subjek 89.3
melaporkan mengalami
keluhan mulut
kering dan
diidentifikasikan terjadi hiposalivasi, sedangkan 3 subjek 10,7 melaporkan mengalami keluhan mulut kering tetapi ternyata tidak terjadi hiposalivasi.
Berdasarkan Uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,003 artinya ada hubungan yang signifikan, p 0,05 antara hiposalivasi dengan keluhan mulut kering pada
penerima radioterapi daerah kepala dan leher.
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 35 orang penderita kanker kepala dan leher penerima radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan, setiap subjek hanya
dilakukan sekali pengumpulan saliva. Radioterapi dilakukan 5 kali seminggu dari hari Senin sampai Jumat dengan kontrol berkala setiap satu kali seminggu. Untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, pada penelitian ini dikombinasikan antara pengumpulan saliva dan dibantu dengan kuesioner. Hal ini sesuai dengan teori
Vissink, dkk dari sudut pandang klinik yang sangat menyarankan bahwa, kombinasi dari pemeriksaan objektif pengukuran volume saliva dan subjektif
kuesioner merupakan parameter uji yang dapat menunjukkan pola keluhan pasien dan efek dari jenis terapi terhadap keluhan pasien.
10
Dalam penelitian ini intensitas yang diteliti adalah 1 - 35 kali.
6.1 Karakteristik Umum Subjek yang Diteliti
Subjek termuda yang mengikuti penelitian ini berumur13 tahun dan yang tertua berumur 72 tahun. Hasil penelitian menunjukkan penderita kanker kepala
dan leher paling banyak terdapat pada umur 40 - 49 tahun sebanyak 11 subjek 31,4 tabel 2.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan R 2009, kebanyakan pasien penderita kanker kepala dan leher yang menerima radioterapi
adalah pada usia 41 50 tahun,
9
Hal ini berkaitan dengan faktor umur semakin rentan terhadap zat-zat karsinogenik.
7
Sesuai dengan penelitian Sihotang Z B 2007, kelompok umur penderita kanker kepala dan leher di atas usia 40 tahun.
28
Data demografis menunjukkan bahwa penderita kanker kepala dan leher yang menjalani radioterapi di RSUP Haji Adam Malik lebih didominasi oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelompok laki-laki 26 subjek 74,3 dibandingkan dengan perempuan 9 subjek 25,7 tabel 2. Hal ini didukung oleh etiologi dari kanker kepala dan leher
tersebut yaitu konsumsi alkohol dan merokok yang paling banyak dilakukan oleh laki-laki.
4
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tarigan R 2009 terhadap 13 penderita kanker kepala dan leher penerima radioterapi yaitu 7 orang
laki-laki dan 6 orang perempuan.
9
Sesuai dengan penelitian oleh Sihotang Z B 2007 bahwa perbandingan penderita kanker kepala dan leher antara laki-laki dan
perempuan adalah 3 : 1. Pada penelitian ini, jenis kanker yang paling banyak adalah kanker nasofaring sebanyak 24 subjek 68,6. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sihotang Z B 2007 yang mengemukakan bahwa dari seluruh kanker kepala leher dan leher di Indonesia sebanyak 71 merupakan insidensi kanker
nasofaring.
28
Dari 35 subjek penerima radioterapi daerah kepala dan leher yang juga menerima kemoterapi sebanyak 16 orang 45,7 dan 12 orang 34,3
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan penurunan volume saliva seperti Tramadol 8 orang dan Efedrine 4 orang. tabel 3.
Dari 35 responden radioterapi daerah kepala dan leher 10 responden mengatakan mengkonsumsi setidaknya 8 gelas air minum dalam sehari normal
dengan perkiraan volume air minum yang dikonsumsi 1,6 liter dalam sehari, 19 responden 54,3 mengkonsumsi air putih 4 - 7 gelas sedang dengan perkiraan
volume air minum yang dikonsumsi antara 800 mL - 1,4 liter dalam sehari, sedang 6 orang responden per harinya hanya mengkonsumsi kurang dari 3 gelas
air minum dengan perkiraan volume air minum yang dikonsumsi kurang dari 600 ml dalam sehari tabel 2.
Dari kuesioner yang dibagikan kepada 35 responden penerima radioterapi daerah kepala dan leher mengenai keluhan subjektif, berupa keluhan mulut kering
xerostomia, gangguan penelanan, gangguan pengecapan dan mulut perih, yang paling banyak dikeluhkan adalah mulut kering 28 responden 80,0, 24
responden 68,6
mengeluhkan gangguan
penelanan, 22
responden mengeluhkan gangguan pengecapan dan 22 responden lainnya yang mengeluhkan
mulut perih selama radioterapi berlangsung tabel 3. Penelitian ini sesuai dengan peneltian klinis dan anamnesis yang dilakukan
oleh Tarigan R 2009, dalam penelitian tersebut dikatakan sebagian besar pasien mengalami xerostomia dan saliva bersifat lebih kental sehingga menimbulkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keluhan mual sewaktu mengkonsumsi makanan dan rasa kering pada tenggorokan sehingga terasa sakit pada saat menelan makanan.
9
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Vissink, dkk mengatakan bahwa penurunan volume saliva dapat
menyebabkan mukosa mulut menjadi kering, fisur yang dalam pada mukosa lidah, bibir menjadi kering dan gangguan fungsi seperti berbicara, mengunyah dan
menelan.
10
Namun penelitian oleh Logemann JA, dkk 2003 menyatakan bahwa xerostomia bukanlah penyebab utama gangguan penelanan dan meskipun volume
saliva menurun tetapi tidak menyebabkan terjadi keluhan penelanan secara signifikan, melainkan penurunan volume saliva merubah persepsi pasien terhadap
kemampuan menelan dan mempengaruhi pemilihan makanan.
23,29
Pengumpulan saliva dilakukan dengan metode spitting. Saliva ditampung selama 2 menit dimana subjek diinstruksikan untuk tidak menelan saliva selama
waktu yang ditentukan. Adapun metode spitting yang dipilih dalam penelitian ini karena dianggap metode ini merupakan teknik yang paling aman dan nyaman bagi
pasien dibanding dengan metode-metode yang lain. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan kepada pasien penerima radioterapi oleh Mohammadi N, dkk
2007 menggunakan metode ini.
33
Alat yang digunakan adalah pot saliva dan timbangan digital untuk mengukur volume saliva. Hasilnya disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan.
Dalam penelitian ini saliva yang dikumpul pada jam 9 hingga 11. Aliran saliva pada umumya lebih rendah pada malam hari karena produksi saliva berada pada
circadian level yaitu paling rendah selama tidur. Hal ini karena pada malam hari sekresi saliva hampir berhenti. Kelenjar parotis pada malam hari sama sekali tidak
menghasilkan saliva. Oleh sebab itu, pemeriksaan keadaan saliva dilakukan pada pagi hari untuk mendapatkan hasil yang baik.
7
6.2 Pengukuran volume saliva 6.2.1 Pengukuran volume saliva pada Penerima Radioterapi Daerah