menyangkut pengelolaan perbekalan kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengendalian mutu dan keamanan selama penyimpanan
hingga proses distribusi perbekalan kesehatan yaitu oleh instalasi farmasi ditunjukkan kepada ruang perawatan, penderita rawat tinggal, rawat jalan, ruang
penunjang dan depo-depo farmasi. Pelayanan tersebut berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik untuk penderita baik penderita
rawat jalan atau penderita rawat inap.
4.2.1 Peran dalam Farmasi Produk
Salah satu pelayanan farmasi produk adalah pengadaan dan penyediaan perbekalan farmasi yang merupakan aspek pelayanan terpadu dan penting untuk
diperhatikan karena di rumah sakit harus tersedia perbekalan farmasi bermutu tinggi dengan harga terjangkau. Pengadaan perbekalan farmasi di setiap depo
berasal dari gudang Farmasi dan gudang Medis RSUP Dr. Hasan Sadikin, Sehingga pelayanan farmasi klinik tidak akan berarti tanpa pelayanan produk
yang baik dari instalasi farmasi. Gudang perbekalan farmasi mengatur pengeluaran perbekalan kesehatan.
Perencanaan BMHP Barang Medis Habis Pakai meliputi perencanaan terhadap jenis BMHP aktif, jumlah pemakaian dan jumlah persediaan perkiraan BMHP.
Pola perencanaan dilakukan dengan periode per tiga bulan pola konsumtif. IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin juga melakukan produksi sediaan farmasi melalui cara
pengemasan kembali, pengenceran dan pembuatan. Pengadaan BMHP dilakukan oleh panitia pengadaan dimana IFRS sebagai salah satu anggotanya.
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
tender atau sumbangan. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab, terlatih, dan mengerti sifat penting perbekalan
farmasi. Maka dalam tim penerimaan harus ada tenaga farmasi. Sistem penyimpanan BMHP di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang
dilakukan di gudang dibagi menjadi dua jenis BMHP yang disimpan secara terpisah dengan maksud untuk mempermudah dalam mengidentifikasi BMHP,
yaitu BMHP rutin dan BMHP Gakin. Semua BMHP disimpan di gudang secara terpisah menurut jenis dan sifatnya yaitu sistem penyimpanannya terbagi menjadi
5 ruang antara lain: ruang penyimpanan obat dan alat kesehatan, ruang X-ray Film beserta obat dan alat cucinya, ruang bahan baku kimia dan desinfektan, ruang
bahan mudah terbakar, ruang alat kesehatan “disposible” dan alat kesehatan inventaris.
Proses penyaluran BMHP atau perbekalan kesehatan dilakukan menggunakan metode FIFO “First In First Out” dan FEFO “First Expired First
Out”. Sistem FIFO yaitu barang yang masuk pertama kali ke gudang maka pertama kali dikeluarkan. Sedangkan sistem FEFO yaitu barang yang memiliki
tanggal kedaluarsa “expire date” lebih dekat maka pertama kali dikeluarkan. BMHP yang telah disimpan di gudang farmasi selanjutnya didistribusikan
ke tempat yang membutuhkan melalui bagian distribusi, diantaranya didistribusikan ke unit rawat jalan, rawat tinggal, ruang penunjang dan depo-depo
farmasi. Sistem pendistribusian ini berdasarkan permintaan di ruang perawatan atau depo-depo farmasi yang membutuhkan. Jika terjadi kekosongan persediaan
barang di ruangan atau depo farmasi maka akan dilakukan permintaan barang ke gudang melalui bagian distribusi, selanjutnya di bagian distribusi akan direkap
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
setiap kali permintaan barang. Kemudian hasil rekapan diserahkan ke bagian gudang untuk dilakukan penyiapan permintaan barang. Barang yang telah
disiapkan didistribusikan oleh bagian distribusi ke depo atau ruangan yang melakukan permintaan BMHP. BMHP yang telah tersedia di depo atau ruangan
didistribusikan ke pasien berdasarkan sistem distribusi setiap ruangan atau depo itu sendiri.
Permintaan barang ke gudang dari depo farmasi dilakukan melalui defekta. Permintaan defekta sudah terjadwal dan dilakukan setiap satu kali seminggu.
Jadwal permintaan dari depo farmasi diatur sedemikian rupa dan berbeda-beda untuk setiap depo sehingga tidak terjadi kekacauan saat pengiriman barang. Selain
defekta, permintaan barang juga dapat dilakukan melalui permintaan cito. Permintaan cito dilakukan bila stok barang di depo telah habis dan dapat
dilakukan setiap hari. Sistem distribusi mencakup penghantaran sediaan obat dan alat kesehatan
yang telah di dispensing ke tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu dan metode
pemberian serta keutuhan mutu obat. RSUP Dr. Hasan Sadikin memiliki bangunan yang luas dan terbagi dalam gedung-gedung yang terpisah satu sama
lain. Untuk memudahkan pelayanan, RSUP Dr. Hasan Sadikin menerapkan sistem distribusi obat desentralisasi dalam bentuk depo-depo farmasi yang tersebar di
ruang-ruang perawatan. Depo farmasi merupakan satelit atau cabang dari IFRS pusat, yang diadakan untuk mendekatkan pelayanan farmasi ke ruang perawatan
sehingga memudahkan dalam pendistribusian, pengendalian obat dan alkes, disamping itu juga memudahkan pelaksanaan pelayanan farmasi klinik bagi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
pasien, dokter, perawat, ahli gizi dan profesional kesehatan lainnya. Depo farmasi RSHS sebagai salah satu upaya pelayanan farmasi yang mengarah pada sistem
satu pintu obat yaitu berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada IFRS.
Pelaksanaan distribusi obat dilakukan dengan sistem kombinasi, mencakup sistem distribusi obat resep individu individual prescription, persediaan di ruang
floor stock dan unit dosis unit dose dispensing. Perbedaan pelaksanaan sistem distribusi obat pada tiap depo farmasi dilakukan tergantung pada kebutuhan di
ruangan, jumlah personil, kemudahan pemantauan distribusi obat dan fasilitas yang tersedia. Sebagian besar depo farmasi menggunakan sistem distribusi
individual prescription. Akan tetapi, untuk ruang perawatan Kelas I, VIP atau paviliun umumnya menggunakan sistem distribusi obat unit dosis. Sedangkan
ruang perawatan yang memerlukan penanganan cepat, misalnya emergency unit, menggunakan sistem distribusi obat persediaan di ruangan Floor Stock.
Peran apoteker di IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin dibedakan menjadi apoteker yang terlibat langsung dalam pelayanan dan apoteker non pelayanan
strukrural. Kedua peran ini tidak bisa dipisahkan, satu sama lain saling melengkapi. Apoteker non pelayanan struktural tidak terlibat langsung dalam
hubungan dengan pasien, kinerjanya lebih banyak di ruangan kantor, membuat perencanaan dan manajemen. Contoh apoteker non pelayanan yaitu kepala IFRS
dan kepala sub instalasi. Sebaliknya, apoteker pelayanan terlibat langsung dalam hubungan dengan pasien dan kinerjanya di lapangan depo-depo farmasi. Contoh
apoteker pelayanan yaitu apoteker penanggungjawab depo farmasi. Selain itu, apoteker juga berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan lain yang merupakan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
program rumah sakit yang berorientasi pada kepentingan pasien dan berkaitan dengan obat. Diantaranya keterlibatan apoteker dalam PFT, partisipasi dalam
program pendidikan “in-service” bagi apoteker, perawat dan dokter dan panitia sistem pemantauan serta pelaporan ROM.
4.2.2 Peran dalam Farmasi Klinis