langsung mempengaruhi nilai ekspor dunia salah satunya Indonesia. Hal tersebut dibuktikan pada tabel nilai ekspor Indonesia untuk jenis kemeja pria yang terbuat
dari cotton yang tidak dirajut atau disulam Tabel 8 yang sempat mengalami penurunan pada bulan Oktober dan November.
5.2 Solusi Alternatif Kebijakan
Dalam rangka menghadapi pasar bebas pasca dihapuskannya kuota, industri TPT Indonesia harus bersiap untuk bersaing dengan negara-negara
produsen TPT dunia untuk dapat memasuki pasar potensial TPT dunia khusunya untuk pasar kemeja pria. Awal dari persiapan tersebut bisa dilakukan dengan
mengatasi masalah yang selama ini ada dalam industri TPT dalam negeri yaitu inefisiensi produksi yang menyebabkan produktivitas industri TPT rendah, harga
yang tinggi sehingga daya saing nya juga rendah. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Indonesia untuk mengatasi
masalah inefisiensi tersebut adalah mengganti dengan mesin-mesin yang berteknologi tinggi. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendukung produk TPT
Indonesia agar mampu memenuhi permintaan dari luar negeri dengan tepat waktu on-time delivery order, kualitas yang tinggi serta harga yang mampu bersaing
dengan negara-negara produsen TPT dunia. Untuk membeli mesin-mesin baru tersebut, tentunya para produsen TPT dalam negeri memerlukan uang untuk
mendapatkannya, tetapi dari pihak perbankan belum tertarik menyalurkan kredit untuk modal para pengusaha TPT dalam negeri karena perbankan menilai bahwa
pabrik-pabrik tekstil tidak qualified untuk menerima kredit-kredit semacam itu. Sehingga perlu dukungan dari pihak-pihak yang terkait, khususnya yaitu
pemerintah berupa adanya jaminan bahwa tidak semua pabrik TPT itu tidak qualified
dan pantas untuk menerima kredit dari bank serta bank dapat melakukan monitoring atau survey terhadap industri TPT yang akan menerima kredit. Selain
itu pula, dibutuhkan kondisi perekonomian yang kondusif agar para investor tertarik untuk menanamkam modalnya pada industri TPT sehingga perlu dibangun
kerjasama, baik antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara lain maupun dengan pihak swasta. Di lain pihak, juga diperlukan kemitraan antara
produsen tekstil dengan garment manufacture karena selama ini pabrik garmen terpaksa mengimpor bahan bakunya dari luar negeri. Hal itu disebabkan
persentase produk tekstil yang merupakan bahan baku untuk produk garmen sebagian besar masih dijual ke luar negeri daripada dijual di dalam negeri karena
keuntungan yang lebih besar. Selain itu, dengan diberlakukannya pembatasan impor Cina oleh AS, maka Indonesia dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk meningkatkan nilai ekspor ke AS. Tetapi, perlu diwaspadai karena dengan pembatasan tersebut Cina justru dapat memanfaatkan Indonesia dengan cara Cina
mengekspor TPT nya ke Indonesia lalu dari Indonesia dikirimkan ke AS. Dengan cara memalsukan negara asal TPT nya seperti itu, maka Cina dapat terbebas dari
pembatasan impor oleh AS. Untuk mengantisipasi turunnya nilai ekspor kemeja pria ke AS karena krisis global, para produsen bisa berinisiatif untuk memperluas
pasar ekspor nya ke negara-negara lain misalnya Timur Tengah dan Afrika. Sehingga meskipun devisa dari nilai ekspor ke AS berkurang, Indonesia tetap bisa
memperolehnya dari negara lain dan para produsen dalam negeri mampu untuk tetap berproduksi. Namun, perlu untuk diperhatikan juga bahwa pengamanan
terhadap TPT illegal yang masuk ke dalam negeri juga harus dilakukan sebagai akibat pengalihan pasar TPT Cina karena berkurangnya permintaan ekspor TPT
Cina di AS yang disebabkan oleh krisis global. Jika produk TPT illegal Cina masuk ke Indonesia maka dapat mengancam industri TPT domestik padahal pasar
domestik merupakan andalan untuk pemasaran produk TPT nasional untuk mengantisipasi turunnya nilai ekspor ke AS. Untuk mengantisipasi banyaknya
impor TPT illegal yang masuk ke Indonesia dan langkah untuk mengatasi dampak negatif yang berupa ketidakpastian akibat krisis global, pemerintah telah
melakukan upaya-upaya seperti melakukan kebijakan baru yang mengatur kegiatan impor lima jenis produk tertentu salah satunya yaitu pakaian jadi.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44M- DAGPER102008 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu. Dalam peraturan
tersebut ditetapkan bahwa semua perusahaan yang akan melakukan impor kelima jenis produk tertentu tersebut terlebih dahulu harus mendapatkan penunjukkan
sebagai Importir Terdaftar Produk Tertentu IT-Produk Tertentu dari Menteri Perdagangan. Dengan adanya peraturan tersebut nantinya diharapkan terciptanya
iklim usaha yang kondusif di pasar domestik. Selain itu juga produk TPT impor illegal yang selama ini banyak beredar di dalam negeri yang telah mengakibatkan
produk TPT domestik kehilangan pasarnya di negeri sendiri dapat dikendalikan peredarannya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN