Dalam pengembangan budaya keselamatan, komunikasi yang positif untuk membahas tentang keselamatan dituangkan dalam bentuk program keselamatan.
Komunikasi yang efektif dapat mengembangkan budaya proaktif, dapat meyakinkan pekerja tentang pentingnya keselamatan, ataupun bahaya yang dapat terjadi, serta
dapat membangun iklim saling percaya dalam organisasi Heni, 2011. Dengan adanya komunikasi yang efektif diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi searah
dari pihak manajemen kepada penderes, tetapi juga ada komunikasi yang aktif dari penderes tentang kebutuhan akan informasi K3 termasuk juga di dalamnya
komunikasi bahaya sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan produktivitas perusahaan itu sendiri.
5.2. Pengetahuan Penderes tentang Komunikasi Bahaya di PT Bridgestone
Sumatera Rubber Estae Dolok Merangir Kabupaten Simalungun
Gambaran pengetahuan penderes tentang komunikasi bahaya adalah mampu menjawab keseluruhan pertanyaan dengan baik mengenai komunikasi bahaya yang
meliputi : pelatihan K3 bagi pekerja baru, safety talk, notice board, Standard Operating Procedure, Buku Saku Pedoman K3 yang berisi tentang APD, P3K, cara
bekerja yang benar, dan potensi bahaya saat menderes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderes di PT BSRE mengalami
perubahan tingkat pengetahuan rata-rata. Sebelum dilakukan intervensi berupa ceramah tentang komunikasi bahaya, hasil pre-test penderes memiliki nilai tingkat
pengetahuan rata-rata sebesar 19,62. Pre-test kemudian dilanjutkan dengan
Universitas Sumatera Utara
melakukan ceramah dengan materi ceramah meliputi pengertian, manfaat, dan jenis komunikasi bahaya.
Pengukuran terhadap variabel pengetahuan tentang komunikasi bahaya kembali dilakukan setelah dilakukan ceramah. Hasil penelitian menunjukkan bahwaa
terdapat perbedaan tingkat pengetahuan penderes. Setelah dilakukan ceramah tentang komunikasi bahaya, pengetahuan responden meningkat dengan nilai rata-rata 22,35.
Analisis statistik dilanjutkan dengan uji Wilcoxon dan diperoleh hasil bahwa terdapat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan cerama tentang komunikasi
bahaya. Hal ini terlihat dari nilai significancy 0,015 p 0,05. Terdapatnya perbedaan pengetahuan yang bermakna dari penderes sebelum dan setelah ceramah
tersebut menunjukkan adanya pengaruh ceramah tentang komunikasi bahaya terhadap perubahan pengetahuan, yakni terjadi peningkatan pengetahuan menjadi lebih baik
pada penderes di Sub-divisi E, Divisi II – Dolok Merangir PT BSRE. Pengetahuan penderes tentang pelatihan K3 mengalami peningkatan setelah
dilakukan intervensi berupa ceramah tentang komunikasi bahaya. Di PT BSRE, pelatihan K3 dilakukan dengan lisan. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi yang
bersifat lisan kelemahannya adalah susah untuk diingat. Pelaksanaan pelatihan K3 juga hanya dilakukan pada saat penerimaan pekerja baru. Selanjutnya informasi
tentang K3 diperoleh dari kegiatan komunikasi bahaya lainnya berupa safety talk, pemberian buku saku pedoman K3, pemberitahuan informasi kondisi dan bahaya di
tempat kerja serta cara kerja yang benar dan aman melalui Standard Operating Procedure SOP yang dipasang di notice board. Dengan demikian, menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
asumsi bahwa penderes tidak mengingat bahwa sebelumnya mereka telah diberikan pembekalan K3 melalui pelatihan K3.
Seluruh responden mengetahui informasi tentang komunikasi bahaya dari pihak perusahaan. Pihak perusahaan memegang peranan yang besar dalam upaya
peningkatan pengetahuan penderes. Sebagaimana diketahui bahwa PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah sejak dini menerapkan SMK3 dan telah berhasil meraih
sertifikat serta bendera emas. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 disebutkan pada Bab V Pembinaan Pasal 9 ayat 1, yaitu : Pengurus
diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan kepada tiap tenaga kerja baru tentang : a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya; c. Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan jawaban penderes tentang komunikasi bahaya, penderes masih
banyak yang menjawab dengan salah. Hal ini diasumsikan karena penderes masih belum tahu tentang komunikasi bahaya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut
Heni 2011, komunikasi tentang aspek keselamatan, termasuk tentang komunikasi bahaya, adalah sangat penting untuk dikomunikasikan. Apabila terjadi kondisi
bahaya, semua orang data melakukan penyelamatan diri sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada umumnya responden sudah berada pada tingkatan pengetahuan yang tahu, memahami dan aplikasi. Responden
Universitas Sumatera Utara
yang sebelumnya telah mengetahui sedikit tentang komunikasi bahaya dan sudah memahami sebagian besar manfaat dari komunikasi bahaya serta sudah mampu
menggunakan materi yang dipelajari. Setelah dilakukan ceramah, responden masih berada pada tingkatan tahu, memahami dan aplikasi.
Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa secara keseluruhan sasaran dari proses komunikasi K3 sebagai pencegahan kecelakaan yaitu sebagai proses
penyampaian informasi tentang kebijakan K3 dalam perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramli 2009, bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari pengirim sender ke penerima receiver dengan tujuan untuk mencapai salah satu sasaran berikut : 1 untuk bertindak action mengenai sesuatu hal, misalnya
menghentikan mesin atau memadamkan kebakaran, 2 untuk menyampaikan informasi misalnya tentang kebijakan K3 dalam perusahaan, sumber bahaya di tempat
kerja, prosedur kerja aman, dan lainnya, 3 untuk memastikan tentang sesuatu yang seharusnya dilakukan atau dijalankan, misalnya cara melakukan suatu pekerjaan, dan
4 untuk menyenangkan seseorang, misalnya pujian bagi perilaku yang berlaku aman. Pengetahuan penderes tentang safety talk mengalami penurunan setelah
dilakukan intervensi berupa ceramah tentang komunikasi bahaya. Sifat safety talk yang lisan dan waktu pelaksanaannya yang singkat menyebabkan penderes kurang
mengenal kegiatan ini, sehingga diasumsikan bahwa penderes tidak mengenal dengan baik tujuan dan manfaat dari kegiatan safety talk sehingga mereka belum paham dan
tahu tentang safety talk. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo 2003, bahwa
Universitas Sumatera Utara
sebelum seseorang mengadopsi perilaku berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya.
Pelaksanaan safety talk di lapangan telah diserahkan tanggung jawabnya dari Safety Department kepada mandor supervisor di lapangan. Safety talk merupakan
sarana penting dalam menyampaikan informasi tentang K3 karena safety talk sifatnya yang lisan dan dua arah, sehingga pekerja bisa dengan bebas berinteraksi untuk
berdiskusi tentang K3, cara kerja yang benar dan aman, serta resiko kecelakaan yang mungkin timbul di tempat kerja. Mandor sebagai komunikator diharapkan dapat
menguasai materi yang akan disampaikan dalam safety talk serta kredibel dalam menyampaikan pesan. Sesuai dengan pendapat Liliweri 2007, bahwa kredibilitas
merupakan suatu image atau gambaran kita mengenai sumber atau komunikator. Seorang pendengar akan mendengarkan komunikator yang dinilai mempunyai tingkat
kredibilitas tinggi, oleh karena itu dia lebih percaya pada orang itu daripada orang lain.
Notice board merupakan bentuk komunikasi bahaya yang bersifat tulisan. Di PT BSRE pemasangan notice board dilakukan di setiap kantor. Termasuk di
Departemen Lapangan yang memiliki kantor sub-divisi. Notice board berisi tentang semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan, termasuk Standard Operating Procedure
yang isinya memuat tentang cara kerja yang benar dan aman serta resiko dan bahaya di tempat kerja. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
disebutkan pada Bab X Pasal 14 a, bahwa kewajiban pengurus adalah : Secara tertulis menempatkan di tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat keselamatan
Universitas Sumatera Utara
kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat yang
mudah dilihat dan dibaca dan menurut petuunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Kelemahan dari notice board adalah sifatnya yang berupa tulisan dan isinya yang banyak serta hanya dipajangkan di kantor sub-divisi tidak sering dibaca oleh
penderes. Selain karena tampilan yang kurang menarik, juga karena tidak tersedia waktu yang maksimal untuk membaca, karena seluruh penderes hanya berkumpul di
kantor sub-divisi pada saat mengambil gaji dua kali seminggu sehingga kondisinya tidak memungkinkan untuk membaca informasi dengan maksimal.
Pemberian buku saku pedoman K3 kepada setiap penderes diharapkan akan menambah pengetahuan pekerja tentang hak dan kewajiban dalam pelaksanaan K3
serta sanksi yang diperoleh bagi penderes yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur, termasuk juga di dalamnya jika penderes tidak menggunakan APD.
Buku saku pedoman K3 berisi tentang komitmen dan kebijakan PT BSRE tentang K3, serta cara bekerja yang aman. Tetapi cakupannya hanya masih untuk pekerjaan
yang umum dan sebagian besar ditujukan pada pekerja di bagian produksi. Buku saku pedoman K3 bersifat tulisan dan permanen, diharapkan dapat
diperlengkapi sesuai dengan kebutuhan masing-masing pekerjaan di masing-masing departemen dan pemberian kepada masing-masing pekerja dapat menjadi akses
langsung bagi pekerja untuk mengetahui informasi tentang K3. Selain itu, buku saku pedoman K3 sebaiknya juga dimanfaatkan untuk menyampaikan sanksi dan juga
Universitas Sumatera Utara
disertai penghargaan bagi pekerja yang mampu menjalankan pekerjaan sesuai dengan prosedur serta bekerja dengan cara yang aman. Sebagaimana disebutkan Maslow
dalam Henni 2011 bahwa penghargaan atas hasil kerja merupakan kebutuhan aktualisasi diri setiap pekerja sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja.
5.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes di PT Bridgestone