- Antihipertensiva
- Antihistaminika
- Dll
4. Monopause Pada perempuan menopause sekresi saliva berkurang akibat faktor sistemik
seperti perubahan hormon yang meyebabkan terjadinya penurunan ketahanan rongga mulut dan sekresi saliva, faktor perubahan kemampuan fisiologi, maupun akibat
faktor perubahan emosional yang terjadi. Ini mempengaruhi derajat kebersihan mulut, termasuk diet asupan makanan, serta laju aliran saliva.
22
5. Radioterapi Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan penurunan volume
saliva tergantung jenis kanker dan lapangan penyinarannya misalnya radioterapi dengan menggunakan radioactive iodine
untuk pengobatan tumor tiroid dapat merusak kelenjar parotid.
7
6. Kemoterapi Kemoterapi dapat menyebabkan gangguan kelenjar saliva selama atau bahkan
langsung setelah melakukan terapi. Kebanyakan pasien melaporkan fungsi saliva dapat kembali seperti semula meskipun beberapa diantaranya mengalami xerostomia
secara permanen.
20
7. Konsumsi air minum Banyaknya air yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda tergantung pada
ukuran tubuh orang tersebut dan apa yang dianggap sesuai untuk tubuhnya. Meski kebutuhan air tiap orang berbeda menurut Profesor Hiromi Shinya MD, pakar
enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine AS, usahakan tubuh untuk mendapatkan pasokan air 8 gelas per hari 1,6 liter untuk
orang dewasa dalam mencegah terjadinya dehidrasi serta xerotomia.
29
2.7 Efek samping Radioterapi terhadap Kelenjar Saliva
Sampai saat ini belum pasti diketahui apakah kerusakan pada kelenjar saliva disebabkan karena radioterapi kanker daerah kepala dan leher secara langsung
merusak sel kelenjar saliva atau sebagai kerusakan sekunder karena radioterapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kanker daerah kepala dan leher menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.
10
Sel asinar serous lebih radiosensitif dari sel asinar mukus, sehingga kelenjar saliva seperti
kelenjar parotis sekresi bersifat serous dan kelenjar submandibularis sekresi bersifat seromukus akan lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar
sublingualis sekresi bersifat mukus. Kelenjar saliva mayor kelenjar saliva parotis dan submandibularis bersifat lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar saliva
minor, hal ini juga didasarkan pada sel asinar yang dimiliki masing-masing kelenjar. Radioterapi dapat menyebabkan inflamasi radang pada kelenjar saliva sehingga
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan udem. Menurut Vissink dkk. radioterapi kanker daerah kepala dan leher dengan dosis lebih besar dari 75 Gy menyebabkan
degenerasi asinar perubahan morfologi sel akibat radioterapi, atrofi berkurangnya ukuran suatu organ karena penurunan jumlah sel, dan fibrosis proses deposit
kolagen yang berlebihan di dalam jaringan. Fibrosis terjadi akibat dari proliferasi fibroblast jaringan parut pada jaringan nekrosis yang berlebihan.
10
Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar saliva yang ditandai dengan adanya penurunan kecepatan aliran saliva,
meningkatnya viskositas saliva, perubahan warna saliva, penurunan pH saliva dan perubahan komposisi saliva.
3,20
Penurunan kecepatan aliran saliva menyebabkan mulut kering atau Xerostomia. Xerostomia merupakan efek samping yang paling sering dijumpai pada
pasien yang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher. Xerostomia mulai terjadi pada hari ke-3 atau ke-4 setelah tindakan radioterapi daerah kepala dan leher,
dengan dosis total radioterapi berkisar antara 6 - 10 Gy. Xerostomia yang disebabkan oleh radioterapi daerah kepala dan leher bersifat permanen.
10
Produksi saliva dengan cepat menurun dan dapat berkurang 40 setelah 1 minggu tindakan radioterapi
kanker daerah kepala dan leher. Pasien yang menerima radioterapi kanker daerah kepala dan leher pada minggu pertama sampai minggu keenam, aliran saliva akan
berkurang menjadi 40, 29, 19, 9 dan 5 berturut-turut dari rata-rata sebelum mendapat radioterapi pada daerah kepala dan leher.
2,4,6,10,27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 1. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva
.5.6
Dosis Gejala
10 Gy Reduksi tidak tetap sekresi saliva
10 -15 Gy Mulai terjadi keluhan dry mouth
15 -40 Gy Reduksi masih terus berlangsung reversible
40 Gy Xerostomia Semipermanen atau permanen
Dari tabel 1 ditunjukkan tingkat perubahan kelenjar saliva pada dosis kurang dari 10 Gy terjadi radang kelenjar saliva yang menyebabkan reduksi tidak tetap
sekresi saliva dimana pengaruh radioterapi lebih banyak mengenai sel asinar dari kelenjar saliva serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus. Dosis 10 - 15 Gy
menyebabkan penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan sehingga xerostomia mulai nyata terlihat dan menyebabkan keluhan
mulut kering atau dry mouth. Dosis 15 - 40 Gy penyumbatan pada kelenjar saliva makin terjadi sehingga terjadi fibrosis yang mengakibatkan reduksi secara reversibel.
Dosis lebih besar dari 40 Gy terjadi kerusakan pada glandula secara ireversibel akibat banyaknya kehilangan sel asinar yang menyebabkan terjadi xerostomia
semipermanen maupun permanen. Namun pada beberapa kasus dilaporkan bahwa hipertropi kelenjar saliva dapat mengkompensasi radioterapi dan kembali membaik
sekurang-kurangnya setahun setelah berhenti menerima radioterapi.
6
Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan perubahan pada viskositas saliva. Tingkat viskositas saliva meningkat akibt dari kerusakan sel asinar
serous, sehingga terjadi penurunan jumlah saliva yang bersifat serous. Warna saliva juga berubah menjadi kuning atau coklat, pH saliva akan berkurang menjadi ± 5.
Perubahan pH terjadi karena penurunan sistem buffer, penurunan sistem buffer karena penurunan konsentrasi ion bikarbonat.
10
Penurunan aliran saliva menyebabkan mukosa mulut kering, terlihat fisur yang dalam pada mukosa lidah, bibir kering, dan gangguan fungsi mulut seperti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berbicara, mengunyah, menelan, dan berkurangnya Indera pengecapan setelah menerima dosis radioterapi pada daerah kepala dan leher 20-40 Gy.
3,6
2.8 Perawatan Xerostomia Selama Tindakan Radioterapi pada Daerah Kepala dan Leher