kecelakaan kerja yang kemudian baru akan mengikuti terjadinya perubahan tindakan Wawan dan Dewi, 2011.
Hasil wawancara dan observasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden tidak menggunakan kacamata hingga proses kerja selesai.
Menurut penderes, mereka merasa tidak nyaman saat menggunakan kacamata dan belum merasakan manfaat dari penggunaan APD. Sesudah menerima intervensi
berupa ceramah, hasil wawancara dan observasi dari penderes mengalami peningkatan dalam hal menggunakan kacamata hingga proses kerja selesai.
Beberapa penderes yang tidak mengalami perubahan pencegahan kecelakaan kerja sebelum maupun sesudah intervensi menimbulkan asumsi bahwa penderes
belum sepenuhnya memahami tujuan dari pertanyaan tindakan melapor setelah terjadi kecelakaan kerja, sehingga tidak mempengaruhi perubahan tindakan penderes.
5.4. Pengaruh
Pengetahuan tentang
Komunikasi Bahaya
terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Penderes
Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan pengetahuan dan pencegahan kecelakaan kerja pada penderes. Pengetahuan penderes berbeda sebelum dan sesudah
intervensi. Terdapat 10 orang dengan hasil pengetahuan setelah intervensi lebih rendah daripada sebelum intervensi, 23 orang dengan hasil pengetahuan lebih tinggi
daripada sebelum intervensi, 1 orang dengan hasil pengetahuan yang tetap. Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,015 p0,05, maka diperoleh kesimpulan
ada perbedaan yang bermakna dari pengetahuan penderes tentang komunikasi bahaya antara sebelum dan sesudah intervensi.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan pencegahan kecelakaan kerja oleh penderes mengalami perbedaan sebelum dan sesudah intervensi. Terdapat 1
orang dengan hasil pencegahan setelah intervensi lebih rendah daripada sebelum intervensi, 25 orang dengan hasil pencegahan setelah intervensi lebih tinggi daripada
sebelum intervensi dan 8 orang tetap. Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,000 p0,05, maka diperoleh kesimpulan ada perbedaan pencegahan
kecelakaan kerja sebelum dan sesudah intervensi. Berdasarkan uji statistik tersebut di atas dapat diketahui ada perbedaan yang
signifikan pengetahuan tentang komunikasi bahaya dan pencegahan kecelakaan kerja baik sebelum maupun sesudah intervensi. Dengan demikian dapat diketahui juga
bahwa ada pengaruh pengetahuan tentang komunikasi bahaya terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada penderes di PT BSRE.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo 2003 bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Dalam hal ini dapat dilihat pengaruh pengetahuan terhadap tindakan pencegahan sebagai sebuah tahapan dari tahu, memahami dan aplikasi. Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dimaksud yaitu aplikasi dari
informasi tentang komunikasi bahaya diwujudkan dalam tindakan pencegahan kecelakaan kerja seperti menggunakan APD, bekerja sesuai prosedur, membaca
Universitas Sumatera Utara
sumber-sumber informasi tentang komunikasi bahaya seperti notice board dan Buku Saku Pedoman K3, memahami telah pernah mengikuti pelatihan K3, turut ambil
bagian dalam kegiatan safety talk.
5.5. Keterbatasan Penelitian