Indikator Pelayanan Kefarmasian pemantauan kadar obat dalam darah PKOD

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah: i. alat therapeutic drug monitoringinstrument untuk mengukur kadar obat ii. reagen sesuai obat yang diperiksa

2.5.3 Indikator Pelayanan Kefarmasian

Indikator diperlukan untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan, atau suatu alattolak ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya. Indikator yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah sebagai berikut Depkes, 2004: a. indikator peresepan seperti tingkat penggunaan obat generik untuk kebutuhan pasien rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan Permenkes RI No HK.02.02MENKES068I2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah b. indikator pelayanan seperti waktu tunggu pelayanan untuk resep obat jadi dan obat racikan c. indikator fasilitas d. tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat e. kepuasan pelanggan f. penulisan resep sesuai formularium UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Indikator mutu pelayanan farmasi sebagai berikut: a. rata-rata waktu penyiapan obat b. rata-rata waktu penyerahan obat c. persentase jumlah obat sesuai resep yang diserahkan kepada pasien d. persentase jumlah jenis obat yang diserahkan sesuai resep kepada pasien e. persentase penggantian resep UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

BAB III TINJAUAN KHUSUS

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

3.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin RSHS adalah rumah sakit yang terletak di Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur Nomor 38 Bandung 40161. Sebelumnya rumah sakit ini bernama RS Rancabadak. Pada tahun 2006 status rumah sakit berubah menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PPK-BLU. 3.1.1 Sejarah Singkat RSUP Dr. Hasan Sadikin RSHS dibangun pada masa penjajahan Belanda tahun 1920, diresmikan tanggal 15 Oktober 1923. Namanya saat itu adalah Het Algemeene Bandoengche Ziekenhuis, pada tanggal 30 April 1927 berubah menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana dengan kapasitas rumah sakit waktu itu 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini berubah menjadi rumah sakit militer dengan nama Rigukun Byoin. Setelah merdeka pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat, dan rumah sakit ini dikenal masyarakat sebagai Rumah Sakit Rancabadak. Tahun 1948 rumah sakit ini mulai digunakan untuk umum. Tahun 1954, Menteri Kesehatan menetapkan rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Provinsi dibawah pengawasan Departemen Kesehatan. Pada tanggal 24 Juli 1956, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas 600 tempat tidur. Tahun 1957 rumah sakit ini mulai dipergunakan UNIVERSITAS SUMATRA UTARA