dijadikannya medan sebagai ibukota Deli juga telah menjadikan Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah.
2.4 Kedatangan Nienhuys
Pesatnya perkembangan Kampung Medan Putri, juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en
Mainz Co, tanah seluas 4.000 bahu 1 bahu = 0,74 ha secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau Deli, Maret 1864, hasil panen
dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.
Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan
baru di daerah Martubung, Sunggal 1869, Sungai Beras dan Klumpang 1875, sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874.
Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung Medan
Putri. Dengan demikian Kampung Medan Putri menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan.
Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau
Universitas Sumatera Utara
Jacobus Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya
berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli.
Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas 4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh
tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam, Belanda untuk diuji kualitasnya. Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah
nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik. Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun
1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada
tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di kantor
PTPN II eks PTPN IX sekarang. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus
menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan
yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian
membuka perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN DI SUMATERA
TIMUR 3.1 Masuknya Investor Asing
Pada awal masuknya investor asing di Sumatera Timur, ketika Jacobus Nienhuys menemui pangeran Said Abdullah dan mendengar cerita dari beliau bahwa
Deli merupakan daerah sebagai penghasil tembakau yang potensial. Mendengar cerita itu, Jacobus Nienhuys sangat berkesan dan langsung memutuskan untuk menemani
pangeran Said Abdullah ke Sumatera Timur. Didalam perjalanan mereka melakukan tiga persinggahan, pada persinggahan pertama mereka singgah melakukan kunjungan
kepada Residen E. Netscher di Riau, Residen E. Netscher salah seorang pejabat yang pernah melakukan perjalanan singkat ke Sumatera Timur, jadi beliau memiliki sedikit
pengetahuan tentang keadaan Sumatera Timur.
Residen Netscher menyarankan para rombongan Nienhuys untuk melakukan persinggahan di Singapura untuk membeli barang dagangan seperti candu dan tekstil.
Singapura merupakan tempat persinggahan mereka yang kedua. Persinggahan mereka yang ketiga yaitu pulau Bengkalis, Siak. Jacobus Nienhuys menemui Asisten Residen
Arnoudt, beliau merupakan seorang yang bertanggung jawab terhadap pemerintah
Deli.
Universitas Sumatera Utara
Setelah tiga minggu rekan-rekan Nienhuys kembali ke Jawa, sedangkan Nienhuys sendiri tinggal dan menyewa rumah dari Sultan. Untuk pertama kalinya
Nienhuys melakukan aktivitas meminta izin kepada majikannya yang berada di Roterdam untuk memindahkan kegiatannya dari Jawa ke Sumatera. Selain itu
Nienhuys meminta izin untuk mendapatkan hak tunggal untuk membeli tembakau yang dihasilkan oleh penduduk setempat juga untuk melakukan penanaman
percobaan seluas 75 hektar, dan wewenang untuk membeli 300 hektar lainnya.
Ternyata usaha Nienhuys telah membuahkan hasil, pada tahun 1864 tembakau dapat dipanen sebesar 50 bal. Namun Nienhuys merasa kurang puas atas hasil panen
yang dicapai, penyebabnya karena penduduk asli yang malas bekerja. Oleh karena itu
Nienhuys mencari buruh ke semenanjung Malaya. Dia berhasil membawa ratusan
orang Cina ke Sumatera Timur sebagai buruh perkebunan. Dengan masuknya buruh Cina merupakan awal dari sejarah perburuhan di Sumatera Timur. Ternyata usaha
yang dilakukan Nienhuys tidak sia-sia, para buruh Cina merupakan tenaga kerja yang sangat terampil. Hal ini dapat dilihat dari hasil panen yang sebelumnya hanya 50 bal,
namun setelah buruh Cina didatangkan sebagai pekerja di perkebunan hasil panen meningkat menjadi 189 bal.
Dengan hasil panen yang banyak dan disertai dengan tembakau memiliki kualitas bermutu tinggi, maka nama Sumatera Timur mulai dikenal dipasaran Dunia
sebagai penghasil tembakau berkualitas. Menjulangnya mutu tembakau Deli
Universitas Sumatera Utara
rupanya menarik pengusaha swasta asing untuk menanamkan modalnya ke Sumatera Timur. Para pengusaha asing dari berbagai mancanegara berlomba-lomba untuk
menginvestasikan modalnya dalam industri tembakau.
Dengan Deli Maatschappij sebagai pionir perusahan perkebunan di Sumatera Timur mendirikan anak-anak perusahaan yang banyak memberikan keuntungan
seperti Perkebunan Carlsruhe sebagai induk produksi pembuatan minyak kelapa, kemudian perkebunan Pala Vsuvius dan Catsburg serta perkebunan kelapa
Hospitality yang banyak menghasilkan komoditi di bidangnya masing-masing. Selain Deli Maatschappij perusahaan lainnya yang memegang pengaruh penting di Sumatera
Timur yaitu Deli-Batavia yang merupakan perpanjangan tangan Batavia di Sumatera Timur dan Senembah menambah daftar panjang perusahaan yang mencari peluang
keuntungan di Sumatera Timur serta ditambahkannya lagi perusahaan Arendsburg dan Tjinta Raya semakin meramaikan perusahaan perkebunan yang memiliki masa
depan yang cerah itu.
3.2 Kedatangan Buruh dan Pekerja ke Sumatera Utara