Hasil diagnostik uji titer antibodi O Gejala Klinis Sewaktu Masuk

Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test Widal berdasarkan sumber biaya tertinggi berasal dari bukan biaya sendiri 54,1 dan terendah biaya sendiri 45,9.

4.9. Hasil diagnostik uji titer antibodi O

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan uji titer antibodi O di RSU Dr. F. L.Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Berdasarkan Hasil Laboratorium Uji Titer O Rawat Inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari table 4.9. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test Widal berdasarkan hasil laboratorium uji titer O tertinggi adalah penderita dengan angka titer O = 1160 54,7 dan terendah dengan angka titer O =180 14,4. No. Uji Titer O f 1. 180 26 14,4 2. 1160 99 54,7 3. 1 320 56 30,9 Total 181 100,0 Universitas Sumatera Utara

4.10. Hasil diagnostik uji titer antibodi H

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan berdasarkan uji titer antibodi O di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Rawat Inap Berdasarkan Hasil Laboratorium Uji Titer H di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari tabel 4.10. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test Widal berdasarkan hasil laboratorium uji titer H tertinggi adalah penderita dengan angka titer H = 1320 37,6 dan terendah dengan angka titer H =180 26,5. No. Uji Titer H f 1. 180 48 26,5 2. 1160 65 35,9 3. 1 320 68 37,6 Total 181 100,0 Universitas Sumatera Utara 4.11.Analisa Statistik 4.11.1. Umur Penderita Berdasarkan Status Komplikasi Proporsi umur penderita Tifus abdominalis berdasarkan status komplikasi di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Tifus Adominalis Rawat Inap di RSU Dr. F. L. Lumban Tobing Januari 2010 - Juni 2012 p= 0,087 Berdasarkan tabel 4.11. dapat diketahui bahwa dari 162 penderita Tifus abdominalis tanpa komplikasi, 66,0 berumur 12 tahun, 21,0 pada kelompok umur 12-30 tahun dan 13,0 umur 30 tahun. Dari 19 penderita Tifus abdominalis dengan komplikasi 47,4 pada kelompok umur 12 tahun, 21,1 berada pada kelompok umur 12– 30 tahun, 31,5 pada kelompok umur 30 tahun. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan status komplikasi. No. Status Komplikasi UmurTahun Total 12 12-30 30 f f f f 1. Tanpa komplikasi 107 66,0 34 21,0 21 13,0 162 100,0 2. Dengan komplikasi 9 47,4 4 21,1 6 31,5 19 100,0 Universitas Sumatera Utara

4.11.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi jenis kelamin penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan status komplikasi di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Tifus Abdominalis Dengan Pemeriksan Test Widal Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Januari 2010 - Juli 2012 p=0,434 Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui bahwa dari 162 penderita Tifus abdominalis tanpa komplikasi 56,8 berjenis kelamin laki-laki dan 43,2 brjenis kelamin perempuan. Dari 19 orang penderita Tifus abdominalis dengan komplikasi 47,4 berjenis kelamin laki-laki dan 52,6 berjenis kelamin perempuan. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square memenuhi syarat untuk dilakukan karena tidak terdapat yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, dan diperoleh nilai p 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan status komplikasi. No. Status komplikasi Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan f f f 1. Tanpa komplikasi 92 56,8 70 43,2 162 100,0 2. Dengan komplikasi 9 47,4 10 52,6 19 100,0 Universitas Sumatera Utara

4.11.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Tifus Adominalis Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Januari 2010 - Juli 2012 t=0,006 df= 179 p=0,995 Berdasarkan tabel 4.13. dapat dilihat bahwa penderita Tifus abdominalis tanpa komplikasi dan penderita dengan komplikasi memiliki lama rawatan rata-rata 4 hari. Berdasarkan uji t-test diperoleh nilai p 0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi.

4.11.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.14. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Tifus Adominalis Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Januari 2010 - Juli 2012 t= 2,068 df=179 p=0,044 Berdasarkan tabel 4.14. dapat dilihat bahwa 83 penderita Tifus abdominalis dengan sumber biaya sendiri memiliki lama rawatan rata-rata 3 hari dan 98 penderita dengan sumber biaya bukan biaya sendiri lama rawatan rata-rata 4 hari. No. Status Komplikasi Lama Rawatan Rata-rata Hari f X SD 1. Tanpa komplikasi 162 3,73 1,626 2. Dengan komplikasi 19 3,74 1,408 No. Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata Hari f X SD 1. Biaya sendiri 83 3,47 1,177 2. Bukan biaya sendiri 98 3,96 1,163 Universitas Sumatera Utara Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

4.11.5. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status komplikasi penderita Tifus abdominalis rat inap di RSU Dr Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.15. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Tifus Adominalis Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Januari 2010 - Juli 2012 p= 0,450 Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa dari 83 penderita Tifus abdominalis dengan biaya sendiri 81,9 pulang berobat jalan, 18,1 pulang atas permintaan sendiri. Dari 98 penderita Tifus abdominalis yang bukan biaya sendiri 85,7 pulang berobat jalan, 13,3 pulang atas permintaan sendiri dan 1 meninggal. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai No Sumber Biaya Keadaan Sewaktu Pulang Total PBJ PAPS Meninggal f f f f 1. Biaya sendiri 68 81,9 15 18,1 83 100,0 2. Bukan biaya sendiri 84 85,7 13 13,3 1 1,0 98 100,0 Universitas Sumatera Utara p0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan status komplikasi penderita.

4.11.6. Titer O Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi titer O berdasarkan status komplikasi penderita Tifus abdominalis di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.16. Distribusi Proporsi Titer O Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Tifus Adominalis Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Januari 2010 - Juli 2012 p= 0,472 Berdasarkan tabel 4.16. dapat diketahui bahwa dari 162 penderita Tifus abdominalis tanpa komplikasi , 15,4 dengan titer O=180, 54,3 titer O=1160 dan 30,2 titer O1320. Dari 19 penderita Tifus abdominalis dengan komplikasi 5,3 titer O = 180, 57,9 titer O=160 dan 36,8 dengan titer O=1320. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel 16,7 yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi titer O berdasarkan status komplikasi. No. Status Komplikasi Titer O Total 180 1160 1320 f f f f 1. Tanpa komplikasi 25 15,4 88 54,3 49 30,2 162 100,0 2. Dengan komplikasi 1 5,3 11 57,9 7 36,8 19 100,0 Universitas Sumatera Utara

4.11.7. Titer H Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi titer H berdasarkan status komplikasi penderita Tifus abdominalis berdasarkan status komplikasi di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.17. Distribusi Proporsi Titer H Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Tifus Adominalis Rawat Inap di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Januari 2010 - Juli 2012 p= 0,140 Berdasarkan tabel 4.17. dapat diketahui bahwa dari 162 penderita Tifus abdominalis tanpa komplikasi 29,6 mempunyai titer H=180, 33,3 dengantiter H160 dan 37,0 dengan titer H= 1320. Dari 19 penderita Tifus abdominalis dengan komplikasi 57,9 mempunyai titer H = 1160 dan 42,1 dengan titer H=1320. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square memenuhi syarat untuk dilakukan karena tidak terdapat sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, dan diperoleh nilai p0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi titer H berdasarkan status komplikasi. No. Status Komplikasi Titer H Total 180 1160 1320 f f f f 1. Tanpa komplikasi 48 29,7 54 33,3 60 37,0 162 100,0 2. Dengan komplikasi 11 57,9 8 42,1 19 100,0 Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1.Penderita Tifus abdominalis Berdasarkan Sosiodemografi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan dan Tempat Tinggal

5.1.1. Umur

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan umur yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010- Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Berdasarkan Umur Rawat Inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.1. dapat diketahui bahwa penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal yang dirawat inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 berdasarkan umur tertinggi terdapat pada kelompok umur 1-10 tahun 59,1 dan terendah pada kelompok umur 61-70 tahun 0,6. Adanya faktor higienitas, daya tahan tubuh dan kontaminasi susu atau produk susu oleh carrier 59,1 18,8 6,6 4,9 3,9 2,8 2,2 1,1 0,6 10 20 30 40 50 60 70 1 – 10 11 20 31-40 21-30 51-60 41-50 1 71-80 61-70 P ro p o rs i Umur Tahun Universitas Sumatera Utara dapat menyebabkan anak-anak lebih banyak terkontaminasi Salmonella typhi. Hal ini sejalan dengan penelitian Dwi, R.A., 2009 dengan desain cross sectional, dari 169 penderita Tifus abdominalis 43,8 terjadi pada kelompok umur 1-10 tahun. 37

5.1.2. Jenis Kelamin

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan jenis kelamin yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 55,8 44,2 Laki-laki Perempuan Universitas Sumatera Utara Dari gambar 5.2. dapat diketahui bahwa karakteristik penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal yang dirawat inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 berdasarkan jenis kelamin laki-laki 55,8 dan perempuan 44,2. Hal ini bukan merupakan indikasi bahwa kejadian Tifus abdominalis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, kemungkinan pasien yang dirawat inap lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Terjadinya penularan Tifus abdominalis karena kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita maupun carrier Tifus abdominalis, umumnya transmisi bakteri Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita sehingga siapapun dapat terinfeksi Tifus abdominalis. Menurut penelitian Sitohang, S. R., di RSU Sari Mutiara Medan 2005 dengan desain case series, dari 261 penderita Tifus abdominalis 52,9 138 orang berjenis kelamin perempuan. 38 Menurut penelitian Pratiwi, R., di RSU Permata Bunda Medan 2007 dengan desain case series, dari 199 penderita 54,8 103 orang berjenis kelamin laki-laki. 39 Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Pendidikan

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan pendidikan yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Berdasarkan Pendidikan di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test widal berdasarkan pendidikan yang tertinggi yaitu belum sekolah 42,3 dan terendah akademi atau perguruan tinggi 3,4. Hal ini sesuai dengan umur penderita tertinggi pada kelompok 0-10 tahun dimana dari 111 orang, 75 orang diantaranya berada pada umur 0-6 tahun yang berstatus belum sekolah. Anak pra sekolah merupakan usia rentan terhadap penyakit oleh karena kelompok tersebut memiliki kebiasaan bermain di luar rumah sehingga lebih besar untuk teinfeksi Salmoenlla typhi. 42,3 26,9 16,0 11,4 3,4 Belum Sekolah SD SLTA SLTP Akademi Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara

5.1.4. Pekerjaan

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeiksaan Test Widal Berdasarkan Pekerjaan di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test widal berdasarkan pekerjaan tertinggi yaitu belum bekerja 42,5 dan terendah pegawai swasta dan pensiunan 1,2. Hal ini dapat dikaitkan dengan umur penderita Tifus abdominalis tertinggi pada kelompok umur 0-10 tahun dimana 75 orang diantaranya berumur 0-6 tahun dengan status belum bekerja. 42,5 40,2 8 2,9 2,3 1,7 1,2 1,2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 pr o po r si Pekerjaan Universitas Sumatera Utara

5.1.5. Status Perkawinan

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan status perkawinan yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeiksaan Test Widal Berdasarkan Status Perkawinan di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.5. dapat diketahui bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan status belum kawin lebih tinggi 86,7 dibandingkan dengan status kawin 13,3. Hal ini dapat dikaitkan dengan jumlah penderita berdasarkan umur dimana Tifus abdominalis lebih banyak terjadi pada kelompok umur 20 tahun yang sebagian besar merupakan anak-anak. Adanya carrier kronik didalam anggota keluarga menjadi indikasi tingginya kejadian Tifus abdominalis pada anak-anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Koto, R. di RSUP H. Adam Malik Medan 2003 dengan desain case series, dari 103 orang penderita 63,1 65 orang 86,7 13,3 Belum Kawin Kawin Universitas Sumatera Utara belum kawin. 40 Hasil penelitian Siska, I. di RSU Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi 2008 dengan desain case series juga menyebutkan dari 231 orang penderita Tifus abdominalis 61,5 berstatus belum kawin. 41

5.1.6. Tempat Tinggal

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeiksaan Test Widal Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.6. dapat diketahui bahwa proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan tempat tinggal tertinggi berasal dari Kota Sibolga 58,6 dan terendah berasal dari luar Kota Sibolga 41,4. Hal ini dapat dikaitkan bahwa Rumah Sakit F. L. Tobing Sibolga merupakan satu-satunya Rumah Sakit yang berada di kota Sibolga dengan letak yang strategis dan mudah dijangkau 58,6 41,4 Kota Sibolga Luar Kota Sibolga Universitas Sumatera Utara sehingga banyak penderita Tifus abdominalis dari Kota Sibolga maupun luar Kota Sibolga yang berkunjung ke Rumah Sakit tersebut.

5.2. Gejala Klinis Sewaktu Masuk

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan gejala klinis sewaktu masuk yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Berdasarkan Gejala Klinis Sewaktu Masuk di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.7. dapat diketahui bahwa semua penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal mengalami gejala demam sewaktu masuk rumah sakit 100,0, muntah 95,0, badan lemah 86,7, mual 86,2, anoreksia 81,8, lidah kotor 77,3, batuk 54,1, sakit perut 51,9, sakit kepala 46,4, perut kembung 33,7, diare 24,3, konstipasi16,6, sesak nafas 11,0, gangguan kesadaran 1,7, mimisan 1,1. 100 95,0 86,7 86,2 81,8 77,3 54,1 51,9 46,4 33,7 24,3 16,6 11,0 1,7 1,1 20 40 60 80 100 120 Demam Muntah Badan lemah Mual Anoreksia Lidah kotor Batuk Sakit perut Sakit kepala Perut kembung Diare Konstipasi Sesak nafas Gangguan kesadaran Mimisan Proporsi Universitas Sumatera Utara Demam merupakan gejala utama Tifus abdominalis yang terjadi karena bakteri Salmonella typhi dan endoktosinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas yang paling tinggi pada penderita Tifus abdominalis adalah gejala demam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitohang, S. R., di RS Sari Mutiara Medan 2005 dengan desain case series bahwa semua penderita mengalami gejala demam 100,0. 38 Penelitian Siska,I., di RS Sri Pamela Tebing Tinggi 2008 dengan desain case series bahwa semua penderita mengalami gejala demam 100,0. 4 Universitas Sumatera Utara

5.3. Status Komplikasi