Metamizol Dipiron TINJAUAN PUSTAKA

mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksi, mual dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta perpanjangan masa protrombin. Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian, kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.Masa paruhnya pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk beratnya keracunan. Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan petunjuk akan terjadinya nekrosis hati dan masa paruh lebih dari 12 jam meramalkan akan terjadinya koma hepatik. Penentuan kadar parasetamol sesaat kurang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan hati. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berkaitan secara kovalen dengan makro molekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas parasetamol meningkat pada penderita yang juga mendapat barbiturat, antikonvulsan, atau pada alkoholik yang kronik. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentriloburalis. Keracunan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan suportif tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati.N-asetilsistein cukup efektif bila diberikan per oral 24 jam setelah minum dosis toksik parasetamol. 14,15,56-58

2.12. Metamizol Dipiron

PIRAZOLON ANTIPIRIN, AMINOPIRIN, DAN DIPIRON Antipirin adalah 5 okso-1fenil-2,3-dimetilpirazolidin. Aminopirin adalah derivat ³-dimetilamino dari antipirin. Dipiron adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat diberikan secara suntikan. 15,16,56,59 Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Struktur kimia Metamizol FARMAKODINAMIK Metamizol merupakan turunan pirazolon dengan aksi analgesik dan antipiretik, namun tanpa komponen anti-inflamasi. Walaupun obat tersebut telah tersedia sejak tahun 1922, mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya diketahui. Penghambatan aktivitas COX dalam SSP, yang mengurangi sintesis prostaglandin diduga merupakan mekanisme kerja metamizol.Ada beberapa hipotesis yang menjelaskan efek analgesik metamizol, termasuk penghambatan COX isoenzime-3 dan penurunan sintesis prostaglandin di spinal posterior horn . Selain itu, metamizol dapat memberikan efek spasmolitik dalam kondisi kejang pada saluran kemih dan empedu. 15 Universitas Sumatera Utara FARMAKOKINETIK Metamizol dihidrolisis dalam saluran pencernaan dalam bentuk 4- methylaminoantipirine 4-MAA dan diserap dalam bentuk tersebut; bioavailabilitas adalah lebih dari 80.Enzim hati memetabolisme metamizol menjadi 4-aminoantipirine AA dan 4-formylaminoantipirine FAA,selanjutnya AA adalah Asetilasi untuk 4-asetylaminoantipirine AAA. Semua metabolit dari metamizol menunjukkan aktivitas biologis, yang berperan untuk efek analgesik dan meresap ke dalam susu ibu.Hasil metabolit yang terikat dengan protein plasma sekitar 60,65-70 dari metabolit aktif metamizol diekskresikan melalui urin. Eliminasi dari 4-MAA memanjang sebesar 22 setelah dosis ganda dan sebesar 33 pada orang tua. 15 INDIKASI Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgetik-antipiretik karena efek anti inflamasinya lemah. Sedangkan antipirin dan aminopirin tidak digunakan lagi karena lebih toksis daripada dipiron. Karena keamanan obat ini diragukan, sebaiknya dipiron hanya diberikan bila dibutuhkan analgesik antipiretik yang lebih aman. Pada beberapa kasus penyakit hodgkin dan periarteritis nodosa, dipiron merupakan obat yang masih dapat digunakan untuk meredakan demam yang sukar diatasi dengan obat lain. Dosis untuk dipiron ialah tiga kali 0,3-1 gram sehari. Dipiron tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang mengandung 500 mgml. 15,16,56,59 EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI Semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aseptik dan trombositopenia. Dibeberapa negara misalnya amerika, efek samping ini banyak terjadi dan bersifat fatal, sehingga pemakaiannya sangat dibatasi atau dilarang sama sekali. Di indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi dan agranulositosis telah Universitas Sumatera Utara dilaporkan pada pemakaian obat ini, tetapi belum ada data tentang angka kejadiannya. Kesan bahwa orang indonesia tahan terhadap dipiron tidak dapat diterima begitu saja mengingat sistem pelaporan data efek samping belum memadai sehingga mungkin terjadi diskrasia darah ini. Dipiron juga dapat menimbulkan hemolisis, udem, tremor, mual dan muntah, perdarahan lambung dan anuria.Aminopirin tidak lagi diizinkan beredar di indonesia sejak tahun 1977 atas dasar kemungkinan membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik. 15,16,56,59 Universitas Sumatera Utara

2.13. KERANGKA KONSEP