Umur Jenis Kelamin Hasil diagnostik uji titer antibodi H

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1.Penderita Tifus abdominalis Berdasarkan Sosiodemografi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan dan Tempat Tinggal

5.1.1. Umur

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan umur yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010- Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Berdasarkan Umur Rawat Inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 Dari gambar 5.1. dapat diketahui bahwa penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal yang dirawat inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 berdasarkan umur tertinggi terdapat pada kelompok umur 1-10 tahun 59,1 dan terendah pada kelompok umur 61-70 tahun 0,6. Adanya faktor higienitas, daya tahan tubuh dan kontaminasi susu atau produk susu oleh carrier 59,1 18,8 6,6 4,9 3,9 2,8 2,2 1,1 0,6 10 20 30 40 50 60 70 1 – 10 11 20 31-40 21-30 51-60 41-50 1 71-80 61-70 P ro p o rs i Umur Tahun Universitas Sumatera Utara dapat menyebabkan anak-anak lebih banyak terkontaminasi Salmonella typhi. Hal ini sejalan dengan penelitian Dwi, R.A., 2009 dengan desain cross sectional, dari 169 penderita Tifus abdominalis 43,8 terjadi pada kelompok umur 1-10 tahun. 37

5.1.2. Jenis Kelamin

Proporsi penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal berdasarkan jenis kelamin yang dirawat inap di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Tifus abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 55,8 44,2 Laki-laki Perempuan Universitas Sumatera Utara Dari gambar 5.2. dapat diketahui bahwa karakteristik penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan Test Widal yang dirawat inap di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga Januari 2010-Juli 2012 berdasarkan jenis kelamin laki-laki 55,8 dan perempuan 44,2. Hal ini bukan merupakan indikasi bahwa kejadian Tifus abdominalis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, kemungkinan pasien yang dirawat inap lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Terjadinya penularan Tifus abdominalis karena kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita maupun carrier Tifus abdominalis, umumnya transmisi bakteri Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita sehingga siapapun dapat terinfeksi Tifus abdominalis. Menurut penelitian Sitohang, S. R., di RSU Sari Mutiara Medan 2005 dengan desain case series, dari 261 penderita Tifus abdominalis 52,9 138 orang berjenis kelamin perempuan. 38 Menurut penelitian Pratiwi, R., di RSU Permata Bunda Medan 2007 dengan desain case series, dari 199 penderita 54,8 103 orang berjenis kelamin laki-laki. 39 Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Pendidikan