F. Penanganan Limbah
Limbah kemasan dari obat-obat kemoterapi ditampung dan simpan pada suatu wadah khusus, kemudian limbah ini diserahkan ke bagian kesehatan
lingkungan Kesling untuk segera diproses agar tidak mencemari lingkungan.
4.3 Depo Farmasi RSUP Dr. Hasam Sadikin
4.3.1 Depo Farmasi Teratai
Depo teratai adalah tempat dimana diadakannya pelayanan pengobatan dan konseling bagi pasien yang terinfeksi virus HIV Human Immunodeficiency Virus
dan AIDS B 20. Sumber daya yang terlibat di dalam klinik Teratai terdiri dari dokter, apoteker, perawat, tenaga laboratorium dan bagian administrasi.
Waktu pelayanan pada depo farmasi teratai hanya 1 shift dengan 1 orang apoteker dan 2
orang asisten apoteker, pelayanan dimulai pada pukul 07.30-15.30 WIB. Sumber Obat ARV dan pelaporan yaitu RSUP DR. Hasan Sadikin akan
ditujukan ke Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL, subdit AIDS dan Penyakit Menular Seksual PMS. Secara sederhana sumber obat
ARV diperoleh dari Depkes dan pelaporan dilakukan setiap bulannya. Selanjutnya subdit AIDS dan PMS Jakarta akan mengirimkan permintaan ke gudang RSUP
Dr. Hasan Sadikin setiap 1 bulan sekali untuk stok 3 bulan ke depan. Obat yang telah dikirim pemerintah kemudian disimpan di Gudang Instalasi Farmasi dan
didistribusikan ke klinik Teratai seminggu dua kali sejumlah yang dibutuhkan atau melalui permintaan cito jika diperlukan.
Depo teratai menggunakan sistem distribusi IP Individual Prescription. Obat yang disiapkan untuk terapi pasien, melaui resep yang ditulis dokter dan
langsung disiapkan oleh depo saat itu juga.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pelayanan di Klinik Teratai diberikan untuk semua pasien Umum, Askes, Kontraktor, JamkesmasGakindaGakin RSHS termasuk pasien yang berasal dari
luar propinsi yang terdeteksi HIV dan AIDS. Pasien yang datang ke klinik teratai adalah dari bayi sampai dewasa. Pengambilan obat untuk pasien baru 2 minggu
sekali, sedangkan untuk pasien lama 1 bulan sekali. Adapun alur pelayanan didepo teratai adalah:
a. Pasien Baru: pasien langsung datang ke ruang teratai, kemudian melakukan
pendaftaran di bagian administrasi dan membayar karcis Rp. 20.000,- untuk pasien regular, untuk pasien yang tidak mampu pembayaran karcis gratis.
b. Pasien mengetahui status: Setelah melakukan pendaftran dan pasien tahu
statusnya sudah terpapar HIV berdasarkan gejala fisiknya maka dilakukan pengecekan darah, jika hasil cek darah positif HIV, maka dilakukan
konseling ke konselor, disini konselor menjelaskan penanganan yang akan diberikan kepada pasien, kemudian dokter memeriksa dan menulis resep, lalu
pasien menyerahkan ke depo farmasi setelah itu depo farmasi mendispensing obat tersebut dan menyerahkan ke pasien. Untuk pasien baru diberikan
informasi waktu dan dosis pemakaian obat, serta kapan pasien kembali untuk pemeriksaan dan pemberian terapi.
c. Pasien tidak mengetahui status: setelah melakukan administrasi, pasien
diberikan konseling terlebih dahulu oleh konselor, dimana konselor memberikan arahan apa yang harus di lakukan, jika seandainya hasil cek
darah positif maupun negatif. Jika pasien dikatakan positif maka pasein diberikan konseling lagi, kemudian pemeriksaan ke dokter, dokter
memberikan resep, lalu pasien menyerahkan ke depo farmasi setelah itu depo
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
farmasi mendispensing obat tersebut dan menyerahkan ke pasien. Untuk pasien baru diberikan informasi waktu dan dosis pemakaian obat, serta kapan
pasien kembali untuk pemeriksaan dan pemberian terapi. d.
Pasien lama: untuk pasien lama, pada saat menerima tanda bukti penerimaan obat pasien, maka pasien harus ditanya mengenai sisa obat yang masih ada di
rumah. Tujuannya adalah untuk mengetahui kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Bila ditemukan pasien yang tidak patuh maka pasien
tersebut diberikan konseling agar pasien selalu patuh dalam mengkonsumsi obat.
Adapun alur pelayanan pasien depo farmasi teratai dapat dilihat pada Lampiran 5, Halaman 110.
4.3.2 Depo Farmasi Penyakit Dalam