Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Kepal b. Leher. Badan. d. Anggota atas. Anggota bawah. f. Banyak tempat. Kelainan umum. Visi dan Misi PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate

dengan larutan ammonia 3; 3 pukul 14.30 mengutip hasil dalam bentuk cup lump; 4 pukul 15.30 sampai dengan selesai menimbang hasil di Latex Station. Risiko kecelakaan kerja pada penderes adalah terkena serpihan kayu saat menderes, terkena percikan getah, terkena pisau deres saat mengasah pisau, serta kejatuhan kayu atau ranting pohon namun hal ini jarang terjadi. Terkena serpihan kayu dan percikan getah jika penanganan pertolongan pertama tidak dilakukan segera dan dengan tepat bisa menimbulkan kebutaan. Menurut pihak manajemen, ketika dilakukan investigasi setelah terjadi kecelakaan kerja ditemukan bahwa penyebab utama dari kecelakaan kerja adalah akibat dari kelalaian pekerja itu sendiri yaitu tidak menggunakan APD selama waktu kerja. Belum diketahui dengan pasti apa penyebab kelalaian pekerja tersebut. Dengan kondisi demikian peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yaitu Pengaruh Pengetahuan Tentang Komunikasi Bahaya Terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Penderes di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pengetahuan tentang komunikasi bahaya terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada penderes di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang komunikasi bahaya terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada penderes di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan tentang komunikasi bahaya terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada penderes di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat menjadi sumber masukan bagi perusahaan sebagai upaya mengoptimalkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan pekerja dalam hal pencegahan kecelakaan kerja. 3. Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Bloom dalam Soekidjo 2005, pengetahuan merupakan pengembangan dari 3 tingkat ranah perilaku yang artinya adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran telinga, dan indera penglihatan mata. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Pengetahuan secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu Notoadmojo, 2005 : 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ itu merupakan tingkat Universitas Sumatera Utara pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. Contohnya : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah problem solving cycle dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis Universitas Sumatera Utara Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya : dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara Menurut Notoadmojo dalam www.duniabaca.com ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya: 1. Pendidikan 2. InformasiMedia Massa 3. Sosial budaya dan Ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua Universitas Sumatera Utara aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .

2. Informasi Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek immediate impact sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3. Sosial, Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Universitas Sumatera Utara Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Usia

Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal Universitas Sumatera Utara dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoadmojo 2007, pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan tersebut di atas.

2.2. Komunikasi Bahaya

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Kata “komunikasi” mengandung banyak arti, dari pengertian yang umum sampai pada pengertian yang spesifik, seperti halnya “komunikasi kesehatan”. Menurut George A. Miller 1951 dalam Notoadmojo 2007 “Komunikasi berarti Universitas Sumatera Utara bahwa suatu proses informasi yang disampaikan dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain”. Definisi ini menekankan pada ide, bahwa suatu informasi disampaikan dari satu poin ke poin yang lain, seperti halnya terjadi pada dua orang yang sedang berbicara melalui pesawat telepon atau ketika dua orang sedang berinteraksi melalui email, atau ketika suatu berita dari suatu negara disampaikan ke negara lain melalui satelit. Di dalam konteks “sistem sosial”, komunikasi merupakan aspek penting sebagai media bagi anggota sistem sosial untuk berinteraksi. Proses sosialisasi bagi anggota sistem sosial juga berlangsung dalam konteks komunikasi. Komunikasi antar anggota sistem sosial inilah yang membedakan interaksi antar manusia dengan kelompok makhluk lain. Menurut Anderson 1985, komunikasi antar-anggota sistem sosial menghasilkan energi dalam rangka pencapaian tujuan sistem sosial Notoadmojo, 2007.

2.2.2. Unsur-Unsur Komunikasi

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni : komunikator, komunikan, pesan, dan saluran atau media Notoadmojo, 2003. a. Komunikator source, adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara lain dalam bentuk : informasi-informasi, atau lebih tepatnya disebut pesan-pesan message yang harus disampaikan kepada pihak atau orang lain, dan diharapkan orang atau pihak lain tersebut memberikan Universitas Sumatera Utara respon atau jawaban. Apabila orang lain atau pihak lain tersebut tidak memberikan respons atau jawaban, berarti tidak terjadi komunikasi antara kedua variable tersebut. b. Komunikan receiver, adalah pihak yang menerima stimulus dan memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon tersebut dapat bersifat pasif yakni memahami atau mengerti apa yang dimaksud oleh komunikan, atau dalam bentuk aktif yakni dalam bentuk ungkapan melalui bahasa lisan atau tulisan verbal atau menggunakan simbol-simbol non-verbal. Menerima stimulus saja tanpa memberikan respon belum terjadi proses komunikasi. c. Pesan message, adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator sumber, kepada komunikan penerima. Isi stimulus yang berupa pesan atau informasi ini dikeluarkan oleh komunikan tidak sekedar diterima atau dimengerti oleh komunikan, tetapi diharapkan agar direspon secara positif dan aktif berupa perilaku atau tindakan. d. Saluran media, populernya disebut sebagai media, adalah alat atau sarana yang digunakan oleh komunikan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Jenis dan bentuk saluran atau media komunikasi sangat bervariasi, mulai dari yang paling tradisional yakni melalui mulut lisan, bunyi-bunyian kentongan, tulisan cetakan sampai dengan elektronik yang paling modern, yakni televisi dan internet.

2.2.3. Komunikasi Kesehatan

Universitas Sumatera Utara KOMUNIKASI Dalam perkembangan dunia komunikasi terdapat dua bentuk umum komunikasi, yakni komunikasi antar-manusia human communication dan komunikasi bukan antar-manusia non human communication, misalnya komunikasi antar-hewan dan berbeda jenis serta komunikasi antar-hewan dengan lingkungan alam. Komunikasi antar-manusia merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara individu, individu dengan kelompok dan antar-kelompok manusia. Faktor yang membedakan komunikasi antar manusia dengan jenis komunikasi lainnya adalah digunakannya simbol-simbol dan “bahasa”. Bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi erat kaitannya dengan “budaya”; maka komunikasi antar manusia berlangsung dalam konteks kebudayaan. Konteks kebudayaan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sedangkan komunikasi antar hewan berlangsung berdasarkan insting atau intuisi semata. Menurut Cronkhite dalam Notoadmojo 2005 menyatakan bahwa komunikasi antar manusia terjadi ketika individu merespon simbol-simbol tertentu dengan menggunakan bahasa. Komunikasi kesehatan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar manusia. Dapat digambarkan sebagai berikut : Komunikasi Antar-Manusia Komunikasi Kesehatan Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Hubungan antara Komunikasi, Komunikasi Antar-Manusia, dengan Komunikasi Kesehatan Sumber : Northouse Northouse dalam Notoadmojo 2005 2.2.4. Komunikasi K3 Sasaran dari komunikasi keselamatan adalah menyampaikan ide dan pengetahuan dari satu orang ke orang lain sehingga pesannya bisa tinggal dalam ingatan dan bisa memotivasi timbulnya tindakan tertentu Handley, 1977.

2.2.4.1. Proses Komunikasi K3

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim sender ke penerima receiver dengan tujuan untuk mencapai salah satu sasaran berikut : 1. Untuk bertindak action mengenai sesuatu hal, misalnya menghentikan mesin atau memadamkan kebakaran. 2. Untuk menyampaikan informasi misalnya tentang kebijakan K3 dalam perusahaan, sumber bahaya di tempat kerja, prosedur kerja aman dan lainnya. 3. Untuk memastikan tentang sesuatu yang seharusnya dilakukan atau dijalankan, misalnya cara melakukan suatu pekerjaan. 4. Untuk menyenangkan seseorang, misalnya pujian bagi perilaku yang berlaku aman. Universitas Sumatera Utara Dari aspek K3 alur komunikasi dapat terjadi antara manusia dengan manusia secara langsung atau melalui alat kerja atau alat komunikasi dapat dilihat seperti berikut : Gambar 2.2. Alur Interaksi Komunikasi K3 Sumber : Sistem Manajemen K3 – OHSAS 18001 Ramli, 2009

2.2.4.2. Bentuk Komunikasi K3

Komunikasi K3 dapat dibedakan atas : 1 Komunikasi Manusia Dengan Manusia Secara Langsung, misalnya antara bawahan dengan atasannya. Komunikasi ini sering juga disebut komunikasi personal personnal communication atau komunikasi kelompok group communication. Dalam K3 kedua jenis komunikasi ini banyak dilakukan misalnya melalui kontak individu melalui proses observasi, safety talk, penyuluhan K3, dan pelatihan K3. 2 Komunikasi Manusia Dengan Manusia Melalui AlatMedia Komunikasi, seperti telepon, buletin, poster, spanduk, situs internet, safety letter, dan lainnya. Universitas Sumatera Utara Komunikasi ini banyak digunakan di lingkungan kerja misalnya komunikasi antara petugas di ruang kontrol dengan petugas di lapangan, komunikasi antara petugas K3 dengan para pekerja. Komunikasi K3 antara manusia dengan manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut : - Komunikasi Internal, yaitu komunikasi di lingkungan organisasi baik secara horizontal, vertikal dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah di seluruh jajaran organisasi. - Komunikasi Eksternal, yaitu aliran komunikasi antara organisasi dengan semua unsur di luar perusahaan seperti konsumen, instansi terkait, pemasok, kontraktor, asosiasi profesi, media massa dan lainnya. 3 Komunikasi Manusia Dengan Alat Kerja. Peralatan seperti mesin, unit proses, peralatan adalah benda mati yang dioperasikan oleh manusia. Dalam proses operasi tersebut terjadi komunikasi antara manusia dengan alat kerja. Sopir berkomunikasi dengan mobil melalui berbagai peralatan kontrol seperti odometer, petunjuk bahan bakar, temperatur mesin atau petunjuk kecepatan. Jika petunjuk bahan bakar tidak berfungsi, pengemudi tidak bisa berkomunikasi dengan kendaraannya, dan tidak mengetahui ketinggian bahan bakar di dalam tangki sehingga suatu ketika akan kehabisan bahan bakar Ramli, 2010. OHSAS 18001 mensyaratkan agar arus komunikasi baik internal maupun eksternal dipelihara dan didokumentasikan. Sebagai contoh, keluhan masyarakat, Universitas Sumatera Utara pelanggan atau konsumen yang menyangkut K3 harus didokumentasikan dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya Ramli, 2010.

2.2.5. Komunikasi Bahaya

Komunikasi bahaya adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa suatu benda atau area mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu. Dengan adanya petunjuk terhadap bahaya tersebut maka setiap orang yang akan melakukan pekerjaan dengan alat atau bahan berbahaya tersebut atau bekerja pada area berbahaya tersebut dapat mengantisipasi dengan langkah-langkah pencegahan atau preventif, seperti alat perlindungan diri yang sesuai www.aimititi.netfirms.com. Ada beberapa cara dalam mengkomunikasikan bahaya www.aimititi.netfirms.com : 1. Lisan, dengan cara training atau pemberitahuan, kelemahannya adalah kurang efektif karena orang mudah lupa. 2. Tulisan, dapat berupa MSDS Material Safety Data Sheet serta poster. 3. Visual, berupa label, tanda, serta rambu. Manfaat penerapan komunikasi bahaya www.aimititi.netfirms.com adalah : a. Memudahkan mengetahui kandungan bahaya dalam suatu bahan atau area, b. Penanganan resiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai jenis bahaya yang bersangkutan, c. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai, d. Dapat dengan cepat mengetahui langkah-langkah pengobatan jika terjadi kecelakaan kerja, Universitas Sumatera Utara e. Penggunaan media yang sesuai dengan kecelakaan kerja yang terjadi. Contoh dari komunikasi bahaya adalah kegiatan pelatihan, induksi, safety talk atau tool box meeting, tandarambu K3, simbol kemasan bahaya pada kemasan produk, Material Safety Data Sheet Ismail, 2011. Dalam Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 disebutkan pada Bab V Pembinaan Pasal 9 ayat 1, yaitu : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan kepada tiap tenaga kerja baru tentang : a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya; b. Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya; c. Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; d. Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 disebutkan pada Bab X Pasal 14 menyebutkan bahwa kewajiban pengurus adalah : a. Secara tertulis menempatkan di tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. b. Memasang di tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah Universitas Sumatera Utara dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja; c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk- petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Secara internasional disebutkan dalam standar Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 pasal 4.4.2 menambahkan bahwa dalam komunikasi bahaya tersebut perusahaan bertanggung jawab untuk menambah keyakinan terhadap pekerja dengan membekali pekerja dengan kompetensi melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman, dan akan tetap mempertahankan catatan yang telah ada. Perusahaan akan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang berkaitan dengan resiko K3 dan sistem manajemen K3. Organisasi akan melaksanakan pelatihan atau mengambil tindakan lainnya untuk memenuhi kebutuhaan ini, mengevaluasi keefektifan dari pelatihan atau tindakan lainnya yang diambil, dan mempertahankan catatan yang telah ada sebelumnya. Organisasi akan menetapkan, mengimplementasikan dan memelihara prosedur-prosedur untuk membuat pekerja bekerja di bawah kesadaran akan a. Konsekuensi K3, kenyataan atau potensi, dari kegiatan bekerja mereka, perilaku mereka dan keuntungan yang diperoleh dari penerapan K3 Universitas Sumatera Utara b. Peran mereka dan tanggung jawab dan pentingnya pencapaian sesuai dengan kebijakan K3 dan prosedur dan pemenuhan SMK3, termasuk di dalamnya keadaan tanggap darurat dan pelaksanaan respon. c. Konsekuensi jika prosedur tidak dipenuhi. Prosedur pelatihan akan diperhitungkan pada tingkat berbeda dari : a. Tanggung jawab, kemampuan, kemampuan berbahasa dan menulis; dan b. Resiko OHSAS 18001:2007, Occupational Health and Safety Assessment Series. 2007.

2.2.6. Komunikasi dan Keselamatan

Keampuhan suatu sistem sampai tingkat tertentu tergantung kepada kualitas komunikasi yang terjadi di antara aneka unsur. Dalam industri, bentuk komunikasi di dalam suatu sistem biasanya dirumuskan dalam ketentuan-ketentuan resmi, seperti isyarat-isyarat atau penggunaan bentuk standar untuk pengiriman keterangan dan lain-lain. Namun, kadang-kadang komunikasi dengan saluran tak resmi lebih berpengaruh. Jika komunikasi resmi dan tak resmi bertentangan, biasanya justru sering yang tidak resmilah yang diikuti oleh tenaga kerja. Di antara kawan sekerja, sering pula dipakai isyarat-isyarat komunikasi tersendiri. Cara-cara komunikasi tersebut kadang-kadang lebih efektif daripada yang resmi. Namun ada bahayanya, yaitu bila seorang tenaga kerja yang belum berpadu dengan kelompok tersebut ikut bekerja. Hal ini dapat mendatangkan kecelakaan. Universitas Sumatera Utara Maka dari itu, sistem komunikasi resmi harus cukup jelas, komprehensif dan tidak berarti jamak serta tidak rumit, agar tidak diganti oleh isyarat-isyarat tak resmi. Penggantian tersebut terutama harus mendapat perhatian pada : a. Adanya komunikasi di antara kelompok-kelompok yang tak sama seperti bagian administrasi dan bagian produksi. b. Terdapatnya tenaga baru yang belum memahami isyarat-isyarat tak resmi. Dua segi lainnya tentang komunikasi adalah singkatan informasi yang terlalu terperinci. Tenaga kerja mungkin menggunakan bentuk-bentuk singkatan untuk komunikasi, sehingga memperbaiki kecepatan kerja. Namun dengan begitu, keampuhan sistem menurun. Begitu pula, tingkat keselamatannya. Sebaliknya, tenaga kerja yang bekerja dengan tanda-tanda petunjuk, dan panel-panel pengendali mungkin terganggu oleh banyaknya dan terperincinya informasi yang disampaikan kepada mereka. Dengan begitu, reaksi-reaksi mereka akan lebih lambat dan kurang teliti Suma’mur, 1991. 2.3. Kecelakaan Kerja Sebuah ‘kecelakaan’ bisa dimaksudkan sebagai suatu hal yang tidak terencana, tidak terkendali, dan dalam beberapa cara tidak diinginkan; hal ini mengganggu fungsi normal tubuh seseorang dan menyebabkan luka atau hampir cedera. Selama berlangsungnya kecelakaan, tubuh seseorang berhubungan dengan atau terkena beberapa objek, orang lain, atau bahan-bahan tertentu, yang bersifat Universitas Sumatera Utara melukai; atau pergerakan dari seseorang menyababkan luka atau menimbulkan kemungkinan terjadinya luka Anton, 1979. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih- lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminil di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang paling berat Suma’mur, 1991. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubung dengan pekerjaan pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu : 1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau 2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah di luar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya Suma’mur, 1991.

2.3.1. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja - Teori Domino Heinrich

Universitas Sumatera Utara Suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal; kecelakaan ini merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan Ridley, 2008. Gambar 2.3 Teori Domino Sumber : http:artikelbiboer.blogspot.com Domino dalam Gambar 2.3 menggambarkan rangkaian penyebab terjadinya kejadian atau situasi yang mengawali kecelakaan yang menimbulkan cedera atau kerusakan. Jika satu domino jatuh maka domino ini akan menimpa domino lainnya hingga domino yang terakhir pun jatuh, artinya, kecelakaan. Jika salah satu dari domino sebab-sebab itu dihilangkan, misalnya kita melakukan tindakan keselamatan yang benar, maka tidak akan ada kecelakaan.

2.3.2. Kerugian-kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian K : 1. Kerusakan, Universitas Sumatera Utara 2. Kekacauan organisasi, 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat, dan 5. Kematian. Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mempu bekerja, kompensasi cacat dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang yang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain- lainnya lagi. Atas dasar penelitian-penelitian, di negara-negara yang industrinya maju Universitas Sumatera Utara perbandingan di antara biaya langsung dan tersembunyi adalah satu banding empat 1:4, sedangkan di negara-negara berkembang satu banding dua 1:2. Kecelakaaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian besar biasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa-peristiwa kecelakaan kecil adalah 10 kali kejadian kecelakaan- kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan-kecelakaan menyebabkan kerugian- kerugian yang besar pula manakala dijumlahkan secara keseluruhan Suma’mur, 1991.

2.3.3. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan :

a. Terjatuh b. Tertimpa benda jatuh c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda. e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi. g. Terkena arus listrik. h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi. i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut. Universitas Sumatera Utara

2. Klasifikasi Menurut Penyebab :

a. Mesin i. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik. ii. Mesin penyalur transmisi. iii. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam. iv. Mesin-mesin pengolah kayu. v. Mesin-mesin pertanian. vi. Mesin-mesin pertambangan. vii. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. b. Alat angkut dan alat angkat i. Mesin angkat dan peralatannya. ii. Alat angkutan di atas rel. iii. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api. iv. Alat angkutan udara. v. Alat angkutan air. vi. Alat-alat angkutan lain. c. Peralatan lain i. Bejana bertekanan. ii. Dapur pembakar dan pemanas. iii. Instalasi pendingin. iv. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik. v. Alat-alat listrik tangan. Universitas Sumatera Utara vi. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik. vii. Tangga. viii. Perancah steger. ix. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut. d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi i. Bahan peledak. ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak. iii. Benda-benda melayang. iv. Radiasi. v. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut. e. Lingkungan kerja. i. Di luar bangunan. ii. Di dalam bangunan. iii. Di bawah tanah. f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut i. Hewan. ii. Penyebab lain. g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.

3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan

a. Patah tulang. b. Dislokasikeseleo. Universitas Sumatera Utara c. Regang ototurat. d. Memar dan luka dalam yang lain. e. Amputasi. f. Luka-luka lain. g. Luka di permukaan. h. Gegar dan remuk. i. Luka bakar. j. Keracunan-keracunan mendadak akut. k. Akibat cuaca, dan lainnya. l. Mati lemas. m. Pengaruh arus listrik. n. Pengaruh radiasi. o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. p. Lain-lain.

4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh

a. Kepala. b. Leher.

c. Badan. d. Anggota atas.

e. Anggota bawah. f. Banyak tempat.

g. Kelainan umum.

Universitas Sumatera Utara

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan oleh berbagai faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut penyebab dapat dipakai untuk menggolong- golongkan penyebab menurut kelainan atau luka-luka kaibat kecelakaan atau menurut jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan, tetapi klasifikasi yang disebut terakhir terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat dan letak luka atau kelainan di tubuh berguna bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut dan terperinci Suma’mur, 1991. 2.3.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja 2.3.4.1.Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan : 1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K, dan pemeriksaan kesehatan. Universitas Sumatera Utara 2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis- jenis peralatan industry tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, atau alat-alat perlindungan diri. 3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang- undangan yang diwajibkan. 4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau pengelasan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya. 5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya. 8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan. 9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja. Universitas Sumatera Utara 10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat. 11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik. 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan- kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan tenaga sama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh Suma’mur, 1991.

2.3.4.2. Prinsip Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja

Peraturan Management Health and Safety at Work Schedule 1 mengkhususkan prinsip pencegahan secara umum yang dirancang pada Artikel 6 2 dari European Council Directive 89391EEC. Untuk pertama kalinya prinsip ini dinyatakan secara langsung pada peraturan yang menyatakan, pada Peraturan Nomor 4, bahwa di mana pekerja melaksanakan pengukuran pencegahan pekerja tersebut akan melakukan prinsip-prinsip ini sebagaimana disebutkan dalam schedule 1. Prinsip-prinsipnya adalah Hughes, dan Ed Ferret. 2009 : Universitas Sumatera Utara 1. Menghindari resiko Artinya, sebagai contoh, mencoba untuk menghentikan tugas atau menggunakan proses lainya atau mengerjakan pekerjaan tersebut dengan cara yang berbeda, cara yang lebih aman. 2. Mengevaluasi bahaya yang tidak bisa dihindarkan Hal ini membutuhkan penilaian resiko. 3. Melawan resiko pada sumbernya Hal ini maksudnya adalah bahwa resiko, sebagaimana kondisi tempat kerja yang berdebu, dikendalikan dengan menghilangkan penyebab debu daripada menyediakan pelindung khusus; atau mengganti lantai yang licin daripada membuat tanda peringatan. 4. Mengadaptasikan pekerjaan dengan pekerjanya Hal ini melibatkan perancangan tempat kerja, pemilihan peralatan kerja dan pemilihan metode bekerja dan proses produksi, dengan pandangan, khususnya, untuk mengurangi pekerjaan yang monoton dan bekerja dengan rata-rata pekerjaan yang ditentukan dan mengurangi efeknya bagi kesehatan. Hal ini akan melibatkan konsultan yang akan dipengaruhi ketika tempat kerja, metode kerja dan prosedur keselamatan yang dirancang. Pengendalian orang-orang telah melebihi pekerjaan mereka yang seharusnya ditambah, dan waktu yang dihabiskan saat bekerja dengan kecepatan yang ditentukan dan dalam kerja yang monoton sebaiknya dikurangi jika mungkin untuk dilakukan demikian. 5. Penyesuaian dengan perkembangan teknis Universitas Sumatera Utara Hal ini penting untuk mengambil keuntungan dari perkembangan teknologi dan teknik, yang sering memberikan peluang bagi perancang dan pekerja untuk meningkatkan keselamatan dan metode bekerja. Dengan internet dan sumber informasi internasional yang tersedia, pengetahuan yang sangat luas, berlangsung di Inggris atau Eropa, akan diperhitungkan oleh kekuasaan yang berwenang dan pengadilan. 6. Menggantikan yang berbahaya dengan menjadi yang tidak berbahaya atau kurang berbahaya Hal ini termasuk subtitusi, contohnya, mengganti perlengkapan atau bahan dengan bahan yang tidak berbahaya atau kurang berbahaya. 7. Mengembangkan kebijakan pencegahan yang menyeluruh Hal ini meliputi teknologi, organisasi di tempat kerja, kondisi bekerja, hubungan sosial dan pengaruh faktor yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Kebijakan kesehatan dan keselamatan harus dipersiapkan dan diterapkan dengan referensi dari prinsip-prinsip ini. 8. Mengutamakan pemberian alat perlindungan diri secara menyeluruh Hal ini maksudnya mengutamakan untuk mengendalikan pengukuran yang membuat tempat kerja aman bagi setiap pekerjanya sehingga menghasilkan keuntungan yang besar, contohnya menghilangkan bahaya debu dengan ventilasi exhaust daripada menyediakan alat filter pernapasan pada masing-masing pekerja. Hal ini dikenal dengan pendekatan ‘Tempat yang Aman’ dengan mengendalikan resiko. Universitas Sumatera Utara 9. Memberi instruksi yang tepat bagi pekerja Hal ini harus meyakinkan pekerja disadarkan dengan kebijakan perusahaan, prosedur keselamatan, hasil tes lainnya dan kebutuhan hukum. Hal ini sering disebut pendekatan ‘Orang yang Selamat’ untuk mengendalikan resiko di mana berfokus pada orangnya. Pengaturan sistem manajemen K3 yang layak seharusnya seimbang antara pendekatan tempat kerja yang aman dan pendekatan orang yang aman. 2.4. Gambaran Umum Perusahaan 2.4.1. Lingkungan Fisik 2.4.1.1.Letak Geografis PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate PT BSRE Divisi II Dolok Merangir Head Office terletak di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun dengan jarak 5 km dari jalan raya. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN III Gunung Para - Sebelah Barat berbatasan dengan Kebun Siantar Estate - Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN IV Dolok Ilir - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Beringin 2.4.1.2.Luas Wilayah Universitas Sumatera Utara Luas wilayah yang diusahakan oleh PT BSRE Dolok Merangir adalah 18.000,03 Hektar, termasuk di dalamnya gedung, jalan, rawa-rawa, sungai dan hutan. Berikut ini data luas wilayah berdasarkan divisi : Divisi I Naga Raja : 3.352,26 Hektar Divisi II Dolok Merangir : 4.590,81 Hektar Divisi III Dolok Ulu : 3.157,01 Hektar Divisi IV Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar Divisi V Aek Tarum : 4.129,75 Hektar

2.4.2. Sistem Administrasi Kebun

1. Direktur Lapangan Field Director a. Merencanakan dan mengawasi hasil-hasil produksi tanaman. b. Mengevaluasi hasil kerja dari manajer-manajer lapangan. c. Merencanakan dan mengawasi pemupukan dan pemeliharaan tanaman. d. Menandatangi perjanjian dan lainnya. 2. Manajer Lapangan Manager Division a. Mengendalikan pelaksanaan pengutipan hasil tanaman berupa karet alam agar persediaan bahan mentah cukup untuk kebutuhan produksi pabrik. b. Mengawasi pemupukan, pemeliharaan tanaman dan sistem penyadapan karet. c. Menandatangani atau mengesahkan laporan-laporan sehubungan dengan pekerjaannya. 3. Assisten Lapangan Field Assistant Universitas Sumatera Utara Mengepalai satu sub-division afdeling dalam satu tugas baik di lapangan atau di kantor afdeling dengan dibantu oleh mandor I dalam mengkoordinir bawahannya. 4. Kepala Tata Usaha Berwenang sebagai kepala administrasi keuangan dan membawahi asisten pergudangan dan asisten tata usaha. 5. Masinis Kepala Engineering Manager Membawahi asisten pengolahan, asisten transportasi, asisten bengkel umum dan asisten dinas sipil. 6. Keamanan Security Manager Mengontrol dan mengawasi keamanan yang dibantu satu orang asisten keamanan perwira sekuriti yang anggotanya terdiri dari satpam.

2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja

Pada saat ini PT BSRE mempunyai tenaga kerja staf yang berjumlah lebih kurang 80 orang dari berbagai departemen, baik Head Office Departement maupun Field Service Department. Jumlah tenaga kerja seluruhnya adalah 6.369 orang yang terdiri dari tenaga lapangan dan tenaga kerja di bagian kantor. Selain itu, di PT BSRE juga memiliki tenaga kerja asing yang disebut expatriate yang bekerja dan memegang jabatan di perusahaan ini, antara lain : Managing Director, General Director, Finance Director, dan Estate Administrator. Universitas Sumatera Utara

2.4.4. Sistem Pengawasan Kerja

Tingkat pengawasan berdasarkan struktur organisasi yang mana setiap direktur ataupun manajer mengawasi setiap bagian-bagiannya. Sistem pengawasan yang secara umum dilakukan oleh Direktur Manajer Managing Director sedangkan pengawasan operasionalnya dilakukan oleh Direktur Lapangan Division Manager dan Asisten Afdeling di divisi masing-masing.

2.4.5. Sistem Upah

Sistem upah yang digunakan pada PT BSRE adalah : a. Sistem Upah Bulanan Sistem upah ini diberikan satu kali dalam sebulan dan besarnya upah disesuaikan dengan tingkat atau golongan masing-masing pekerja. b. Sistem Upah Harian Sistem upah ini dihitung setiap hari kerja HK atau disebut juga dengan buruh harian.

2.4.6. Fasilitas Perusahaan yang Disediakan untuk Karyawan

Adapun fasilitas yang disediakan oleh perusahaan untuk karyawan adalah sebagai berikut : 1. Perumahan tersebar sesuai lokasi kerja 2. Sarana ibadah Mesjid, gereja 3. Sarana olahraga berupa lapangan bola kaki, hall, dan lapangan voli. 4. Kendaraan untuk berbelanja ke kota terdekat. 5. Kendaraan untuk rekreasi. Universitas Sumatera Utara 6. Fasilitas poliklinik, rumah sakit dan rumah sakit rujukan yang bekerja sama dengan perusahaan. 7. Gaji sesuai UMR yang telah ditentukan pemerintah daerah serta bonus yang merupakan kebijakan perusahaan.

2.5. Visi dan Misi PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate

Misi Grup Bridgestone didasarkan pada kata-kata pendirinya: “ Menyumbang Masyarakat dengan Mutu Tertinggi”. Untuk memenuhi misi ini Grup Bridgestone telah menggunakan konsep “dasar” untuk menunjukkan komitmen yang berkesinambungan dari karyawan untuk memberikan kepada pelanggan produk dan jasa untuk melayani masyarakat di mana Bridgetone Melakukan bisnis. “Esensi Bridgestone” terdiri dari kata-kata, Budaya perusahaan yang terintegrasi dan keragaman kita bahwa perusahaan saat ini telah mewarisi dan rasa berbagi nilai-nilai yang dapat dianut oleh karyawan Bridgestone di seluruh dunia. 1. Menyumbang Masyarakat dengan Mutu Tertinggi PT BSRE bercita-cita untuk menawarkan yang terbaik bagi pelanggan dan untuk masyarakat, tidak hanya dalam hal produk, layanan dan teknologi, tetapi juga dalam semua kegiatan perusahaan. Komitmen PT BSRE terhadap kualitas bukan berasal dari keinginan untuk mendapat keuntungan semata, tetapi timbul dari semangat untuk meningkatkan keselamatan dan kehidupan yang nyaman dalam segala aspek bagi semua orang di seluruh dunia. Melalui Misi ini, PT BSRE berusaha Universitas Sumatera Utara untuk menjadi perusahaan yang dipercaya oleh semua orang di dunia, sebuah perusahaan di mana kita semua bisa berbangga. 2. Seijitsu-Kyocho Integritas dan Kerjasama Seijitsu-Kyocho adalah berpegang pada ketulusan hati dalam menjalankan pekerjaan, menghadapi orang lain, dan berpartisipasi dalam masyarakat, serta mendorong kerjasama tim dengan tetap mengedepankan rasa saling menghargai dan menghormati keragaman ketrampilan, perspektif, pengalaman, jenis kelamin, dan ras. Dengan hal tersebut kita dapat menciptakan hasil yang positif. 3. Shinshu-Dokusho Pelopor Kreativitas Shinsu-Dokuso adalah mengetahui dan memahami yang terjadi di dunia dari sudut pandang Pelanggan sehingga kita pun dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut di atas, kita harus proaktif dalam menciptakan beragam kreasi yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Kita harus mencari dan menciptakan peluang pasar baru di dunia dengan metode sendiri yang unik. 4. Genbutsu-Genba Peninjauan Lapangan Genbutsu-Genba adalah melangkahkan kaki ke lapangan dan memastikan kenyataan dengan mata kepala sendiri. Dengan tidak merasa puas dengan kondisi yang ada, kita harus membandingkannya dengan kondisi yang ideal dan membuat keputusan yang tepat untuk mencapai kondisi yang terbaik. Universitas Sumatera Utara 5. Jukuryo Danko Kematangan Tindakan Jukuryo-Danko adalah pemikiran yang dalam tentang segala kemungkinan pada beragam situasi untuk mengambil tindakan. Serta menentukan arah yang harus ditempuh, setelah mengidentifikasi intisarinya. Hal tersebut dilakukan dengan kecepatan dan daya tahan yang kuat.

2.6. Standar Kerja Penderesan