Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes di PT Bridgestone

disertai penghargaan bagi pekerja yang mampu menjalankan pekerjaan sesuai dengan prosedur serta bekerja dengan cara yang aman. Sebagaimana disebutkan Maslow dalam Henni 2011 bahwa penghargaan atas hasil kerja merupakan kebutuhan aktualisasi diri setiap pekerja sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja.

5.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes di PT Bridgestone

Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun Kecelakaan kerja yang terjadi di PT BSRE adalah kecelakaan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja No Lost Time Accident, di mana hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Berdasarkan teori Domino oleh Heinrich gambar 2.12, kegagalan kontrol oleh pihak manajemen : belum menyampaikan tujuan komunikasi bahaya dengan jelas pada penderes menimbulkan perilaku tidak aman dan status tidak aman yang menjadi obyek pemicu untuk terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya, penderes yang merasa tidak nyaman dengan kacamata deres, sehingga tidak memakai kacamata deres hingga proses kerja selesai. Hal ini disebabkan karena penderes belum mengetahui manfaat dari kacamata deres yang mengganggu kenyamanan penderes akan mampu melindungi mereka dari mata terkena tatal, tetesan larutan ammoniak, maupun tetesan getah. Pencegahan kecelakaan kerja pada penderes dilakukan dengan wawancara dan observasi yang meliputi : mengikuti pelatihan K3, membaca notice board, ambil bagian dalam kegiatan safety talk, memiliki buku saku pedoman K3, melapor pada mandor segera setelah kecelakaan kerja terjadi, menggunakan alat dan obat dari kotak P3K saat terjadi kecelakaan, akan mengikuti sanksi jika melakukan pelanggaran, Universitas Sumatera Utara segera melaporkan APD yang rusak, memelihara APD dengan baik, menggunakan APD saat bekerja kacamata, topi, sepatu boot, menuang ammoniak kacamata tetap terpakai, mengasah pisau menggunakan landasan, menggunakan kacamata saat mengutip getah. Sesuai dengan prinsip pencegahan kecelakaan menurut Hughes dan Ed Ferret 2009, dapat dilihat upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan oleh penderes di Sub-divisi E, Divisi II – Dolok Merangir PT BSRE adalah dengan cara mengembangkan kebijakan pencegahan yang menyeluruh, serta mengutamakan pemberian alat pelindung diri secara menyeluruh, serta memberi instruksi yang tepat bagi pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Sub-divisi E, Divisi II – Dolok Merangir sebelum ceramah memiliki tingkat pencegahan kecelakaan kerja dengan nilai rata-rata sebesar 13,88. Pretest dilanjutkan dengan melakukan ceramah dengan materi ceramah meliputi pengertian, manfaat, dan jenis komunikasi bahaya. Pengukuran variabel pencegahan kecelakaan kerja dilakukan lagi pada post- test dengan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan pada pretest. Setelahnya diperoleh peningkatan nilai rata-rata pencegahan kecelakaan kerja responden menjadi 15,47. Analisis statistic dilanjutkan dengan uji Wilcoxon dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan upaya pencegahan kecelakaan kerja oleh responden sebelum dan Universitas Sumatera Utara setelah dilakukan ceramah tentang komunikasi bahaya. Hal ini terlihat dari nilai significancy 0,00 p 0,05. Adanya perbedaan tindakan setelah dilakukan intervensi, sesuai dengan penelitian Buchari 2011 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara aspek tindakan antara kelompok yang mendapat perlakuan dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan berupa pelatihan K3. Hasil penelitian ini menunjukkan diketahunya proses penyampaian pesan mengenai pencegahan kecelakaan kerja responden telah memenuhi sasarannya yaitu bertindak mengenai sesuatu hal, yaitu bertindak menggunakan APD lengkap dan bekerja sesuai prosedur yang ada. Menurut Ramli 2009, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim sender ke penerima receiver dengan tujuan untuk mencapai salah satu sasaran berikut : 1 bertindak action mengenai sesuatu hal, misalnya menghentikan mesin atau memadamkan kebakaran, 2 untuk menyampaikan informasi misalnya tentang kebijakan K3 dalam perusahaan, sumber bahaya di tempat kerj, prosedur kerja aman, dan lainnya, 3 untuk memastikan tentang sesuatu yang seharusnya dilakukan atau dijalankan, misalnya cara melakukan suatu pekerjaan, dan 4 untuk menyenangkan seseorang, misalnya pujian bagi perilaku yang aman. Hasil wawancara pada penelitian ini menunjukkan adanya responden yang menyatakan tidak mengikuti pelatihan K3, sementara pelatihan K3 adalah hal yang wajib dilakukan pada saat penderes baru bekerja di perusahaan ini. Dalam hal ini, responden belum menyadari arti mengetahi terlebih dahulu stimulus pencegahan Universitas Sumatera Utara kecelakaan kerja yang kemudian baru akan mengikuti terjadinya perubahan tindakan Wawan dan Dewi, 2011. Hasil wawancara dan observasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden tidak menggunakan kacamata hingga proses kerja selesai. Menurut penderes, mereka merasa tidak nyaman saat menggunakan kacamata dan belum merasakan manfaat dari penggunaan APD. Sesudah menerima intervensi berupa ceramah, hasil wawancara dan observasi dari penderes mengalami peningkatan dalam hal menggunakan kacamata hingga proses kerja selesai. Beberapa penderes yang tidak mengalami perubahan pencegahan kecelakaan kerja sebelum maupun sesudah intervensi menimbulkan asumsi bahwa penderes belum sepenuhnya memahami tujuan dari pertanyaan tindakan melapor setelah terjadi kecelakaan kerja, sehingga tidak mempengaruhi perubahan tindakan penderes.

5.4. Pengaruh