BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gagasan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring
tuntutan rakyat dan perkembangan di dalam pemerintah itu sendiri. Namun demikian, pembaruan dari kedua sisi tersebut sampai saat ini masih tetap belum memuaskan arti
posisi pemerintah dan rakyat yang masih belum menguntungkan dipihak rakyat sebagai pihak yang lemah dan termarjinalisasi dalam kerangka pelayanan. Oleh
karena itu, dibutuhkan pembaruan makna, bahwa pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri ataupun dilayani oleh rakyat, melainkan untuk melayani
kebutuhan rakyat Kurniawan, 2005:2 Sebagai penyelenggara pemerintahan, pemerintah dituntut untuk memberikan
pelayanan bagi masyarakat di sektor- sektor yang menjadi kebutuhan orang banyak. Salah satunya pelayanan kesehatan. Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak
setiap warga negara yang telah dijamin dalam Undang-undang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Oleh
karena itu negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya tak terkecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat miskin, pemerintah telah meluncurkan program kesehatan yang dikhususkan untuk masyarakat miskin
Universitas Sumatera Utara
agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Program tersebut adalah program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas. Jamkesmas sendiri adalah program
pemerintah berskala nasional yang pendanaannya berasal dari APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Program ini hanya melanjutkan program terdahulunya
yaitu Askeskin dan kartu sehat dengan tujuan untuk menjamin pembiayaan kesehatan masyarakat miskin. Peserta Jamkesmas ini juga tidak dikenakan biaya saat ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, rumah sakit milik pemerintah atau swasta yang telah bekerjasama dengan Jamkesmas. Rumah sakit pemerintah wajib
menjadi penyedia pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas. Sedangkan rumah sakit swasta harus terlebih dahulu mempunyai IKS Ikatan Kerjasama dengan
kementerian kesehatan. Sasaran program adalah 76,4 juta jiwa di 33 provinsi seluruh Indonesia.
Kenyataan yang terjadi derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Ini tergambar dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah
sampai empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Derajat kesehatan yang rendah tersebut disebabkan sulitnya akses terhadap pelayanan
kesehatan dan mahalnya biaya kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2008 :1. Selain itu terkadang pelayanan kesehatan juga dibeda-bedakan. Hal ini
menimbulkan pandangan masyarakat bahwa pelayanan disesuaikan dengan harga. Artinya, jika membayar mahal maka akan mendapat pelayanan yang baik dan
sebaliknya bila membayar murah maka pelayanan akan seadanya. Dengan program Jamkesmas yang tidak mengharuskan pesertanya untuk membayar atau dengan kata
Universitas Sumatera Utara
lain gratis maka yang tergambar adalah jauh dari kata terlayani http:kabar17.com201208pasien-jamkesmas-di-rs-medika-ngaliyan-ditelantarkan.
Padahal Jamkesmas sama sekali tidak gratis. Penolakan pasien Jamkesmas dan pemungutan biaya pada pasien Jamkesmas
juga masih terdengar di beberapa daerah. Hal ini menambah anggapan buruk akan pelayanan kesehatan masyarakat ini http:republika.co.idberitaregionalnusantara
111107lualqlagi-rsud-tolak-pasien-jamkesmas-garagara-masalah-biaya. Sehingga ada keraguan bahwa program Jamkesmas ini tidak akan berjalan dengan semestinya.
Salah satu rumah sakit swasta pelaksana Jamkesmas adalah Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Setidaknya untuk Kabupaten Deli Serdang saja
jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 377.561 jiwa Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2011. Artinya ada banyak masyarakat miskin yang akan menggunakan
jasa pelayanan kesehatan dengan Jamkesmas sebagai bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan gratis.
Dalam sebuah program, tahap yang paling penting adalah pelaksanaannya atau implementasi. Rumah sakit termasuk dalam street level burcancrat, atau
organisasi yang berhadapan langsung dengan target yang dituju. Rumah sakit adalah sebagai pelaksana atau implementor. Berjalan atau tidaknya program dapat dilihat
pada tahap implementasinya. Lalu bagaimana dengan implementasi program Jamkesmas ini di Rumah Sakit Grand Medistra dalam memberikan pelayanan yang
bertajuk Jamkesmas, apakah masih menurut pelayanan sesuai harga atau telah berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan penelitian lebih lanjut terkait masalah tersebut dengan judul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat pada Rumah Sakit Umum
Grand Medistra Lubuk Pakam”.
1.2. Rumusan Masalah