1.2 Rumusan masalah
Apakah ada perbedaan effektivitas pada pemberian Parasetamol 15 mgkg intravena dibandingkan dengan Metamizol 15 mgkg intravena
sebagai preventif analgesia pada pasien anak dalam mengatasi nyeri paska bedah pada tindakan pembedahan dengan anestesi umum.
1.3 Hipotesa
Ada perbedaan effektivitas pada pemberian Parasetamol 15 mgkg intravena dibandingkan dengan Metamizol 15 mgkg intravena sebagai
preventif analgesia pada pasien anak dalam mengatasi nyeri paska bedah pada tindakan pembedahan dengan anestesi umum.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
Mendapatkan alternatif obat analgesia yang efektif dalam mengatasi nyeri paska pembedahan pada pasien anak dengan
tehnik preventif analgesia.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui obat golongan Non Opioid Analgesi yang lebih effektif dalam mengatasi nyeri paska pembedahan dengan tekhnik
preventif pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun dengan menggunakan Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC
scale. 2. Untuk mengetahui effektivitas Parasetamol dalam mengatasi nyeri
paska pembedahan pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun dengan menggunakan Wong Baker Faces Pain Rating scale dan
FLACC scale.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui effektivitas Metamizol dalam mengatasi nyeri paska pembedahan pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun
dengan menggunakan Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC scale.
4. Untuk mengetahui hubungan antara Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC scale sebagai parameter alat ukur nyeri
pada pasien anak.
1.5 Manfaat
a. Dari penelitian ini diharapkan dapat ditemukan obat Non Opioid Analgesi yang tepat sebagai preventif analgesia pada pasien anak-
anak usia 3-10 tahun sehingga nyeri paska pembedahan dapat di atasi.
b. Dapat dipakai sebagai alternatif lain dari obat golongan Non Opioid Analgesi yang telah ada pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun
dalam preventif analgesia. c. Dapat dipakai sebagai pedoman penelitian untuk penanganan nyeri
paska bedah pada pasien anak-anak
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan suatu persepsi sensorik yang sangat mengganggu pada manusia, baik orang dewasa maupun anak-anak.
Berbeda dengan manusia dewasa yang mampu menyampaikan keluhan rasa sakitnya melalui berbagai cara yang mudah dimengerti oleh
pemeriksanya, seorang anak sering kali sulit menyatakan rasa sakitnya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
5
Pengungkapan rasa sakit nyeri pada anak sering kali dinyatakan dengan ekspresi yang sulit dimengerti, sehingga pengenalan tanda dan
bahasa tubuh anak sering diperlukan. Penyebab nyeri itu sendiri merupakan beraneka ragam rangsangan sensorik, ada berupa nyeri perut
baik dari sistem gastrointestinal ataupun urogenital, nyeri akibat operasi, nyeri otottulang atau sendi, nyeri karena penyakit gigi, penyakit telinga,
ataupun nyeri pada penyakit keganasan yang semuanya sering memerlukan penilaian ataupun pengobatan yang spesifik.
5
Nyeri dapat didefenisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh adanya
kerusakan jaringan yang jelas, cenderung rusak, atau sesuatu yang tergambarkan seperti yang dialami
International Association for the Study of Pain
. Dari defenisi di atas dapat diketahui adanya hubungan pengaruh obyektif aspek fisiologi dari nyeri dan subyektif aspek komponen emosi
dan kejiwaan. Pengaruh subyektif erat kaitannya dengan pendidikan, budaya, makna situasi dan aktifitas kognitif, sehingga nyeri merupakan
hasil belajar serta pengalaman sejak dimulainya kehidupan. Individualisme rasa nyeri ini sulit dinilai secara obyektif, walaupun dokter
telah melakukan observasi atau menggunakan alat monitor. Baku emas
Universitas Sumatera Utara