Gejala Klinis Karakteristik Penderita Tifus Abdominalis Dengan Pemeriksaan Test Widal Rawat Inap Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Januari 2010 - Juli 2012

hanya sampai tiga bulan umpamanya kelompok Salmonella, Hepatitis B dan pada Difteri. d. Chronis carrier menahun merupakan sumber penularan yang cukup lama seperti pada penyakit Tifus abdominalis dan Hepatitis B.

2.6. Gejala Klinis

14, 31, 32

Gejala-gejala yang timbul sangat bervariasi. Perbedaan tersebut tidak saja antara berbagai bagian dunia tetapi juga di daerah dari waktu ke waktu. Gambaran penyakit juga bervariasi mulai dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Pada minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala pada saat masuk rumah sakit hampir sama dengan infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, nyeri otot, badan lesu, anoreksia, mual, muntah serta diare. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh meninggi secara bertingkat dari suhu normal sampai mencapai 38-40 o C. Suhu tubuh lebih tinggi pada sore hari dan malam hari dibandingkan pada pagi hari. Demam tinggi biasanya disertai nyeri kepala hebat yang menyerupai gejala meningitis. Pada saluran pencernaan terjadi gangguan seperti bibir kering dan pecah-pecah, lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput putih coated tongue. Terjadi juga reaksi mual berat sampai muntah. Hal ini disebabkan bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa. Selanjutnya terjadi pembengkakan yang menekan lambung hingga menimbulkan rasa mual. Mual yang berlebihan menyebabkan makanan tidak dapat masuk secara sempurna dan biasanya keluar melalui mulut. Pada beberapa kasus Tifus abdominalis, penderita disertai dengan gejala diare. Namun dalam beberapa kasus lainnya penderita Universitas Sumatera Utara mengalami konstipasi sulit buang air besar. Gejala lain yang dapat dilihat dari penderita Tifus abdominalis berupa bintik-bintik di dada dan perut rose spot yang akan menghilang 2-5 hari. Setelah minggu kedua maka tanda-tanda klinis semakin jelas berupa demam remiten, hepatomegali pembesaran hati, splenomegali pembesaran limpa meteorismus perut kembung, dan dapat disertai gangguan kesadaran ringan sampai berat. Dalam minggu ketiga apabila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai menurun. Meskipun demikian, pada stadium ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung terjadi akibat lepasnya kerak dari ulkus. Jika keadaan penderita memburuk maka akan terjadi tanda-tanda yang khas berupa delirium atau stupor, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin diikuti peningkatan tekanan abdomen serta nyeri perut. Apabila denyut nadi penderita semakin meningkat disertai peritonitis lokal maupun umum maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus, penderita akan mengalami kolaps. Sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita Tifus abdominalis pada minggu ketiga. Pada minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. Universitas Sumatera Utara

2.7. Diagnosis