1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terjadi penurunan volume saliva pada penerima radioterapi daerah kepala dan leher?
2. Apakah ada hubungan volume saliva pada penerima radioterapi daerah kepala dan leher berdasarkan intensitas radioterapi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui penurunan volume saliva pada penerima radioterapi daerah kepala dan leher
2. Untuk mengetahui hubungan volume saliva pada penerima radioterapi
daerah kepala dan leher berdasarkan intensitas radioterapi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui ada tidaknya hubungan volume saliva dan intensitas radioterapi
pada penerima radioterapi daerah kepala dan leher 2. Memberikan informasi kepada penerima radioterapi daerah kepala dan leher
mengenai efek samping radioterapi terhadap volume saliva. 3. Sebagai sumber data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radioterapi
Radioterapi merupakan terapi radiasi yang bertujuan menghancurkan sel kanker yang membelah dengan cepat, mengurangi ukuran sel kanker atau menghilangkan gejala,
gangguan yang
menyertainya dan
terkadang digunakan
untuk pencegahan
profilaktik.
2,11
2.1.1 Defenisi Radioterapi
Merupakan metode pengobatan penyakit kanker menggunakan radiasi elektromagnetik sinar x dan sinar gamma atau partikular berenergi tinggi untuk merusak
kemampuan reproduksi sel-sel ganas
.
Tujuannya adalah menimbulkan kerusakan pada setiap molekul yang dilewati melalui proses ionisasi dan eksitasi sehingga terjadi
kerusakan sel, terutama sel kanker di dalam tubuh.
1,3
2.1.2 Mekanisme Kerja
Radioterapi menggunakan radiasi ion. Radiasi ion dibagi menjadi 2 yaitu: - Radiasi korpuskular yang terdiri atas elektron, proton, dan neutron.
- Radiasi elektromagnetik yang terdiri sinar X dan sinar gamma, radiasi elektromagnetik ini sering juga disebut dengan foton.
Radiasi ion bekerja pada DNA sel kanker untuk menghilangkan kemampuan reproduktifitas sel. DNA sel berduplikasi selama mitosis, sel dengan tingkat aktifitas
mitotik yang tinggi lebih radiosensitif dibandingkan dengan sel dengan tingkat aktifitas mitotik yang lebih rendah. Radioterapi bekerja dengan merusak sel DNA kanker.
Kerusakan ini disebabkan oleh foton, elektron, proton, neutron, atau sinar peng-ion yang secara langsung ataupun tidak langsung mengionisasi atom yang membentuk rantai
DNA.
2,3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan elektrolit dari cairan tubuh baik intra maupun ekstra seluler, sehingga timbul ion H
+
dan OH
-
yang sangat reaktif. Ion itu dapat bereaksi dengan molekul DNA dalam kromosom, mengakibatkan
pecahnya rantai ganda DNA, perubahan cross-linkage dalam rantai DNA dan degenerasi atau kematian sel. Sel-sel yang masih bertahan hidup akan mengadakan reparasi
kerusakan DNAnya sendiri-sendiri. Kemampuan reparasi DNA sel normal lebih baik dan lebih cepat dari sel kanker sehingga sel-sel kanker lebih banyak yang tetap rusak dan mati
dibandingkan dengan sel-sel normal.
1
2.1.3 Unit Energi Radioterapi dan Dosis Radioterapi
Untuk mengukur kekuatan radioterapi digunakan alat Dosimetri. Dosimetri adalah alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya energi yang diserap per unit jaringan.
Secara tradisional satuan jumlah energi radioterapi yang diserap per unit jaringan adalah RAD Radiation Absorbed Dose. Unit SI satuan internasional dosis absorbs radioterapi
adalah Gray Gy. Hubungan RAD dan Gray adalah:
1,2
2.1.4 Fraksinasi Radioterapi
Radioterapi kanker kepala dan leher secara konvensional biasanya diberikan 5 - 7 minggu, sekali dalam sehari, lima hari dalam seminggu, 2 - 2,5 Gy per fraksi,
sehingga total dosis terapi 45 - 75 Gy.
2,3
Dasar metode fraksional pada radioterapi dikenal dengan istilah 4R yaitu: reparasi, redistribusi, repopulasi, dan reoksigenasi. Reparasi dan repopulasi merupakan
proses yang diharapkan terjadi pada sel normal sehingga dapat mentoleransi besar dosis radioterapi yang diberikan. Reoksigenase dan redistribusi merupakan proses yang
diharapkan terjadi pada sel kanker untuk dapat meningkatkan kualitas radioterapi.
1,2,12-14
2.1.5 Teknik Radioterapi
1 RAD = 1 centi Gy = 0,01 Gy
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebelum melakukan terapi radiasi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium, penentuan stadium klinik, diagnosis histopatologik dan tujuan radiasi,
kuratif atau paliatif. Penderita dengan keadaan umum yang buruk, gizi kurang dan demam tidak diperbolehkan untuk menjalani radioterapi kecuali pada keadaan tertentu
seperti obstruksi jalan makanan dan perdarahan karena tumor, radiasi tetap dimulai sambil memperbaiki keadaan umum penderita. Syarat dilakukannya radioterapi antara
lain: kadar Hb tidak boleh kurang dari 10 gr, jumlah leukosit tidak boleh kurang dari 3000 per mm, dan trombosit 100.000 per uL.
1,2,15-17
Siklus radioterapi ditetapkan oleh kebijakan masing-masing tim kesehatan yang menangani penderita kanker. Jika selama masa radioterapi pasien mengalami gangguan
tentang syarat-syarat yang telah disebutkan diatas, maka radioterapi akan dihentikan hingga syarat-syarat tersebut terpenuhi kembali. RSUP Haji Adam Malik menetapkan
kebijakan bahwa dua minggu adalah waktu perhentian maksimum dalam mencapai keadaan pasien sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan, jika dalam waktu dua minggu
keadaan pasien belum juga memenuhi syarat, maka siklus radioterapi akan diulang kembali dari awal radioterapi ke-1.
15,16,18
Ada 2 cara utama pemberian radioterapi, yaitu dengan cara teleterapi danatau brakhiterapi. Teleterapi atau radioterapi eksterna adalah suatu teknik terapi kanker dengan
radiasi, dimana sumber radiasi ditempatkan di luar tubuh penderita. Tujuan radiasi eksterna adalah terapi untuk menghancurkan sel-sel kanker sebanyak mungkin pada
daerah yang luas, sedangkan brakhiterapi atau radioterapi interna adalah suatu teknik terapi kanker dengan radiasi, dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh penderita.
Tujuan radioterapi interna adalah memberikan dosis radioterapi semaksimal mungkin pada sel kanker dan seminimal mungkin pada jaringan sehat sekitarnya.Teknik radiasi
interna pada rongga mulut dilakukan dengan menggunakan jarum radium sebagai sumber radiasi. Jarum tersebut diimplantasikan atau ditusukkan ke dalam jaringan tumor.
Penggunaan brakhiterapi dapat dilakukan secara tunggal atau kombinasi dengan teleterapi. Peranan brakhiterapi pada kombinasi ini adalah sebagai booster yaitu sebagai
penambah dosis radioterapi terhadap sel kanker.
2,19,20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Radioterapi pada Daerah Kanker Kepala dan Leher
Radioterapi daerah kepala dan leher merupakan terapi utama pada pengobatan kanker kepala dan leher selain kemoterapi. Lokasi anatomis dari kanker kepala dan
leher dapat dilihat pada gambar 1.
3,17,20
Gambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leher
17
Radioterapi memegang peranan penting pada perawatan kanker kepala dan leher. Radioterapi ini memberikan manfaat pada jaringan, tetapi juga memiliki efek samping
yang tidak dapat dihindarkan. Sinar radiasi yang digunakan sebagai agen radioterapi memberi komplikasi destruktif pada mukosa oral.
3
Komplikasi yang terjadi akibat radioterapi tergantung pada dosis radioterapi, daerah yang diradiasi, total, jenis radioterapi, umur dan kondisi klinis pasien yang
berhubungan dengan perawatan radioterapi dapat berupa:
1
1. Komplikasi dini. Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi, seperti: Xerostomia, Mukositis, Dermatitis, Eritema, Mual-muntah,
Anoreksia,dll. 2. Komplikasi Lanjut. Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi
seperti: kontraktur, gangguan perumbuhan,dll.
2.3 Saliva 2.2 Radioterapi pada Daerah Kanker Kepala dan Leher