorang kuli Cina, Tan Tang Ho, dengan sehelai sepinggang masuk ke Medan 1880 dan 20 tahun kemudian sudah menjadi agen tunggal sepeda dan mesin jahit Eropa dan sudah menjadi konglomerat. Demikian juga halnya dengan kuli Cina datang sehelai sepinggang seperti Chong Yong Hian dan adiknya Chong A Fie, yang kemudian menjadi milyuner dan diangkat Belanda menjadi Mayor Cina, punya toko- toko, bank, perkebunan dan membuka rel kereta api di tanah kelahirannya. Bahkan dia menghadiahkan titi berlian di Kampung Keling kepada Kotapraja Medan dan membiayai sebagian pembuatan Mesjid Raya Medan. Chong A Fie sangat suka menderma kepada mesjid dan rumah yatim piatu setiap waktu. Ia adalah merupakan kekecualian dari sekian banyak konglomerat Cina di jaman masa penjajahan. Sejak enterpreneurship mereka menguasai perekonomian di Sumatera Timur, mereka mulai memikirkan keterampilan usaha skill dengan sistem magang dan pendidikan ilmu di sekolah kepada anak-anak mereka. Di Medan berdiri The Medan Normal School, The Medan Boarding School, Sutung berbahasa Cina-Inggris Universitas Sumatera Utara dan jarang berpaling kepada sekolah yang didirikan pemerintah Hindia Belanda untuk mengimbangi pengaruh Inggris ini yaitu Hollands Chinees School semacam HIS di tahun 1917. Mereka semuanya patuh pada perintah dan berita dari organisasi suku-suku mereka. Sejak 1900 telah berdiri Tionghoa Hwee Koan dan tahun 1910 Chineesche Handels Vereeniging, Trading House orang Cina pimpinan Oen Huat Kim. Kekuasan perkumpulan Cina dapat kita lihat ketika ia memerintahkan kepada semua pedagang dan kedai Cina agar memboikot barang Jepang yang ketika itu menyerang Cina. Di sini dapat dilihat bahwa ikatan darah lebih kuat daripada ikatan kewarganegaraan dan cinta kepada tanah leluhur. Ketika pemerintah Hindia Belanda menaikkan harga candu, maka perkumpulan mereka berhasil menyogok oknum pabean Hindia Belanda agar kapal yang membawa candu selundupan ke Belawan dapat lolos. Ketika masa Malaise menghantui dunia tahun 1930-an, banyak perusahaan Cina di Sumatera Timur yang membawa lari uang mereka ke luar negeri dan lalu dengan sengaja membangkrutkan perusahaan itu. Pada 1930 saja sudah ada 57 perusahaan yang dibangkrutkan. Jadi kita lihat pada zaman ini perusahaan Cina dianggap sebagai midleman oleh pemerintah Hindia Belanda. Perusahaan Cina sudah menguasai transportasi laut, grosier barang dagangan lokal dan bahkan sampai ke kedai sampah di pelosok desa terpencil. Mereka juga sudah menjadi agen perusahaan Eropa dan Amerika, dan menguasai para nelayan dan petani kecil melalui sistem ijon. Universitas Sumatera Utara Perasaan dendam dan keputusasaan para nelayan dan petani serta rakyat kecil terhadap dominasi ekonomi Cina itu menimbulkan aksi penjarahan terhadap jiwa dan harta benda mereka. Hal itu bukan karena ketatnya pengawasan hukum dan alat negara kolonial, tetapi juga adanya perasaan dari tindakan social di antara beberapa tokoh mereka terhadap rakyat seperti derma kepada panti-panti asuhan, sedekah terhadap fakir miskin, bantuan untuk mesjid dan kegiatan rakyat pribumi lainnya. Tauke pemberi ijon juga memberikan layanan jika nelayanpetani kesulitan keuangan dalam keluarga atau menghadapi lebaran.

3.3 Perkebunan Deli Maatschappij