44 2 Pencegahan khusus
Pencegahan khusus ini berfungsi setelah terjadinya suatu tindak pidana. Tujuan pencegahan khusus ini adalah mencegah niat buruk si penjahat untuk
melakukan kejahatan lagi. Jadi ancaman pidananya ditujukan kepada siterpidana agar tidak lagi melakukan tindak pidana. Tujuan pencegahan khusus ini dapat dicapai
dengan jalan menjatuhkan pidana yang bersifat menakut-nakuti, memperbaiki dan membuatnya tidak berdaya.
Dalam hal ini Van Hamel
XXX membuat suatu gambaran tentang pidana yang bersifat pencegahan khusus yaitu :
a Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah penjahat yang mempunyai kesempatan untuk melaksanakan niat buruknya;
b. Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki ; c. Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin diperbaiki;
d. Tujuan satu-satunya pidana adalah mempertahankan tats tertib hukum.Andi Hamzah, 1986.
Dengan berpokok pangkal pada pendapat seperti tersebut di atas maka dapat disimpulkan, bahwa baik pencegahan umum maupun pencegahan khusus
menghendaki setiap orang takut melakukan suatu tindak pidana.
c. Teori Gabungan
Teori gabungan ini mendasarkan pidana sebagai pembalasan dan mempertahankan tats tertib di dalam masyarakat, yang diterapkan secara kombinasi
dengan menitikberatkan pada salah satu unsur tanpa menghilangkan unsur yang
Universitas Sumatera Utara
45 lainnya maupun menitikberatkan pada semua unsur yang ada.. Sedangkan menurut
Muladi di dalam teori ini tujuan pemidanaan bersifat plural, karena berusaha menghubungkan prinsip-prinsip retributif dan utilitarianism. Sehingga sering kali
teori ini disebut Aliran Integratif. Muladi, 1985 Penulis yang pertama mengajukan teori ini adalah Pelligrino Rossi 1787-
1848, kemudian diikuti oleh sarjana yang lain yaitu Binding, Merkel, Kohler Schimid, dan Beling. Pandangan integratif ini menganjurkan adanya kemungkinan
untuk mengadakan artikulasi terhadap teori pemidanaan yang mengintegrasikan beberapa fungsi sekaligus yaitu ‘retributif dan relatif’. Jadi pemidanaan dalarn hal ini
memerlukan pembenaran ganda. Disamping negara mempunyai hak untuk memidana si pelanggar hukum, juga dengan upaya memidana tersebut diharapkan suatu hasil
yang bermanfaat. Misalnya, pencegahan dan rehabilitasi, kesemuanya ini dilihat sebagai sasaran-sasaran yang harus dicapai oleh suatu rencana pemidanaan.
Pidana dan pemidanaan terdiri dari proses kegiatan terhadap pelaku tindak pidana, yang dengan suatu cars tertentu dapat memuaskan permintaankebutuhan
pembalasan. Namun dengan cars tertentu pula dapat merehabilitasi dan meresosialisasi para narapidana ke dalam masyarakat. Dalam hal ini menurut Muladi
1985 : diperlukan seperangkat tujuan pemidanaan yang hares dipenuhi, dengan catatan bahwa tujuan manakah yang merupakan titik berat sifatnya kasuistis.
Seperangkat tujuan pemidanaan yang dimaksudkan adalah 1.
Pencegahan umum dan khusus ; 2.
Perlindungan masyarakat ;
Universitas Sumatera Utara
46 3.
Memelihara solidaritas masyarakat ; dan 4.
Pengimbalanpengimbangan. Sebagai penutup uraian tentang perkembangan teori tujuan pemidanaan ini,
penulis kutipkan sebuah pandangan tujuan pemidanaan di zaman modern, yaitu dalam usulan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana Nasional tahun 2000 dalam
Pasal 50, selengkapnya menentukan : 1 Pemidanaan bertujuan :
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat;
b. Memasyarakatkan terpidana dengan meng
g
dkkan pembinaan sehingga menjadi orang baik yang berguna;
c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,
memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan
d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana. 2 Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan
martabat manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang tercantum di dalam Rancangan
KUHP Nasional Tahun 2000 tersebut merupakan penjabaran teori integratif dalam arti luas. Pasal 50 tersebut memuat tujuan ganda yang hendak dicapai melalui
pemidanaan, yang meliputi tujuan pertama tersimpul usaha preventif dan perlindungan masyarakat. Tujuan kedua mengandung maksud bukan saja
Universitas Sumatera Utara
47 merehabilitasi, tetapi juga meresosialisasikan terpidana dan mengintegrasikan
terpidana ke dalam masyarakat. Tujuan ketiga dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu oleh perbuatan terpidana, untuk menyelesaikan konflik
dan juga untuk mendatangkan rasa damai dalam masyarakat. Dan tujuan yang keempat untuk pembebasan rasa bersalah pada terpidana. Dengan
penegasan bahwa pemidanaan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia.
2.3. Teori Tentang Pidana Bersyarat 2.3.1. Pengertian Pidana Bersyarat