Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil TPT Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN EKSPOR TEKSTIL

DAN PRODUK TEKSTIL TPT INDONESIA

4.1. Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil TPT Indonesia

Industri tekstil atau yang lebih dikenal dengan sebutan industri tekstil dan produk tekstil TPT saat ini tengah menghadapi masa-masa yang dapat dikatakan cukup sulit. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh dua faktor, pertama yaitu faktor internal yang merupakan masalah dalam industri TPT itu sendiri dan kedua yaitu faktor eksternal berupa penghapusan kuota tekstil dan pakaian jadi yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2005. Negara-negara yang memberlakukan kuota untuk ekspor TPT Indonesia antara lain yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kanada. Pemberlakuan ekspor TPT ini dimulai dengan adanya kesepakatan Multi Fibre Arrangement MFA pada tahun 1974 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 1994. Namun, setelah MFA berakhir, hal tersebut digantikan dengan Agreement on Textile and Clothing ATC – WTO. ATC merupakan perjanjian transisi untuk membebaskan perdagangan TPT selama sepuluh tahun atau berakhir pada akhir 2004 dan itu artinya bahwa perdagangan TPT telah dibebaskan dari kuota. Sebenarnya, dengan adanya pemberlakuan kuota justru mendatangkan manfaat bagi ekspor TPT Indonesia karena Indonesia tidak perlu bersaing dengan negara produsen TPT dunia untuk memperoleh pasar untuk produk TPT nya. Di Indonesia, industri tekstil dan produk tekstil TPT termasuk produk garmen merupakan salah satu sektor unggulan ekspor Indonesia. Oleh karena itu industri ini mempunyai peran penting bagi Indonesia. Peranannya dalam komposisi ekspor nasional cukup besar yaitu senilai 10.4 milyar US pada tahun 2008, namun bila dilihat dari share nya terhadap non migas, tekstil dan garmen terus mengalami penurunan sejak tahun 2005 sampai tahun 2008 menjadi hanya sebesar 9,67 dibandingkan pada tahun 2004 yang sebesar 13,67. Besarnya komposisi dan share ekspor tekstil dan garmen Indonesia terhadap ekspor non migas dari tahun 2004 hingga 2008 ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Ekspor Tekstil dan Garmen Indonesia terhadap Ekspor non-Migas Tahun 2004-2008 milyar US Komposisi 2004 2005 2006 2007 2008 Total Ekspor Nasional 71,6 85,7 100,8 118,0 139,3 Non Migas 55,9 66,4 79,6 93,1 107,6 Tekstil dan garmen 7,6 8,6 9,4 10,0 10,4 Share Tekstil dan Garmen terhadap Ekspor Nasional Migas + non Migas 10,68 10,04 9,37 8,48 7,47 ShareTekstil dan Garmen terhadap Non Migas 13,67 12,95 11,87 10,74 9,67 Sumber: API, 2009 Untuk mengetahui seberapa besar volume ekspor impor TPT Indonesia dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2004 hingga 2008, dapat dilihat pada Gambar 3. Dari tahun ke tahun, volume ekspor Indonesia terus menunjukkan peningkatan tetapi diikuti pula dengan peningkatan impornya. Peningkatan impor yang cukup tajam terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 39,84 persen atau volume impornya menjadi 1.983.050 ton. Sedangkan untuk ekspor, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 10,32 persen atau meningkat dari 1.626.485 ton pada tahun 2004 menjadi 1.794.392 ton pada tahun 2005. Sumber: Departemen Perindustrian, 2009 Gambar 3. Perkembangan Volume Ekspor Impor TPT Indonesia Tahun 2004-2008 ton Meskipun menghadapi cukup banyak kendala, salah satunya yaitu banyaknya negara pesaing, namun industri TPT tetap mampu bertahan. Hal ini dibuktikan dengan masih besarnya nilai ekspor TPT ke negara-negara partner dagang. Negara partner dagang atau negara tujuan ekspor utama TPT Indonesia tersebut adalah Amerika Serikat AS, Uni Eropa dan Jepang. Untuk nilai ekspor dari masing-masing tiga negara tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5. Jika dibandingkan antara ketiga negara tersebut, maka AS merupakan negara pengimpor TPT Indonesia terbesar diantara Uni Eropa dan Jepang. Dari tahun 2004 hingga tahun 2008, nilai ekspor TPT secara keseluruhan tekstil dan garmen ke AS meningkat sebesar 61,87 persen dan menduduki tingkat pertama yaitu sebesar 2.620,4 juta US pada tahun 2004 dan terus meningkat sampai tahun 2008 dengan mencapai nilai sebesar 4.241,4 juta US. Meski nilai ekspor secara keseluruhan meningkat, namun untuk tekstil nilai ekspornya mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2005 yaitu dari US 217,4 menjadi US 205,9 atau turun sebesar 5,29 persen. Pada tahun 2006 sempat mengalami peningkatan, tetapi tahun 2007 hingga tahun 2008 kembali turun dari US 225,1 juta pada tahun 2007 menjadi US 213 juta pada tahun 2008. Sedangkan peningkatan nilai ekspor tersebut didominasi oleh garmen yang dari tahun 2004 hingga tahun 2008 terus menunjukkan peningkatan meskipun kuota telah dihapuskan pada tahun 2005. Tabel 5. Nilai Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang Tahun 2004-2008 Negara Tujuan 2004 2005 2006 2007 2008 Amerika Serikat juta US: - Tekstil dan Garmen - Tekstil - Garmen 2.620,2 217,4 2.402,8 3.081,3 205,9 2.875,4 3.901,5 231,2 3.670,3 4.206,1 225,1 3.981,1 4.241,4 213,0 4.028,4 Uni Eropa juta Euro: - Tekstil dan Garmen - Tekstil - Garmen 1.811,4 426,9 1.384,4 1.631,1 384,6 1.246,5 1.899,2 436,1 1.463,1 1.705,5 458,1 1.247,5 1.577,0 399,0 1.177,9 Jepang milyar yen: - Tekstil dan Garmen - Tekstil - Garmen 53,6 40,8 12,7 53,6 35,5 18,1 59,7 43,9 15,8 60,6 46,1 14,5 59,3 45,3 13,9 Sumber: API, 2009 Berbeda dengan AS, nilai ekspor ke Uni Eropa untuk TPT secara keseluruhan berfluktuatif dari tahun ke tahun Tabel 5. Dari yang semula bernilai 1.811,4 juta Euro pada tahun 2004, maka pada tahun 2005 nilai ekspor ke Uni Eropa mengalami penurunan sebesar 9,95 persen yaitu menjadi 1.631,1 juta Euro lalu kembali meningkat pada tahun 2006. Akan tetapi pada tahun 2007 turun kembali sampai tahun 2008 menjadi 1.577,0 juta Euro atau turun sebesar 7,53 persen. Baik tekstil maupun garmen, pada tahun 2008 keduanya sama-sama mengalami penurunan. Penurunan tersebut antara lain dikarenakan adanya efek dari krisis ekonomi global yang saat ini sedang dialami oleh negara-negara di dunia yang membuat likuiditas keuangan mereka menjadi berkurang sehingga menurunkan permintaan akan barang ekspor dari Indonesia. Sama halnya dengan nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa, nilai ekspor ke Jepang juga mengalami penurunan pada tahun 2008. Untuk tekstil, mengalami penurunan nilai sebesar 1,7 persen sedangkan untuk garmen penurunannya lebih besar yaitu 4,14 persen Tabel 5. Namun, dalam kondisi krisis global seperti saat ini, ekspor Indonesia ke tiga negara tersebut untuk garmen secara keseluruhan sebagian mengalami penurunan kecuali AS.

4.2. Perkembangan Ekspor Kemeja Pria yang Terbuat dari Cotton yang