Radioterapi Kepala dan Leher
saliva Efek Samping Radioterapi terhadap
Kelenjar Saliva
jaringan parenkim akan mengalami degenerasi Terjadi kerusakan pada kelenjar parotid
Volume saliva normal 0,25 - 0,35 ml per
menit dan ±1,5 liter per hari
Radioterapi
Fungsi Saliva 1. Sensasi Rasa
2. Perlindungan Mukosa
dan Lubrikasi
3. Kapasitas Buffer 4. Integritas Enamel Gigi
5. Menjaga Oral Hygiene 6. Membantu Proses Pencernaan
7. Perbaikan Jaringan 8. Membantu Proses Bicara
9. Menjaga Keseimbangan Cairan Dipengaruhi oleh:
1.Kesehatan umum menurun 2. Umur
3. penggunaan obat-obatan 4. Menopause
5. Kemoterapi 6. Konsumsi air minum
sel asinar serus lebih radiosensitif dibandingkan sel asinar mukus
inflamasi bertambah parah dan kelenjar menjadi fibrosis
Terjadi penurunan volume saliva
Xerostomia
Mulut Perih Gangguan
pengecapan Gangguan
penelanan Produksi saliva
menurun 40 setelah 1 minggu setelah
radioterapi Kelenjar Saliva Mayor:
- Parotis - Sublingual
- Submandibular Kelenjar Saliva minor
- kel. Saliva tambahan di mukosa bukal, labial, lingual
dan palatinal Biasanya diberikan
2 - 2,5 Gy tiap kali, 1 kali sehari,5 hari seminggu,
selama 5 - 7 minggu
3.1 Kerangka Teori
3.2 Kerangka Konsep
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Saliva
Pengumpulan saliva dengan metode spitting
Apakah ada penurunan volume saliva?
Pasien yang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher
Intensitas Radioterapi 1 - 35 kali
volume saliva Syarat-syarat
pengambilan Saliva
Jenis Kanker Kanker Nasofaring
Kanker Laring Kanker Tonsil
Kanker Parotis
Kanker Sinonasal
Konsumsi Air Minum Intensitas
Konsumsi Obat- obatan
Jenis Kelamin Umur
Umur Jenis Kanker
Kemoterapi
Kriteria volume saliva: Hiposalivasi 0,1 ml
Rendah 0,1-0,25 ml Normal 0,25-0,35 ml
Hipersalivasi 0,35 ml
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Terjadi penurunan volume saliva pada penerima radioterapi daerah kepala
dan leher. 2. Ada hubungan antara intensitas radioterapi terhadap volume saliva pada
penerima radioterapi daerah kepala dan leher.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Observasional Analitik dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian memberikan data tentang volume saliva
dan intensitas radioterapi, pada penerima radioterapi daerah kepala dan leher.
4.2 Tempat dan Waktu penelitian
Tempat Penelitian: Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Waktu Penelitian : April - Juni 2012.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien kanker kepala dan leher yang datang ke RSUP Haji Adam Malik dan menerima radioterapi pada daerah
kepala dan leher dengan intensitas: 1 - 35 kali.
4.3.2 Besar Sampel
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan pada pertimbangan subjektif dengan
memilih subjek yang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher dan memenuhi kriteria inklusi selama bulan April - Juni 2012.
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1 Kriteria Inklusi
Penderita kanker kepala dan leher yang menerima radioterapi yang akan diteliti harus memenuhi syarat:
1. Penderita yang sedang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher yang daerah radiasinya mengenai kelenjar saliva dengan intensitas 1 - 35
kali
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Kondisi umum penderita buruk 2. Penderita yang menolak berpartisipasi dalam penelitian ini.
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel Bebas
Variabel yang dilihatdiamati pengaruhnya, yang termasuk variable bebas dalam penelitian ini: Penderita kanker kepala dan leher yang menerima radioterapi
dengan Intensitas radioterapi 1 - 35 kali.
Variabel bebas
Penderita kanker kepala dan leher yang menerima radioterapi
dengan Intensitas radioterapi 1-35 kali
Variabel terkendali
Penderita kanker kepala dan
leher yang menerima radioterapi berumur 13-72 tahun
Teknik Pengambilan saliva
Waktu pengumpulan saliva
Lama pengambilan saliva selama
2 menit
Teknik pengukuran volume saliva
Variabel tidak terkendali
Kondisi rongga mulut
Kondisi umum
Variabel tergantung
Volume saliva
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.5.2 Variabel Tergantung
Variabel sebagai akibat yang bergantung pada variabel bebas: Volume saliva
4.5.3 Variabel Terkendali
Variabel yang dapat ditentukan dan dikendalikan: 1. Penderita kanker kepala dan leher yang menerima radioterapi berusia 13-71
tahun 2. Teknik Pengambilan saliva
3. Waktu pengumpulan saliva 4. Lama pengambilan saliva selama 2 menit
5. Teknik pengukuran volume saliva
4.5.4 Variabel Tidak Terkendali
Variabel yang dianggap dapat mengganggu dan tak dapat dikendalikan 1. Kondisi rongga mulut
2. Kondisi umum
4.6 Defenisi Operasional
a. Radioterapi merupakan metode pengobatan penyakit kanker menggunakan radiasi elektromagnetik atau partikulat berenergi tinggi untuk merusak kemampuan
reproduksi sel-sel ganas b. Radioterapi kepala dan leher merupakan pengobatan kanker pada daerah
kepala dan leher misalnya kanker nasofaring, kanker laring, kanker tonsil, kanker parotis dan kanker sinonasal dengan menggunakan radiasi elektromagnetik dengan
fraksinasi dan dosis tertentu tergantung pada kebutuhan penderita kanker.
c.
Intensitas radioterapi adalah frekuensi radioterapi yang telah diterima penderita kanker.yang diambil berdasarkan Intensitas penyinaran 1 - 35 kali.
d. Kondisi umum buruk adalah subjek penelitian sedang menjalani bed rest, menggunakan alat bantu medis seperti alat intubasi, demam dan atau tidak sadarkan diri.
e. Teknik pengambilan saliva adalah dengan menggunakan metode spitting, yaitu pengambilan saliva dimana subjek membiarkan saliva tergenang dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mulutnya tanpa ditelan dan setiap satu menit subjek harus meludahkan saliva yang terkumpul didalam mulut ke dalam tabung.
f. Waktu pengumpulan saliva adalah pada hari penderita menjalani radioterapi. Pengumpulan saliva dilakukan setelah penderita menerima radioterapi.
g. Lama pengambilan saliva adalah waktu yang ditentukan kepada subjek untuk menampung saliva dan meludahkan ke pot saliva dimana setiap satu menit
pasien meludah ke pot saliva dan dilakukan sebanyak dua kali. Sehingga lama pengambilan saliva yang dibutuhkan adalah 2 menit.
j. Volume saliva tanpa stimulasi unstimulated whole saliva adalah jumlah saliva yang dihasilkan tanpa ransangan baik mekanis maupun kimiawi seperti
permen karet paraffin, asam sitrun, dll yang diketahui dengan menampung saliva dalam pot saliva kemudian di hitung volumenya dan dinyatakan dalam ml
Kriteria volume saliva:
32
Normal : 0,25 - 0,35 mlmenit Rendah : 0,1 - 0,25 mlmenit
Hiposalivasi : 0,1 mlmenit j. Pengukuran volume saliva dengan cara pot saliva ditimbang dan dicatat
beratnya menggunakan timbangan digital. k. Keluhan mulut kering merupakan keluhan berupa adanya rasa kering dalam
rongga mulutnya akibat adanya penurunan produksi saliva hiposalivasi. l. Gangguan penelanan merupakan persepsi terhadap kesulitan dalam menelan
makanan yang disebabkan rasa kering pada tenggorokan dan kesulitan menelan makanan yang kering selama menjalani radioterapi.
m. Gangguan pengecapan merupakan keluhan subjektif terhadap kehilangan salah satu atau lebih sensasi perasa pada lidah selama menjalani kemoradiasi
n. Keluhan mulut perih merupakan keluhan berupa adanya rasa sakit atau nyeri pada rongga mulut pasien terutama pada saat makan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
o. Konsumsi Air Minum merupakan banyaknya air minum yang di konsumsi dalam sehari dengan kriteria:
29
Normal : 8 gelas hari Sedang : 4
7 gelas hari Rendah : 3 gelas hari
p. Konsumsi obat-obatan adalah penggunaan obat-obat penyebab xerostomia seperti: Tramadol yaitu pain killer, Efedrin yang bekerja simpatomimetik,
Propanolol yang berperan sebagai Beta blocker, Terazosin Prazosin yaitu antihipertensi; Alpha 1 antagonis, Atropine, Clonidine yang merupakan agen
antikolinergik, Opioid dan Antihistamine yang merupakan serotonin selektif inhibitor re -uptake,dll
4.7 Alat dan Bahan Penelitian