berbicara, mengunyah, menelan, dan berkurangnya Indera pengecapan setelah menerima dosis radioterapi pada daerah kepala dan leher 20-40 Gy.
3,6
2.8 Perawatan Xerostomia Selama Tindakan Radioterapi pada Daerah Kepala dan Leher
Kelenjar saliva biasanya berada dalam lapangan radioterapi kanker daerah kepala dan leher. Perawatan xerostomia selama tindakan radioterapi adalah tetap
menjaga kebersihan rongga mulut, menstimulasi kelenjar saliva yang masih berfungsi sialogogues, dan meringankan gejala-gejala klinis mulut kering.
27-31
Manajemen perawatan xerostomia yang dapat dilakukan oleh paenderita xerostomia antara lain adalah.
30
1. Pasien mengkonsumsi air sesering mungkin untuk lubrikasi pelumas dan melembabkan mulut yang dapat meringankan rasa sakit.
2. Kumur-kumur dengan air untuk membersihkan rongga mulut. 3. Penggunaan permen dan permen karet yang bebas gula untuk menstimulasi
saliva sehingga mulut menjadi basah. 4. Penggunaan saliva pengganti atau stimulasi saliva jika gejala xerostomia
bertambah parah. 5. Penggunaan topikal fluor dan menjaga kebersihan mulut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
Radioterapi merupakan metode pengobatan penyakit kanker menggunakan radiasi elektromagnetik sinar x dan sinar gamma atau partikular berenergi tinggi
untuk merusak kemampuan reproduksi sel-sel ganas
.
Tujuannya adalah menimbulkan kerusakan pada setiap molekul yang dilewati melalui proses ionisasi dan eksitasi
sehingga terjadi kerusakan sel kanker di dalam tubuh. Radioterapi memegang peranan penting pada perawatan kanker kepala dan leher. Radioterapi memberikan manfaat
pada jaringan, tetapi memiliki efek samping yang tidak dapat dihindarkan. Sinar radiasi yang digunakan sebagai agen radioterapi memberi komplikasi destruktif pada
mukosa oral. Radioterapi kanker kepala dan leher, biasanya diberikan 5 - 7 minggu, sekali dalam sehari, dengan intesitas 4 - 5 per minggu, 2 - 2,5 Gy per fraksi.
1,3,11
Saliva yang digunakan dalam penelitian ini adalah unstimulated saliva dengan menggunakan metode spitting, yaitu subjek membiarkan saliva tergenang dalam
mulutnya tanpa ditelan dan setiap satu menit, subjek harus meluahkan saliva yang terkumpul didalam mulut ke dalam tabung, ini dilakukan dua kali, kemudian saliva
yang terkumpul tersebut ditimbang untuk melihat volumenya.
7
Gambaran histologi dari respon jaringan kelenjar saliva setelah terapi radiasi, terjadi kerusakan pada komponen parenkim terutama pada kelenjar parotid lebih
sensitif jika dibandingkan dengan kelenjar lainnya. Beberapa bulan setelah radioterapi dilakukan, inflamasi akan semakin kronik terjadi fibrosis pada kelenjar
saliva, adiposis kehilangan pembuluh darah dan seiring dengan itu jaringan parenkim akan mengalami degenerasi. Gangguan fungsi pada kelenjar saliva selama radiasi
tersebut menyebabkan berkurangnya sekresi saliva atau xerostomia.
3,11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Radioterapi Kepala dan Leher
saliva Efek Samping Radioterapi terhadap
Kelenjar Saliva
jaringan parenkim akan mengalami degenerasi Terjadi kerusakan pada kelenjar parotid
Volume saliva normal 0,25 - 0,35 ml per
menit dan ±1,5 liter per hari
Radioterapi
Fungsi Saliva 1. Sensasi Rasa
2. Perlindungan Mukosa
dan Lubrikasi
3. Kapasitas Buffer 4. Integritas Enamel Gigi
5. Menjaga Oral Hygiene 6. Membantu Proses Pencernaan
7. Perbaikan Jaringan 8. Membantu Proses Bicara
9. Menjaga Keseimbangan Cairan Dipengaruhi oleh:
1.Kesehatan umum menurun 2. Umur
3. penggunaan obat-obatan 4. Menopause
5. Kemoterapi 6. Konsumsi air minum
sel asinar serus lebih radiosensitif dibandingkan sel asinar mukus
inflamasi bertambah parah dan kelenjar menjadi fibrosis
Terjadi penurunan volume saliva
Xerostomia
Mulut Perih Gangguan
pengecapan Gangguan
penelanan Produksi saliva
menurun 40 setelah 1 minggu setelah
radioterapi Kelenjar Saliva Mayor:
- Parotis - Sublingual
- Submandibular Kelenjar Saliva minor
- kel. Saliva tambahan di mukosa bukal, labial, lingual
dan palatinal Biasanya diberikan
2 - 2,5 Gy tiap kali, 1 kali sehari,5 hari seminggu,
selama 5 - 7 minggu
3.1 Kerangka Teori