yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Metode IPA adalah suatu cara yang praktis untuk
mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yang berguna untuk mengembangkan strategi peningkatan kinerja perusahaan.
3.4 Kerangka Pemikiran Operasional
Dalam menjalankan usaha perkebunaan kelapa sawit, dibutuhkan dana investasi yang sangat besar. Hal ini dikarenakan kelapa sawit merupakan
komoditas yang bernilai tinggi dan menjadi bahan baku utama bagi beberapa industri pangan dan non pangan. Dalam menjalankan usahanya bagi petani yang
memiliki lahan sempit 2 ha, mengalami kesulitan dalam memproduksi komoditas tersebut. Beberapa permasalahan yang sering terjadi di tingkat petani
kelapa sawit yaitu: 1 modal, kebutuhan awal dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit adalah modal. Investasi dalam produksi kelapa sawit
membutuhkan dana yang sangat besar sehingga menjadi kendala bagi petani yang memiliki skala usaha kecil, 2 petani kecil biasanya belum menerapkan
manajemen perkebunan yang tepat, sehingga produktivitas kelapa sawit rendah, 3 akses pemasaran masih sangat kecil, sehingga membutuhkan pihak lain untuk
memenuhi kualifikasi yang diperlukan dalam pemasaran global, baik terkait dengan kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu produksi, 4 penyediaan input,
sarana dan prasarana produksi. Tanaman komersial seperti kelapa sawit umumnya tidak bisa diakses secara individual oleh petani yang memiliki lahan sempit, 5
informasi tidak lengkap. Dalam perdagangan komoditas kelapa sawit, informasi terkait dengan teknologi, kualitas, kuntitas, dan harga sangat penting. Informasi
pasar yang tidak tepat, dapat merugikan petani lahan sempit, 6 kredit tidak mudah diakses oleh petani yang memiliki lahan sempit. Lembaga perkreditan
menerapkan persyaratan tertentu yang tidak mudah bagi petani lahan sempit. Misalnya usaha yang dijalankan harus bankable.
Perusahaan inti biasanya terkendala dalam ketersediaan lahan dalam mengembangkan usaha berkebunnya sehingga dengan melakukan kerjasama
dengan petani plasma, perusahaan mendapat lahan untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja dalam mengelola kebun
dibutuhkan orang yang mengerti akan tanaman yang diusahakan. Perusahaan
dapat memperoleh tenaga kerja dari petani plasma atau keluarganya yang mengerti melakukan pemeliharaan dan perawatan tanaman kelapa sawit. Dalam
melakukan produksi yang berkelanjutan, maka diperlukan pula bahan baku yang terjamin ketersediaannya, kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan pengelola kelapa sawit. Kebijakan pemerintah daerah setempat, yang mewajibkan bagi perusahaan untuk memberdayakan masyarakat sekitar sehingga
kesejahteraan masyarakat sekitar usaha tercapai. Kemitraan merupakan solusi dalam menangani permasalahan di tingkat petani plasma dan perusahaan inti.
Kemitraan banyak diterapkan oleh perusahaan perkebunan. Dari berbagai macam pola kemitraan, PIR trans merupakan pola kemitraan yang banyak digunakan,
selain PIR trans ada juga pola kemitraan KKPA dan pola kemitraan swadaya. PT Agrowiyana menjalankan dua pola kemitraan sekaligus yaitu PIR trans dan
KKPA. Dalam penelitian kali ini, peneliti khusus mengkaji tentang kemitraan yang dilakukan PT Agrowiyana dalam pengadaan bahan baku pabrik kelapa sawit
dari petani plasma pada PT Agrowiyana. Dalam perjalanannya, pelaksanaan kemitraan yang dilakukan tidak sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah
disepakati pihak petani plasma dan perusahaan inti. Misalnya kewajiban pihak petani plasma untuk menjual hasil panen TBS yang seharunya dijual kepada
perusahaan inti sesuai dengan kriteria, tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Banyak petani yang mengirim TBS kepada pabrik dalam keadaan buah belum
matang. Hal tersebut menyebabkan kualitas dan kuantitas MKS dan IKS yang dihasilkan PKS PT Agrowiyana tidak stabil. Sehingga perlu dilakukan kajian
terhadap pelaksanaan kemitraan yang telah berjalan selama ini. Peneliti melakukan penilaian pelaksanaan kemitraan dari dua bentuk pola kemitraan yang
dilakukan perusahaan yakni KKPA dan PIR Trans. Mekanisme pelaksanaan kemitraan dilakukan dengan analisis deskriftif. Penilaian kepuasan dilakukan
berdasarkan 17 atribut yang diindikasi mampu memberikan gambaran terhadap penilaian tingkat kepuasan petani terhadap kinerja kemitraan, yaitu
Atribut Kepuasan pelaksanaan kemitraan berdasarkan pada hak dan kewajiban dapat dilihat pada
Gambar 4. Dari hasil kajian pelaksanaan kemitraan dan penilaian tingkat kepuasan plasma, dapat diketahui kinerja kemitraan selama ini sudah sesuai atau belum dengan
perjanjian kemitraan, sehingga dapat diketahui alternatife strategi perbaikan kinerja kemitraan PT Agrowiyana dan petani plasma.
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
PIR Trans
Analisis pelaksanaan kemitraan KKPA dan PIR
Trans Analisis Tingkat
Kepuasan Petani Plasma Kemitraan PT Agrowiyana
Atribut Kepuasan pelaksanaan kemitraan berdasarkan pada hak dan kewajiban adalah sebagai berikut:
1. kualitas sarana produksi
2. harga sarana produksi
3. kemudahan memperoleh sarana produksi
4. daya tampung inti
5. frekuensi pembinaan plasma
6. pelayanan dan materi pembinaan
7. komunikasi yang dibangun petugas dalam pembinaan
8. pengenalan teknologi
9. harga beli TBS
10. waktu pembayaran TBS 11. penetapan denda sortasi
12. peranan inti dalam membantu pengembalian kredit plasma 13. ketanggapan inti menyelesaikan keluhan plasma
14. bantuan dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman 15. layanan pinjaman dana
16. disiplin inti mentaati perjanjian 17. sikap inti terhadap kesejahteraan plasma
Pengadaan bahan baku PKS Pelaksanaan kemitraan berdasarkan pada Hak dan kewajiban
KKPA
Rekomendasi alternatif strategi peningkatan kinerja kemitraan
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian