Model Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

51 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat Grafik Plot dan Uji Park Ghozali, 2005

3.9. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda Multiple Regression dengan model sebagai berikut: Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + ∈ Dimana: Y = Peranan BAPAS dalam pembinaan dan pengawasan pidana bersyarat X 1 = Penilaian hakim yang secara tercatat X 2 = Penilaian hakim yang secara tidak tercatat β = Koefisien regresi β 1 = Koefisien Variabel X 1 β 2 = Koefisien Variabel X 2 Universitas Sumatera Utara 52 ∈ = Epsilon atau variabel yang tidak diteliti Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji pada α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji secara bersama-sama serempak adalah: 1. H : β 1 = β 2 = 0 Analisis penilaian hakim atas peranan petugas BAPAS tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat 2. H a : Minimal satu β ≠ 0 Analisis penilaian hakim atas peranan petugas BAPAS berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat Untuk menguji apakah hipotesis diajukan diterima atau ditolak digunakan statistif F Uji F. Dalam hal ini F hitung dibandingkan dengan F tabel , jika F hitung F tabel , maka H diterima dan H a ditolak, sedangkan jika F hitung F tabel , maka H ditolak dan H a diterima. Cara lain adalah jika tingkat kepercayaan lebih kecil dari 95 maka H diterima dan H a ditolak, sedangkan jika tingkat kepercayaan lebih besar dari 95 maka H ditolak dan dan H a diterima. Sedangkan pengujian hipotesis secara parsial adalah: 1. a. H : β 1 = 0 Analisis penilaian hakim yang secara tercatat atas peranan petugas BAPAS tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat Universitas Sumatera Utara 53 b. H a : β 1 ≠ 0 Analisis penilaian hakim yang secara tercatat atas peranan petugas BAPAS tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat 2. a. H : β 2 = 0 Analisis penilaian hakim yang secara tidak tercatat atas peranan petugas BAPAS tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat b. H a : β 2 ≠ 0 Analisis penilaian hakim yang secara tidak tercatat atas peranan petugas BAPAS berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat Kriteria pengambilan keputusan: t hitung dibandingkan dengan t tabel uji dua sisi, jika t hitung t tabel , maka H diterima dan H a ditolak, sedangkan jika t hitung t tabel , maka H ditolak dan H a diterima, dengan cara lain adalah jika tingkat kepercayaan lebih kecil dari 95 maka H diterima dan H a ditolak, sedangkan jika tingkat kepercayaan lebih besar dari 95 maka H ditolak dan dan H a diterima, atau jika sig α0,05 maka H diterima dan H a ditolak, sedangkan jika sig α0,05, maka H ditolak dan H a diterima. Universitas Sumatera Utara 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Sejarah Balai Pemasyarakatan Klas I Medan Di masa penjajahan Belanda pekerjaan yang dilaksanakan sekarang ini telah ada dan dilaksanakan di Indonesia dengan nama Reklassering akan tetapi pelaksanaannya dilaksanakan sambil lalu dan secara sederhana, lagi pula klien yang ditangani pada waktu itu hanyalah terbatas pada orang-orang Belanda, dan peranakan Belanda. Di Indonesia Reklassering didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1926 berdasarkan staatblad tahun 1926 No. 251 tentang Pelaksanaan Pidana Bersyarat dan Lepas Bersyarat. Dinas Reklassering ini berada di bawah Inspektorat reklassering dan pendidikan paksa. Pada tahun 1932 berdasarkan berdasarkan keputusan tanggal 9 September 1932 No. 11 Jawatan relassering dan Pendidikan Paksa dihapus dan berubah menjadi nama Jawatan Kepenjaraan di bawah Departemen Kehakiman. Sejak saat itulah usaha Reklassering tersendat-sendat dan malahan menuju hilang sama sekali, hal ini dikarenakan semakin sukarnya tenaga yang tertarik dalam lapangan pekerjaan reklassering dan sulitnya biaya. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus Balai Pemasyarakatan Klas I Medan)

0 22 135

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

8 35 111

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG Peranan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Surakarta Dalam Pembinaan Terhadap Anak Yang Memperoleh Sanksi Tindakan.

0 1 10

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG Peranan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Surakarta Dalam Pembinaan Terhadap Anak Yang Memperoleh Sanksi Tindakan.

0 2 15

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. (Studi Kasus di Balai Pemasyarakatan Klas I Padang).

0 4 6

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Pekalongan terhadap Klien Pembebasan Bersyarat dalam reintegrasi sosial.

0 0 2

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 11

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 1

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 1 21

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 35