Indikator Pelayanan Rumah Sakit

d. rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 dua spesialis dasar

2.1.4 Visi dan Misi Rumah sakit

Agar suatu rumah sakit berhasil dalam pelayanannya secara menyeluruh maka diperlukan suatu perencanaan strategis, yaitu suatu proses yang dilakukan rumah sakit dalam mengembangkan visi, misi, menetapkan tujuan jangka panjang, pengembangan program strategis, penetapan prioritas, analisis SWOT, analisis celah, masalah strategis, rencana tindakan terpadu, dan penerapan. Visi merupakan pernyataan tetap untuk mengkomunikasikan sifat dari keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, langkup usahakegiatan dan kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara rumah sakit dengan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan luas dari unjuk kerja rumah sakit. Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi pengaharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk memenuhi maksud tersebut Siregar dan Amalia, 2004.

2.1.5 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Indikator merupakan variabel ukuran atau tolak ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 228MENKESSKIII2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah, untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu: UNIVERSITAS SUMATRA UTARA a. input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain b. proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain c. output, yang dapat menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan d. outcome, yang menjadi tolak ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain e. benefit, adalah tolak ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun penerima pelayanan atau pasien misalnya biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit f. impact, adalah tolak ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan Indikator penilaian efisiensi pelayanan diantaranya adalah sebagai berikut: a. bed occupancy rate BOR adalah pemakaian tempat tidur dipergunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa. BOR= Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu satuan waktu x 100 Persentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Bila nilai ini mendekati 100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80 sudah bisa dikatakan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA ideal. BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi. b. bed turn over BTO merujuk pada berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Usahakan BTO lebih besar dari 40. BTO = Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal Jumlah tempat tidur x 100 c. average length of stay ALOS adalah rata-rata lama dirawat dalam satu periode. Periode yang baik adalah 5-13 hari. ALOS = Jumlah lama dirawat Jumlah pasien keluar x 100 d. turn over interval TOI adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain. TOI diusahakan lebih kecil daripada 5 hari. TOI = Jumlah tempat tidur x 365 – hari perawatan Jumlah semua pasien keluar hidup + mati x 100 e. infant death rate IDR atau angka kematian bayi. Standar IDR adalah 20. IDR = Jumlah kematian bayi yang lahir di rumah sakit Jumlah bayi yang lahir di rumah sakit dalam waktu tertentu x 100 f. maternal mortality rate MMR atau angka kematian ibu melahirkan. Standard 0,25 atau antara 0,1-0,2. MMR = Jumlah pasien obstetric yang meninggal Jumlah pasien obstetric dalam jangka waktu tertentu x 100 g. foetal death rate FDR atau angka bayi lahir mati. Standar FDR adalah 2. FDR = Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan 20 minggu Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu tertentu x 100 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA h. post operative death rate PODR atau angka kematian pasca bedah. Standar PODR adalah 1. PODR = Jumlah kematian setelah operasi dalam satu periode Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode yang sama x 100

2.2 Rekam Medik

Menurut Permenkes RI No.269MENKESPERIII2008 yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien Siregar dan Amalia, 2004. Pemanfaatan rekam medik Depkes, 2008 dapat dipakai sebagai: a. pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. b. alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi. c. keperluan pendidikan dan penelitian. d. dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan. e. data statistik kesehatan.

2.3 Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi PFT

2.3.1 Komite Medik

Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari ketua staf medis fungsional SMF atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit. Komite medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama Depkes, 2004. Komite medik diberikan dua tugas utama yaitu menyusun standar pelayanan medik dan memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal Anonim, 2010: UNIVERSITAS SUMATRA UTARA