BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan suatu persepsi sensorik yang sangat mengganggu pada manusia, baik orang dewasa maupun anak-anak.
Berbeda dengan manusia dewasa yang mampu menyampaikan keluhan rasa sakitnya melalui berbagai cara yang mudah dimengerti oleh
pemeriksanya, seorang anak sering kali sulit menyatakan rasa sakitnya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
5
Pengungkapan rasa sakit nyeri pada anak sering kali dinyatakan dengan ekspresi yang sulit dimengerti, sehingga pengenalan tanda dan
bahasa tubuh anak sering diperlukan. Penyebab nyeri itu sendiri merupakan beraneka ragam rangsangan sensorik, ada berupa nyeri perut
baik dari sistem gastrointestinal ataupun urogenital, nyeri akibat operasi, nyeri otottulang atau sendi, nyeri karena penyakit gigi, penyakit telinga,
ataupun nyeri pada penyakit keganasan yang semuanya sering memerlukan penilaian ataupun pengobatan yang spesifik.
5
Nyeri dapat didefenisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh adanya
kerusakan jaringan yang jelas, cenderung rusak, atau sesuatu yang tergambarkan seperti yang dialami
International Association for the Study of Pain
. Dari defenisi di atas dapat diketahui adanya hubungan pengaruh obyektif aspek fisiologi dari nyeri dan subyektif aspek komponen emosi
dan kejiwaan. Pengaruh subyektif erat kaitannya dengan pendidikan, budaya, makna situasi dan aktifitas kognitif, sehingga nyeri merupakan
hasil belajar serta pengalaman sejak dimulainya kehidupan. Individualisme rasa nyeri ini sulit dinilai secara obyektif, walaupun dokter
telah melakukan observasi atau menggunakan alat monitor. Baku emas
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui seseorang berada dalam kondisi nyeri ataupun tidak adalah dengan menanyakannya langsung.
26-28
Dalam keadaan fisiologis, stimulus dengan intensitas rendah menimbulkan sensasi rasa yang tidak kurang menyakitkan yang
diaktifkan oleh serabut saraf A beta, sedang stimulus dengan intensitas tinggi menimbulkan sensasi rasa nyeri yang diaktifkan oleh serabut A
delta dan serabut saraf C. Pada keadaan paska operasi, sistem saraf sensori ini mengalami hipersensitifitas yang akan menyebabkan juga
perubahan fungsi di kornu dorsalis medula spinalis sehingga dengan stimulus yang rendah menyebabkan rasa nyeri yang nyata.
29
Berdasarkan asalnya nyeri dibagi dua, yaitu nyeri somatik dan nyeri viseral. Nyeri somatik yang berasal dari kulit disebut nyeri superfisial,
sedangkan nyeri yang berasal dari otot rangka, tulang, sendi atau jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri superfisial cirinya tajam, lokasinya jelas,
dan cepat hilang bila stimulasi dihentikan. Sedangkan nyeri dalam cirinya terasa tumpul, sulit dilokasi, dan cenderung menyebar ke sekitarnya. Nyeri
viseral biasanya disebabkan oleh penarikan yang kuat dari organ-organ dalam abdomen, demikian juga karena spasme atau kontraksi yang kuat
dari organ viseral yang menimbulkan nyeri terutama bila disertai dengan aliran darah yang tidak adekuat.
26-27
Berdasarkan lamanya nyeri juga dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus
nosiseptif karena perlakukan atau proses penyakit atau fungsi abnormal dari otot atau visera. Biasanya nyeri ini mudah dideteksi, lokasinya jelas,
dan sebatas kerusakan jaringan. Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap lebih dari satu bulan atau diatas waktu yang seharusnya perlukaan
mengalami penyembuhan. Yang termasuk nyeri kronik adalah nyeri persisten yaitu nyeri yang menetap untuk waktu yang lama atau nyeri
rekuren yaitu nyeri yang kambuh dengan interval tertentu.
26-27
Nyeri karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang
Universitas Sumatera Utara
nosiseptif, kedua setelah pembedahan karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh
jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut antara lain adalah prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin, substansi P,
lekotrein dimana zat-zat tersebut berperan sebagai transduksi dari nyeri.
27,29-31
2.2. Nosiseptor