Tujuan Pidana Bersyarat Teori Tentang Pidana Bersyarat 1. Pengertian Pidana Bersyarat

49

2.3.2. Tujuan Pidana Bersyarat

Dari pengertian-pengertian tentang pidana bersyarat yang telah dijelaskan di atas maka dapat dikatakan bahwa pidana bersyarat itu sifatnya penundaan terhadap pelaksanaan hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim kepada terpidana. Hukuman itu bisa hapus apabila si terpidana selama jangka waktu yang telah ditetapkan oleh hakim, dapat menguasai atau mengendalikan dirinya agar tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan, akan tetapi apabila syarat- syarat tersebut diabaikan maka si terpidana harus menjalani hukumannya setelah ada putusan dari hakim. Sepintas bila dikatakan pidana bersyarat itu ringan tidaklah berlebihan karena selama syarat-syarat itu dipenuhi maka selama masa hukumannya si terpidana tersebut berada di luar lembaga pemasyarakatan, akan tetapi anggapan tersebut tidaklah benar karena sebenarnya pidana bersyarat itu sama beratnya dengan pidana penjara, bedanya pidana penjara berada di lembaga pemasyarakatan sedangkan pidana bersyarat berada di luar lembaga pemasyarakatan. Namun setiap tindakan yang dilakukannya selaiu dalam pengawasan yang berlangsung sepanjang diterapkan syarat-syaratnya oleh hakim. Menurut Soesilo 1979 pidana bersyarat mempunyai tujuan sebagai berikut untuk memberikan kesempatan pada si terpidana supaya dalam tempo percobaan itu dia memperbaiki dirinya dengan tidak berbuat tindak pidana atau tidak melanggar perjanjian yang diberikan kepadanya dengan harapan jika berhasil hukuman yang dijatuhkan kepadanya itu tidak akan dijalani untuk selama-lamanya. Universitas Sumatera Utara 50 Jadi, menurut Soesilo 1979 tersebut di atas bahwa bagi terpidana yang dikenakan pidana bersyarat ini adalah suatu kesempatan untuk memperbaiki dirinya selama masa percobaan dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Akan tetapi adalah tidak tepat apabila untuk memperbaiki diri bagi si terpidana tersebut hanya selama masa ,menjalani pidana bersyaratnya saja, dengan demikian pengertiannya seolah-olah setelah habis masa percobaan yang ditetapkan oleh hakim maka individu atau bekas narapidana bebas untuk melakukan suatu tindak pidana. Tidak semua jenis tindak pidana itu dapat dijatuhkan pidana bersyarat, misalnya untuk tindak pidana delik kekerasan seperti pembunuhan, penganiayaan berat, perampokan dan lain-lain, karena alasan adanya anggapan dalam masyarakat, terutama korban seakan-akan putusan pidana bersyarat itu sinonim dengan bebas vrijspraak karena terpidana bebas berkeliaran di luar, dan kesulitan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 a ayat 4 KUHP.Andi Hamzah, 1986 Penjatuhan pidana bersyarat sering dilakukan untuk tindak pidana ringan, seperti Pasal 352 ayat 1 tentang penganiayaan ringan, Pasai 310 ayat 1 tentang penghinaan ringan dan lain-lain. Selama terpidana berada di luar lembaga pemasyarakatan maka terpidana harus mematuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh hakim, dengan demikian selama itu pula terpidana berada dalam pembinaan BAPAS, dan pengawasan kejaksaan yang dibantu oleh aparat kepolisian maupun camat serta lurahkepala desa tempat si terpidana bertempat tinggal. Universitas Sumatera Utara 51 Menurut Muladi 1985 tujuan pidana bersyarat harus diarahkan pada manfaat-manfaat sebagai berikut : a. Pidana bersyarat tersebut di satu pihak harus dapat meningkatkan kebebasan individu, dan di lain pihak mempertahankan tertib hokum serta memberikan perlindungan kepada masyarakat secara efektif terhadap pelanggaran hukum lebih lanjut. b. Pidana bersyarat harus dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap rehabilitasi dengan cara memelihara kesinambungan hubungan antara narapidana dengan masyarakat secara formal. c. Pidana bersyarat berusaha menghindarkan dan melemahkan akibatakibat negatif bari pidana perampasan kemerdekaan yang seringkali menghambat usaha pemasyarakatan kembali narapidana ke dalam masyarakat. d. Pidana bersyarat mengurangi biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sistem koreksi yang berdaya guna. e. Pidana bersyarat diharapkan dapat mengatasi kerugian-kerugian dari penerapan pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya terhadap mereka yang kehidupannya tergantung kepada si pelaku tindak pidana. f. Pidana bersyarat diharapkan dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang bersifat integratif, dalam fungsinya sebagai sarana pencegahan umum dan khusus, perlindungan masyarakat, memelihara solidaritas masyarakat dan pengimbalan. Universitas Sumatera Utara 52

2.3.3. Pembinaan Terpidana di Luar Lembaga Pemasyarakatan

Dokumen yang terkait

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus Balai Pemasyarakatan Klas I Medan)

0 22 135

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

8 35 111

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG Peranan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Surakarta Dalam Pembinaan Terhadap Anak Yang Memperoleh Sanksi Tindakan.

0 1 10

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG Peranan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Surakarta Dalam Pembinaan Terhadap Anak Yang Memperoleh Sanksi Tindakan.

0 2 15

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. (Studi Kasus di Balai Pemasyarakatan Klas I Padang).

0 4 6

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Pekalongan terhadap Klien Pembebasan Bersyarat dalam reintegrasi sosial.

0 0 2

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 11

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 1

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 1 21

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 35