Karakteristik Penderes Intervensi Berupa Ceramah tentang Komunikasi Bahaya

4. Perbaikan Sarana Pendidikan Perbaikan terhadap sekolah-sekolah di lingkungan perusahaan untuk menunjang pendidikan generasi muda. Di samping itu juga perusahaan menyumbang buku-buku pelajaran untuk menambah wawasan pelajar. 5. Donor Darah Bekerja sama dengan PMI Kabupaten Simalungun dilakukan secara periodik yang diikuti oleh seluruh staff dan karyawan. 6. Perbaikan Sarana Ibadah Sarana ibadah untuk pekerja adalah sangat penting, kebebasan menjalankan ibadah hal ini akan menimbulkan rasa ketenangan sehingga setiap pekerja akan menjalankan pekerjaannya dengan tenang.

4.2. Karakteristik Penderes

Responden yang menjadi penelitian ini adalah penderes yang bekerja pada Sub-divisi E Divisi II Dolok Merangir. Karakteristik penderes terdiri dari umur, pendidikan terakhir, masa kerja, riwayat kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penderes di sub-divisi E Divisi II Dolok Merangir No. Karakteristik Jumlah Persentase 1. Umur a. 20-29 tahun 12 35,3 b. 30-39 tahun 16 47,1 c. 40-49 tahun 3 8,8 d. ≥ 50 tahun 3 8,8 Total 34 100 2. Pendidikan Terakhir a. SD 8 23,5 b. SMP 6 17,7 c. SMA 20 58,8 Total 34 100 3. Lama Kerja a. 0-5 tahun 12 35.3 b. 6-10 tahun 5 14.7 c. 11-15 tahun 7 20.6 d. 16-20 tahun 5 14.7 e. 20 tahun 5 14.7 Total 34 100 4. Riwayat Kecelakaan Kerja a. Pernah mengalami kecelakaan kerja b. Tidak pernah mengalami kecelakaan kerja 34 100 Total 34 100 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar penderes adalah berusia 30-39 tahun 47,1, sedangkan penderes yang paling sedikit adalah berusia 40-49 tahun dan usia ≥ 50 tahun 8,8. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penderes paling banyak dengan pendidikan terakhir adalah tamatan SMA 58,8 dan yang paling sedikit adalah tamatan SMP 17,7. Sedangkan penderes dengan masa kerja paling banyak adalah masa kerja 0-5 tahun 35,5, penderes yang paling sedikit Universitas Sumatera Utara adalah dengan masa kerja 6-10 tahun, 16-20 tahun dan 20 tahun 14,7. Penderes seluruhnya tidak pernah mengalami kecelakaan kerja 100.

4.3. Analisis Univariat

4.3.1. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya

Indikator pengetahuan tentang komunikasi bahaya diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan. Berikut adalah distribusi frekuensi jawaban penderes terhadap variabel pengetahuan mengenai komunikasi bahaya sebelum dan setelah dilakukan ceramah tentang komunikasi bahaya Tabel 4.2. : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderes tentang Komunikasi Bahaya No. Pengetahuan Tentang Komunikasi Bahaya Penderes Pretest Posttest n n 1. Pengertian tentang Komunikasi Bahaya Benar Salah 6 28 17,6 82,4 13 21 38,2 61,8 2. Fungsi Komunikasi Bahaya Benar Salah 28 6 82,4 17,6 22 12 64,7 35,3 3. Cara mengkomunikasikan bahaya Benar Salah 24 10 70,6 29,4 26 8 76,5 23,5 4. Hal yang disampaikan dalam komunikasi bahaya Benar Salah 8 26 23,5 76,5 14 20 41,2 58,8 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Lanjutan No. Pengetahuan Tentang Komunikasi Bahaya Penderes Pretest Posttest n n 5. Penanggungjawab komunikasi bahaya di tempat kerja Benar Salah 10 24 29,4 70,6 20 14 58,8 41,2 Tabel 4.2. menunjukkan penderes mengalami peningkatan pengetahuan dengan meningkatnya jumlah responden yang menjawab pertanyaan dengan benar pada pertanyaan pertama, pertanyaan ketiga, pertanyaan keempat, dan pertanyaan kelima. Sedangkan pada pertanyaan kedua, yaitu tentang fungsi komunikasi bahaya, terjadi penurunan pengetahuan penderes.

4.3.2. Pengetahuan Tentang Komunikasi Bahaya Lisan

Indikator pengetahuan tentang komunikasi bahaya lisan diukur dengan 15 pertanyaan. Berikut ini adalah distribusi frekuensi jawaban penderes terhadap variabel pengetahuan mengenai komunikasi bahaya lisan sebelum dan setelah dilakukan ceramah Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderes tentang Komunikasi Bahaya Lisan No. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya Lisan Penderes Pretest Posttest n n 6. Pengertian tentang Komunikasi Bahaya Lisan Benar Salah 16 18 47,1 52,9 23 11 67,6 32,4 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Lanjutan No. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya Lisan Penderes Pretest Posttest n n 7. Contoh komunikasi bahaya lisan Benar Salah 27 7 79,4 20,6 23 11 67,6 32,4 8. Pelatihan K3 Benar Salah 23 11 67,6 29,4 27 7 79,4 20,6 9. Peraturan Mengenai K3 Benar Salah 19 11 55,9 44,1 30 4 88,2 11,8 10. Kepada siapa pelatihan K3 ditujukan Benar Salah 2 32 5,8 94,2 2 32 5,8 94,2 11. Siapa penyelenggara pelatihan K3 Benar Salah 21 13 61,8 38,2 32 2 94,2 5,8 12. Kelemahan pelatihan K3 Benar Salah 12 22 35,3 64,7 23 11 67,6 32,4 13. Pengertian Safety Talk Benar Salah 23 11 67,6 32,4 17 17 50 50 14. Kapan Safety Talk dilaksanakan Benar Salah 16 18 47,1 52,9 14 20 41,2 58,8 15. Berapa lama Safety Talk dilaksanakan Benar Salah 9 25 26,5 73,5 18 16 52,9 47,1 16. Sifat kegiatan Safety Talk Benar Salah 9 25 26,5 73,5 13 21 38,2 61,8 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Lanjutan No. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya Lisan Penderes Pretest Posttest n n 17. Penyelenggara Safety Talk Benar Salah 26 8 76,5 23,5 16 18 47,1 52,9 18. P3K Benar Salah 28 6 82,4 17,6 31 3 91,2 8,8 19. Jika terjadi kecelakaan kerja, P3K dilakukan Benar Salah 26 8 76,5 23,5 24 10 70,6 29,4 20. P3K dilakukan di Benar Salah 26 8 76,5 23,5 33 1 97,1 2,9 Tabel 4.3. menunjukkan perbedaan yang paling banyak adalah peningkatan pengetahuan penderes tentang komunikasi bahaya. Paling sedikit adalah pengetahuan penderes tidak mengalami perubahan yaitu pada pertanyaan sepuluh.

4.3.3. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya Tulisan

Indikator pengetahuan diukur dengan menggunakan 15 pertanyaan. Berikut ini adalah distribusi frekuensi jawaban penderes terhadap variabel pengetahuan mengenai komunikasi bahaya tulisan sebelum dan sesudah dilakukan ceramah tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderes tentang Komunikasi Bahaya Tulisan No. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya Tulisan Penderes Pretest Posttest N n 21. Pengertian tentang Komunikasi Bahaya Tulisan Benar Salah 19 15 55,9 44,1 25 9 73,5 26,5 22. Pengertian Notice Board Benar Salah 9 25 26,5 73,5 9 25 26,5 73,5 23. Sifat informasi pada Notice Board Benar Salah 22 12 64,7 35,3 29 5 85,3 14,7 24. Penempatan Notice Board Benar Salah 11 22 32,4 67,6 29 5 85,3 14,7 25. Pengertian Buku Saku Pedoman K3 Benar Salah 12 22 35,3 64,7 18 16 52,9 47,1 26. Sifat Buku Saku Pedoman K3 Benar Salah 28 6 82,4 17,6 30 4 88,23 17,7 27. Pengertian SOP Benar Salah 10 24 29,4 70,6 11 23 32,4 67,6 28. Penjelasan SOP Benar Salah 9 25 26,5 73,5 18 16 52,9 47,1 29. Sifat SOP Benar Salah 28 6 82,4 17,6 30 4 88,2 17,7 30. Peralatan bekerja untuk menderes Benar Salah 18 16 52,9 47,1 18 16 52,9 47,1 31. APD untuk menderes Benar Salah 23 11 67,6 32,4 15 19 44,1 55,9 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Lanjutan 32. Untuk mengurangi resiko kecelakaan saat mengasah pisau dibutuhkan Benar Salah 30 4 88,23 17,7 31 3 91,2 8,8 33. APD wajib saat menuang campuran ammoniak 3 Benar Salah 29 5 85,3 14,7 32 2 94,1 5,9 34. Potensi bahaya saat menderes Benar Salah 30 4 88,2 11,7 30 4 88,2 11,7 35. Sanksi akibat tidak menggunakan APD lengkap saat bekerja Benar Salah 21 13 61,8 38,2 23 11 67,6 32,4 Tabel 4.4. menunjukkan yang paling banyak adalah peningkatan pengetahuan penderes tentang komunikasi bahaya tulisan. Paling sedikit adalah penurunan pengetahuan penderes yaitu pertanyaan tiga puluh satu tentang alat pelindung diri untuk penderes.

4.3.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes

Indikator pencegahan kecelakaan kerja diukur dengan menggunakan 16 pertanyaan tindakan yang dilakukan dengan wawancara dan pengamatan. Distribusi frekuensi jawaban penderes terhadap variabel upaya pencegahan kecelakaan kerja sebelum dan sesudah dilakukan ceramah dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes No. Pencegahan Kecelakaan Kerja Wawancara Penderes Pretest Posttest n n 1. Mengikuti pelatihan K3 Ya Tidak 29 5 85,3 14,7 34 100 2. Membaca Notice Board Ya Tidak 30 4 88,2 11,8 33 1 97,1 2,9 3. Ambil bagian dalam Safety Talk Ya Tidak 28 6 82,4 17,6 33 1 97,1 2,9 4. Memiliki buku saku pedoman K3 Ya Tidak 30 4 88,2 11,8 33 1 97,1 2,9 5. Melapor segera setelah kecelakaan terjadi Ya Tidak 33 1 97,1 2,9 33 1 97,1 2,9 6. Menggunakan alat-alat pada kotak P3K saat kecelakaan kerja terjadi Ya Tidak 29 5 85,3 14,7 34 100 7. Akan mengikuti sanksi jika melanggar peraturan Ya Tidak 31 3 91,2 8,8 33 1 97,1 2,9 8. Segera melaporkan APD yang rusak Ya Tidak 28 6 82,4 17,6 33 1 97,1 2,9 9. Memelihara APD dengan baik Ya Tidak 28 6 82,4 17,6 34 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. menunjukkan bahwa penderes seluruhnya mengalami peningkatan tindakan pencegahan setelah dilakukan intervensi. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan Observasi No. Pencegahan Kecelakaan Kerja Observasi Penderes Pretest Posttest n n 1. Kacamata Ya Tidak 33 1 97,1 2,9 33 1 97,1 2,9 2. Topi Ya Tidak 32 2 94,1 5,9 33 1 97,1 2,9 3. Sepatu Boot Ya Tidak 33 1 97,1 2,9 33 1 97,1 2,9 4. Menderes menggunakan APD lengkap Ya Tidak 28 6 82,4 17,6 33 1 97,1 2,9 5. Menuang ammoniak, kacamata tetap terpakai Ya Tidak 29 5 85,3 14,7 33 1 97,1 2,9 6. Mengasah pisau menggunakan landasan Ya Tidak 30 4 88,2 11,8 33 1 97,1 2,9 7. Mengutip getah, kacamata tetap terpakai Ya Tidak 21 13 61,8 38,2 28 6 82,4 17,6 Tabel 4.6. menunjukkan bahwa paling banyak adalah penderes yang mengalami peningkatan tindakan pencegahan kecelakaan kerja setelah dilakukan Universitas Sumatera Utara intervensi dan yang paling sedikit adalah tidak mengalami perubahan tindakan pencegahan kecelakaan kerja yaitu pada pengamatan satu dan tiga. 4.4. Analisis Bivariat 4.4.1. Pengetahuan tentang Komunikasi Bahaya Keseluruhan hasil pengukuran terhadap indikator pengetahuan kemudian diuji statistik dengan uji wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Berikut distribusi frekuensi total pengetahuan seluruh penderes tabel 4.7.. Tabel 4.7. Hasil Analisis Uji Wilcoxon Pengetahuan Penderes tentang Komunikasi Bahaya N Median Minimum- Maksimum Rerata ± s.b ρ Pengetahuan Sebelum Intervensi Pengetahuan Setelah Intervensi 34 34 21 3-29 22,5 12-30 19,62 ± 5,08 22,35 ± 4,69 0,015 Tabel 4.7. menunjukkan bahwa dari hasil analisis uji Wilcoxon, diperoleh nilai significancy 0,015 p 0,05, dengan demikian disimpulkan “terdapat perbedaan pengetahuan penderes tentang komunikasi bahaya yang bermakna antara sebelum intervensi dan setelah intervensi”.

4.4.2. Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes

Keseluruhan hasil pengukuran terhadap indikator pencegahan kecelakaan kerja oleh penderes kemudian diuji statistik dengan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Berikut distribusi frekuensi total tindakan seluruh responden tabel 4.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Hasil Analisis Uji Wilcoxon Pencegahan Kecelakaan Kerja oleh Penderes n Median Minimum- Maksimum Rerata ± s.b ρ Pencegahan Sebelum Intervensi Pencegahan Setelah Intervensi 34 34 15 0-16 16 4-16 13,88 ± 2,92 15,47 ± 2,06 0,000 Tabel 4.8. menunjukkan bahwa dari hasil analisis uji Wilcoxon, diperoleh nilai significancy 0,000 p 0,05, dengan demikian disimpulkan “terdapat perbedaan pencegahaan kecelakaan kerja yang bermakna antara sebelum dan setelah intervensi berupa ceramah tentang komunikasi bahaya”. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Intervensi Berupa Ceramah tentang Komunikasi Bahaya

Pemberian ceramah berperan dalam mengubah dan meningkatkan pengetahuan untuk menjadi lebih baik. Hasil penelitian Hasanah juga menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan kecelakaan kerja sebelum dan sesudah penyuluhan K3 pada perajin batik eprints.undip.ac.id. Pemilihan pihak perusahaan yang diwakili oleh salah seorang staff asisten Departemen Lapangan sebagai penceramah merupakan suatu cara menggambarkan kredibilitas penyampaian pesan. Sebagaimana diketahui, kredibilitas merupakan suatu image atau gambaran kita mengenai sumber atau komunikator. Seorang pendengar akan mendengarkan komunikator yang dinilai mempunyai tingkat kredibilitas tinggi, oleh karena itu dia lebih percaya pada orang itu daripada orang yang lain Liliweri, 2007. Alat bantu yang digunakan dalam ceramah adalah alat yang diproyeksikan yaitu LCD. Alat bantu ini adalah alat bantu lihat visual aids yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk : 1 alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya; 2 alat-alat yang tidak diproyeksikan : dua dimensi gambar, peta, bagan, dan sebagainya; tiga dimensi bola dunia, boneka, dan sebagainya Notoadmojo, 2007. Universitas Sumatera Utara Dalam pengembangan budaya keselamatan, komunikasi yang positif untuk membahas tentang keselamatan dituangkan dalam bentuk program keselamatan. Komunikasi yang efektif dapat mengembangkan budaya proaktif, dapat meyakinkan pekerja tentang pentingnya keselamatan, ataupun bahaya yang dapat terjadi, serta dapat membangun iklim saling percaya dalam organisasi Heni, 2011. Dengan adanya komunikasi yang efektif diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi searah dari pihak manajemen kepada penderes, tetapi juga ada komunikasi yang aktif dari penderes tentang kebutuhan akan informasi K3 termasuk juga di dalamnya komunikasi bahaya sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan produktivitas perusahaan itu sendiri.

5.2. Pengetahuan Penderes tentang Komunikasi Bahaya di PT Bridgestone