Trigliserida Hidrolisis Lemak TINJAUAN PUSTAKA

9 Tabel 2.2. Kandungan Asam Lemak per 100 g Minyak Kelapa Asam Lemak Jumlah Asam lemak jenuh : Asam kaproat Asam kaprilat Asam kaprat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam arachidat Asam lemak tidak jenuh : Asam palmitoleat Asam oleat Asam linoleat 0,0 – 0,8 5,5 – 9,5 4,5 – 9,5 44,0 – 52,0 13,0 – 19,0 7,5 – 10,5 1,0 – 3,0 0,0 – 0,4 0,0 – 1,3 5,0 – 8,0 1,5 – 2,5

2.3 Trigliserida

Trigliserida adalah komponen utama minyak sayur dan lemak hewan. Trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibanding air dan pada suhu kamar normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair. Apabila padat maka disebut lemak, sedangkan apabila cair disebut minyak. Trigliserida disebut juga triacilgliserol TAG, yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu molekul gliserol dan tiga asam lemak Darmoyuwono, 2005. Gliserol adalah alkohol trihidrat mengandung tiga gugus hidroksil, atau –OH yang dapat bergabung dengan sampai tiga asam lemak sehingga membentuk monogliserida, digliserida, dan trigliserida. Monogliserida, digliserida, dan trigliserida digolongkan sebagai senyawa ester yaitu senyawa Universitas Sumatera Utara 10 yang terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air H 2 O sebagai hasil samping Darmoyuwono, 2005.

2.4 Hidrolisis Lemak

Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak. Reaksi hidrolisis ini dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak. Reaksi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak. Proses hidrolisis yang disengaja, biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa seperti KOH atau NaOH. Proses ini dikenal sebagai reaksi penyabunan. Proses penyabunan ini banyak dipergunakan dalam industri Ketaren, 2005. Pada proses penyabunan, pemberian KOH atau NaOH yang berlebih akan menyebabkan terjadinya penyabunan yang sempurna atau hidrolisis total Fessenden dan Fessenden 1989, Ketaren 2005. Tetapi apabila jumlah KOH atau NaOH yang digunakan lebih sedikit dari jumlah minyak yang akan dihidrolisis maka tidak semua minyak akan tersabunkan atau disebut juga hidrolisis parsial Darmoyuwono, 2006. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang tinggi dan sebaliknya minyak yang mempunyai berat molekul tinggi mempunyai bilangan penyabunan yang rendah. Dalam penetapan bilangan penyabunan biasanya dipergunakan adalah larutan KOH. Bilangan penyabunan untuk minyak kelapa murni adalah 250 – 260 mg KOHg minyak Ketaren, 2005; Subroto, 2006. Universitas Sumatera Utara 11 Reaksi penyabunan: O O CH 2 – O – C – R1 R1 – C – O – Na O CH 2 OH O CH – O – C – R2 + 3NaOH CH OH + R2 – C – O – Na O CH 2 OH O CH 2 – O – C – R3 R3 – C – O – Na trigliserida basa gliserol sabun Penetapan bilangan penyabunan dapat dilakukan dengan cara ditimbang sebanyak 5 gram minyak di dalam labu erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan sebanyak 50 ml NaOH metanol 0,5 N. Labu erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak kemudian dididihkan selama 3 jam. Larutan didinginkan dan bagian dalam dari pendingin tegak dibilas dengan sedikit air. Larutan ditambahkan 1 ml indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah muda menghilang Ketaren, 2005. Bilangan penyabunan dihitung dengan rumus: ml NaOH x N NaOH – ml HCl x N HCl Bilangan Penyabunan = x BM NaOH g minyak Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi volume NaOH yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis. Misalnya untuk hidrolisis 50, maka volume NaOH yang ditambahkan adalah setengah dari volume NaOH yang digunakan pada penetapan bilangan penyabunan Darmoyuwono, 2006. Universitas Sumatera Utara 12

2.5 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni