nosiseptif, kedua setelah pembedahan karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh
jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut antara lain adalah prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin, substansi P,
lekotrein dimana zat-zat tersebut berperan sebagai transduksi dari nyeri.
27,29-31
2.2. Nosiseptor
Nosiseptor adalah reseptor nyeri yang ada di seluruh tubuh, letaknya terutama pada permukaan kulit, kapsula sendi, di dalam
periosteum, serta di sekitar dinding pembuluh darah. Organ dalam juga mempunyai nosiseptor hanya saja jumlahnya lebih sedikit. Reseptor nyeri
berupa ujung syaraf bebas dengan permukaan reseptor yang luas, sehingga kadang-kadang sulit untuk menentukan sumber nyeri secara
tepat.
32
Nosiseptor sangat sensitif terhadap suhu yang sangat ekstrem, kerusakan mekanik, bahan-bahan kimia terutama yang keluar akibat
kerusakan sel. Stimuli yang sangat kuat dari ketiganya dapat menimbulkan nyeri. Stimuli pada dendrit nosiseptor menyebabkan
depolarisasi, dan juga rangsangan tersebut mencapai akson dan melewati ambang potensial, maka stimulus akan diteruskan hingga mencapai
susunan saraf pusat.
33
2.3. Peranan Prostaglandin
Di antara mediator-mediator reaksi lokal ini ditemukan prostaglandin. Semuanya diawali dengan degradasi fosfolipid membran
sel menjadi asam arakhidonat, yang diperantarai oleh enzim fosfolipase A2. Tahap pertama ini dihambat oleh kortikosteroid.
Sejak terbentuk asam arakhidonat terjadi dua jalur proses metabolisme : 1. Cara metabolisme melalui siklooksigenase yang berakhir dengan
pembentukan prostaglandin, zat ini kemudian dilepaskan dan
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi: edema, menimbulkan rasa nyeri lokal, kemerahan eritema lokal.
Selain itu meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap rangsang nyeri nosiseptif.
2. Cara metabolisme melalui lipooksigenase yang berakhir dengan terbentuknya leukotrien. Leukotrien meningkatkan daya kemotaktik
polinuklear dan menghasilkan radikal bebas dengan akibat terjadinya lesi.
32-33
2.4. Enzim Cyclooxygenase COX
Enzim Cyclooxygenase
COX adalah suatu enzim yang mengkatalisis sintesis prostaglandin dari asam arakidonat. PG memediasi
sejumlah besar proses di tubuh termasuk inflamasi, nyeri, sekresi pelindung lapisan lambung, mempertahankan perfusi renal, dan aggregasi
platelet. Obat AINS memblok aksi dari enzim COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin. Hal ini menghasilkan kedua efek, baik
yang positif analgesia, antiinflamasi maupun yang negatif ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan. Aktifitas COX
dihubungkan dengan 2 isoenzim, yang ubiquitously
dan constitutive
diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan inflamasi COX-2.
34
Sampai saat ini telah dikenal tiga isoenzim siklooksigenase COX yaitu COX 1, COX 2 dan COX 3. COX 3 sendiri merupakan isoenzim yang
baru-baru ini ditemukan dan merupakan varian dan turunan dari COX 1 yang telah dikenal sebelumnya.
35-37
Siklooksigenase 3 COX 3 dapat menjelaskan mekanisme kerja dari beberapa analgetik antipiretik NSAID yang memiliki efektifitas kerja
lemah dalam menginhibisi COX 1 dan COX 2 tetapi dapat dengan mudah melakukan penetrasi ke otak. Beberapa jenis obat yang dikenal memiliki
efek inhibisi terhadap COX 3 antara lain asetaminofen. Pengetahuan mengenai mekanisme kerja COX 3 sangat diperlukan dalam
Universitas Sumatera Utara
menerangkan mekanisme kerja dari asetaminofen yang sampai saat ini masih sangat sulit untuk dipahami.
37-40
2.5. Perjalanan Nyeri