6. Penegasan pengaturan pengenaan sanksi Perseroan yang tidak melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. 7.
Perseroan yang telah berperan dan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenangan.
2.3.5 Pandangan Dunia Usaha Terhadap CSR di Indonesia
Ada satu pertanyaan mendasar yaitu “Motivasi apa yang melatarbelakangi kalangan dunia usaha perseroan terbatas dalam menerima konsep CSR?. Menurut Yusuf Wibisono,
dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” mengatakan bahwa ada 3 tiga kategori perusahaan dalam menerapkan CSR di Indonesia.
Pertama , sekedar basa-basi dan keterpaksaan. Artinya CSR dipraktekkan karena
faktor eksternal external driven. Juga karena reputation driven. Yang masih hangat dalam ingatan kita, misalnya saat bencana tsunami di Aceh dan Sumut terjadi. Korporasi besar dan
kecil seperti dikomando untuk berebut memberikan bantuan uang, medis, sembako dan lain- lain. Kemudian perusahaan berlomba-lomba menginformasikan kontribusinya melalui
media massa.
Kedua , sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban compliance. CSR dipraktekkan
karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Artinya kesadaran betapa pentingnya menerapkan CSR yang menjadi tren
seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial.
Misalnya pengusaha-pengusaha Amerika Serikat sudah semakin keras dengan produk furniture yang datang dari Indonesia. Karena, produk tersebut diharuskan menerapkan
Universitas Sumatera Utara
ecolabelling , suatu tanda bukti bahwa kayunya diambil secara bijaksanan dengan memperhatikan lingkungan, seperti tidak menebang kayu seenaknya tanpa upaya
peremajaan.
Ketiga, bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance. CSR dipraktekkan
karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam internal driven. Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.
Dengan demikian, CSR bukan lagi sekedar aktifitas tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR
disikapi secara strategis dengan melakukan alignment antara inisiatif CSR dengan strategi korporasi.
2.4 Triple Bottom Line
Upaya membatasi meluasnya sikap egosentris dari para pelaku usaha secara tajam datang dari Jhon Elkington. Melalui Cannibals with Forks, the Triple Bottom line of
Twentieth Century Business, Engkilton 1997 mengenalkan konsep tiga garis dasar Triple Bottom Line Dalam bukunya tersebut Engkilton mencoba menyadarkan para pelaku usaha,
bahwa jika para pelaku ingin aktivitas ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa
keuntungan, melainkan harus menjadikan tiga fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh Engkilton dinamakan konsep ”3P”.Cakupan yang menjadi pusat perhatian para
pelaku usaha adalah, selain mengejar keuntungan perusahaan profit, Pihak pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibatnya secara sungguh – sungguh dalam upaya
Universitas Sumatera Utara