Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia terbagi dalam tiga sektor industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir Djafri, 2003, yaitu:
1 Sektor industri hulu upstream, yaitu sektor industri yang memproduksi seratfiber natural fiber dan man-made fiber atau synthetic dan proses
pemintalan spinning menjadi produk benang. Sifat dari sektor industri ini adalah padat modal, berskala besar, dan jumlah tenaga kerjanya relatif
sedikit, tetapi output per tenaga kerjanya besar. 2 Sektor industri menengah midstream adalah sektor industri yang
mencakup proses penganyaman benang menjadi kain mentah lembaran yang melalui proses pertenunan weaving dan rajut knitting, kemudian
diolah secara lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan dyeing, penyempurnaan finishing dan pencapan printing menjadi kain jadi.
Sektor industri ini memiliki karakteristik atau sifat semi padat modal, teknologi menengah dan modern, serta jumlah tenaga kerjanya lebih besar
dari sektor industri hulu. 3 Sektor industri hilir downstream ini merupakan industri manufaktur
pakaian jadi garment, di dalamnya termasuk proses cutting, sewing, washing
dan finishing yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga
industrinya bersifat padat karya.
2.4 Krisis Global
Krisis finansial global yang bermula dari Amerika yang sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2007, pada awalnya terjadi karena adanya kredit macet
perumahan subprime mortgage atau di Indonesia ini disebut sebagai KPR. Berdasarkan peraturan yang berlaku di Amerika, pemberian kredit perumahan
hanya akan diberikan kepada warga Amerika yang memenuhi syarat tertentu. Namun, karena harga properti atau perumahan di Amerika sedang naik maka
pemberian kredit tersebut dilakukan dengan mudah tanpa melihat apakah warga Amerika tersebut layak atau tidak. Bahkan perusahaan pembiayaan kredit rumah
tersebut berani untuk memberikan kredit tetap selama tiga tahun sehingga menyebabkan banyak orang untuk membeli rumah dan akan kembali menjualnya
dalam tiga tahun, yang menjadi permasalahan adalah perusahaan pembiayaan kredit rumah tersebut memberikan kepada warga atau penduduk yang sebenarnya
tidak layak untuk memperoleh pembiayaan sehingga keadaan tersebut yang menyebabkan adanya kredit macet. Sedangkan untuk memberikan kredit tersebut,
perusahaan pembiayaan memperoleh dana jangka pendek dengan menjual ataupun menerbitkan surat utang kepada lembaga investasi dan investor di seluruh dunia
termasuk lembaga keuangan. Ketika terjadi kredit macet, perusahaan pembiayaan itu tidak mampu
membayar utangnya kepada lembaga investasi dan lembaga-lembaga keuangan dunia yang membeli surat utangnya sehingga terjadilah kelangkaan likuiditas pada
lembaga keuangan tersebut. Sebagai negara adidaya, kondisi kelangkaan likuiditas yang dialami oleh lembaga keuangan besar Amerika juga mempengaruhi kondisi
likuiditas lembaga keuangan lain baik di Amerika sendiri maupun lembaga keuangan lain dunia yang menginvestasikan dananya melalui instrumen lembaga
keuangan besar Amerika. Dari permasalahan itulah awal krisis global yang benar-
benar terjadi sekitar bulan Agustus 2008 hingga sekarang. Sedangkan lembaga- lembaga keuangan dunia yang terkena dampak dari krisis global itu adalah bank-
bank di Amerika Serikat itu sendiri, Eropa, serta Asia terutama Jepang.
2.5 Kuota