Teknik Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Pengujian Asumsi Klasik

45 Unit analisis yang dilakukan adalah Balai Pemasyarakatan BAPAS Klas-I Medan dengan subjek penelitian adalah pegawai Balai Pemasyarakatan BAPAS Klas-I Medan yang merupakan Pembimbing Kemasyarakatan. Yang berjumlah 34 orang. Adapun sifat penelitian ini adalah deskriptif explanatory. Sugiyono 2003 menyatakan bahwa, “penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lainnya.”

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Balai Pemasyarakatan BAPAS Klas-I Medan yang bertugas di bagian Pembimbing Kemasyarakatan berjumlah 34 orang pegawai. Menurut Sugiyono 2003, bahwa apabila semua anggota populasi dijadikan sampel disebut sampling jenuh atau istilah lainnya adalah sensus. Oleh karena itu dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sama dengan jumlah populasi dari subjek yang akan diteliti, yaitu sebanyak 34 orang pegawai.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Daftar Pertanyaan Questionnaire yang diberikan kepada pegawai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas-I Medan yang dijadikan sampel penelitian. Universitas Sumatera Utara 46 2. Wawancara Interview yang dilakukan dengan pimpinan yang berhak dan berwenang memberikan informasi dan data sesuai dengan penelitian ini. 3. Studi Dokumentasi, pengumpulan data melalui dokumen-dokumen berupa laporan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas-I Medan dan data lain yang menunjang dalam penelitian ini.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pegawai yang dijadikan sampel penelitian dan dari penyebaran angket dan wawancara. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang mendukung data primer, yang diperoleh peneliti dari dokumen-dokumen di Balai Pemasyarakatan BAPAS Klas-I Medan. Data ini berupa informasi tambahan yang diperlukan peneliti seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan data kepegawaian yang diperoleh dari Balai Pemasyarakatan BAPAS Klas-I Medan

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ada tiga 3 hipotesis. Untuk hipotesis pertama, variabel yang diukur yaitu penilaian hakim secara tercatat X 1 dan penilaian hakim secara tidak tercatat X 2 sebagai variabel bebas dan peranan BAPAS Universitas Sumatera Utara 47 dalam pembinaan dan pengawasan pidana bersyarat Y sebagai variabel terikat. Penilaian hakim yang secara tercatat X 1 dengan indikator: a. Penilaian atas perundang-undangan b. Penilaian administrasi Penilaian hakim yang secara tidak tercatat X 2 dengan indikator: a. Penilaian atas sarana prasarana b. Penilaian terhadap teknis pembinaan dan pengawasan Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian Variabel Definisi Indikator Pengukuran Penilaian hakim secara tercatat Penilaian hakim secara tercatat merupakan suatu penilaian yang diberikan kepada pegawai bapassecara tertulis berupa laporan dalam pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat 1. Penilaian atas peraturan perundang- undangan 2. Penilaian administrasi yang dilaksanakan oleh petugas BAPAS Skala Likert Penilaian hakim secara tidak tercatat Penilaian hakim secara tidak tercatat merupakan suatu penilaian yang diberikan kepada pegawai bapas berupa laporan dari hasil pengamatan dalam pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat 1. Penilaian atas saranaprasarana 2. Penilaian terhadap teknis pembinaan dan pengawasan Skala Likert Universitas Sumatera Utara 48 Peranan bapas dalam pembinaan dan pengawasan pidana bersyarat Peranan BAPAS dalam Pembinaan dan Pengawasan Pidana Bersayarat merupakan suatu tindakan atau hasil dari bagaimana penilaian dilakukan dalam kegiatan tersebut 1. Pembinaan dan pengawasan dalam program perawatan 2. Pembinaan dan pengawasan dalam program pendidikan 3. Pembinaan dan pengawasan dalam program keamanan dan ketertiban 4. Pembinaan dan pengawasan dalam program rekreasi Skala Likert 3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas

Untuk menguji apakah instrumen angket yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan pengukurannya maka dilakukan uji validitas. Ghozali 2005 menyatakan bahwa pengukuran waliditas dapat dilakukan dengan korelasi bivariate antara masing- masing skor indikator dengan total skor konstruk. Perhitungan korelasi bivarite masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 12,0. Ketentuan apakah suatu butir instrument valid atau tidak adalah melihat nilai probabilitas koefisien korelasinya. Menurut Ghozali 2005,uji signifikansi dilakukan membandingkan nilai r hitung dengan r table. Jika r hitung lebih besar dari r table dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Universitas Sumatera Utara 49 Menurut Umar 2004, untuk melakukan uji validitas instrumen dengan melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden, responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Jumlah responden untuk uji coba disarankan minimal 30 orang, agar distribusi skor nilai akan lebih mendekati kurva normal. Dari hasil pengujian validitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS pada lampiran terhadap variabel penilaian hakim secara tercatat X 1 dan penilaian hakim secara tidak tercatat X 2 terhadap peranan petugas BAPAS dalam pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pidana bersyarat Y, ternyata seluruh valid, karena lebih besar dari 0,30.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Selanjutnya untuk mendapatkan instrumen yang realibel, dilakukan uji realibitasi. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui instrumen yang dapat dipercaya sebagai alat ukur data. Dalam hal ini teknik yang digunakan untuk menguji realibilitas adalah Cronbach Alpha. Menurut Nunnally dalam Imam Ghozali 2005 instrumen penelitian dikatakan reliabel bila hasil Cronbach Alpha 0,60. Nilai-nilai reliabilitas instrumen penelitian ini berkisar 0,688 sampai dengan 0,764 yang menunjukkan tingkat reliabilitas instrumen penelitian sudah cukup memadai. Universitas Sumatera Utara 50

3.8. Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Arikunto 2002 penggunaan Model Regresi Linier Berganda harus memenuhi asumsi klasik, antara lain: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali 2005 ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik Analisis grafik dengan melihat histogram dan normal plot sedangkan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov- Smirnov K-S. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan nol. Menurut Ghzali 2005 mul multikolinieritas dapat dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Universitas Sumatera Utara 51 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat Grafik Plot dan Uji Park Ghozali, 2005

3.9. Model Analisis Data

Dokumen yang terkait

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus Balai Pemasyarakatan Klas I Medan)

0 22 135

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

8 35 111

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG Peranan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Surakarta Dalam Pembinaan Terhadap Anak Yang Memperoleh Sanksi Tindakan.

0 1 10

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KOTA SURAKARTA DALAM PEMBINAAN TERHADAP ANAK YANG Peranan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Surakarta Dalam Pembinaan Terhadap Anak Yang Memperoleh Sanksi Tindakan.

0 2 15

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. (Studi Kasus di Balai Pemasyarakatan Klas I Padang).

0 4 6

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Pekalongan terhadap Klien Pembebasan Bersyarat dalam reintegrasi sosial.

0 0 2

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 11

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 1

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 1 21

Peranan Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Bapas Klas I Medan)

0 0 35