dari Negara A adalah kurva excess demand begitu pula kurva penawaran ekspor kain dari Negara A yang merupakan kurva excess supply. Kurva permintaan dan
penawaran perdagangan saling bertemu pada titik E yang mencerminkan harga
dunia yang berlaku untuk komoditi kain dengan adanya perdagangan antar negara.
2.1.2 Teori Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif adalah keunggulan relatif yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi berbagai komoditas
Lipsey, 1997. Jika masing-masing negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam suatu komoditi mengkhususkan berproduksi dalam komoditi tersebut, maka
produksi dunia akan mampu ditingkatkan sehingga akan memberikan peluang bagi setiap negara untuk melakukan perdagangan serta memperoleh manfaat dari
perdagangan tersebut. Keunggulan komparatif itu sendiri timbul karena adanya negara-negara yang mempunyai biaya dan kesempatan yang berbeda dalam
memproduksi barang atau komoditas tertentu. Bila suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam suatu barang, tetapi tanpa ada perdagangan maka
harga relatif untuk barang tersebut akan lebih rendah daripada di negara yang tidak memiliki keunggulan komparatif untuk barang tersebut. Perdagangan akan
meningkatkan harga relatif barang tersebut sehingga akan menciptakan suatu insentif bagi perusahaan-perusahaan di negara yang memiliki keunggulan
komparatif untuk lebih meningkatkan produksinya. Selain itu, jumlah komoditi yang akan dikonsumsi menjadi lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa
perdagangan.
Berdasarkan hukum keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo Salvatore, 1997, meskipun suatu negara kurang efisien
dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi dua jenis komoditi, tetapi masih tetap ada dasar untuk melakukan perdagangan yang dapat memberikan
keuntungan bagi kedua negara. Dimana negara pertama harus mampu berspesialisasi dalam berproduksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai
kerugian absolut yang lebih kecil atau komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif. Sedangkan untuk mengetahui sebab-sebab munculnya keunggulan
komparatif di tiap-tiap negara serta dampak-dampak yang ditimbulkan oleh adanya hubungan dagang terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara
yang melakukan perdagangan dijelaskan melalui teori Heckscher-Ohlin. Teori Heckscher-Ohlin Salvatore, 1997 menyatakan bahwa komoditi
yang diekspor oleh suatu negara adalah komoditi yang produksinya menyerap lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut,
dan akan mengimpor komoditi yang membutuhkan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Karena dalam teori Heckscher-Ohlin lebih
menekankan pada perbedaan kepemilikan faktor-faktor produksi antara suatu negara dengan negara lain yang merupakan landasan dalam menentukan
keunggulan komparatif masing-masing negara maka teori ini juga disebut sebagai teori kepemilikan faktor atau teori proporsi faktor. Teori ini menyatakan bahwa
setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi serta mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dan mengimpor
komoditi atau barang yang banyak menyerap faktor produksi yang langka dan mahal di negara itu.
2.1.3 Teori Permintaan Ekspor