Perkembangan Kemitraan PIR dan KKPA pada PT Agrowiyana

VI ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN

6.1 Perkembangan Kemitraan PIR dan KKPA pada PT Agrowiyana

Pola Perusahaan Inti Rakyat atau disingkat PIR adalah pola Pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan. Perusahaan Inti adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang ditetapkan sebagai pelaksana proyek PIR dan KKPA. Plasma PIR Trans di mulai dari adanya pencadangan lahan yang berasal dari hutan produksi. Merupakan proyek PIR yang dikaitkan dengan program transmigrasi. Pengadaan lahan, pembiayaan kebun, perumahan ditanggung oleh pemerintah, sedangkan perusahaan sebagai pihak pembangun saja. Plasma KKPA dimulai dengan keikutsertaan lahan masyarakat berupa semak belukar milik desa atau kebun masyarakat yang tidak produktif yang dibangun menjadi perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan fasilitas KKPA. Tahapan Pembangunan kebun PIR Trans atau KKPA meliputi tahap persiapan, tahap konversi dan tahap pasca konversi. Masa persiapan meliputi kegiatan : pengurusan legalitas dan perencanaan. Kegiatan yang berkaitan dengan pengurusan legalitas dan perencanaan diantaranya yaitu, permohonan ijin prinsip dari Menteri Pertanian melalui Direktorat Jendral Perkebunan, Permohonan Pencadangan lahan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, survey pendahuluan, permohonan pelepasan kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan, studi kelayakan dan perencanaan proyek, SK Menteri Pertanian tentang pelaksanaan proyek dan penunjukan perusahaan inti. Masa pembangunan kebun sepenuhnya diserahkan kepada perusahaan, selama masa pembangunan kebun, tenaga kerja petani peserta dimanfaatkan dengan tujuan membina petani peserta agar memiliki kemampuan untuk mengelola kebun plasma secara mandiri. Para transmigran dan petani peserta KKPA dibimbing dan diberikan pembinaan mengenai hal pembibitan, pembukuan, persiapan lahan, dan penanaman. Penyediaan sarana seperti pembangunan rumah dan jalan merupakan tanggung jawab pemerintah. Pada tahap konversi dan tahap pasca konversi kegiatan yang dilakukan oleh inti dan plasma berupa persiapan penyerahan kebun dilaksanakan sejak tanaman berumur 30 bulan sd 48 bulan empat tahun. Pada masa konversi kredit dialihkan menjadi atas nama petani peserta PIR Trans dan KKPA. Lahan kelapa sawit yang telah berumur empat tahun dibagikan kepada petani peserta. Pembagian dilakukan dengan cara undian. Setiap petani PIR Trans mendapatkan lahan seluas 2 ha. Sedangkan petani peserta KKPA mendapatkan lahan sesuai dengan luas lahan yang dimiliki masing-masing petani. Pelaksanaan konversi kebun kepada petani plasma yaitu dimulai pada tahun 1995 untuk program KKPA dan PIR trans dimulai pada tahun 1996. Besarnya pinjaman sesuai dengan tahap konversi dan tahun tanam. Pada tahap pelunasan kredit atau pasca konversi perusahaan inti bertanggung jawab untuk membina KUD, kelompok tani serta memotong hasil produksi petani untuk pembayaran kredit pembangunan kebun pada bank pelaksana sebesar 30 persen setiap bulan. Perusahaan berkewajiban menerima hasil produksi petani peserta melalui KUD. Sedangkan KUD berkewajiban mengkoordinasikan pemeliharaan, panen, transport hasil petani peserta ke pabrik, melakukan administrasi terhadap penjualan hasil petani peserta, membantu anggota atau petani peserta memperoleh bantuan kredit perbankan untuk mengembangkan usaha, dan sebagainya. Seluruh pihak yang terlibat wajib mentaati kontrak kerja sama yang sudah di sepakati antara para petani peserta sebagai anggota kelompok tani, perusahaan inti dan Bank. 6.2 Aturan-aturan dalam Perjanjian Kemitraan 6.2.1 Aturan-aturan dalam Perjanjian Kemitraan PIR Trans dan PT Agrowiyana Aturan aturan yang ditetapkan dalam pelaksanaan kemitraan dibuat berdasarkan pada Surat Keputusan Direktur Jendral Perkebunan Nomor: 31KB.210SKDJ.BUN61987 tanggal 17 Juni 1987, Surat Keputusan Ditjenbun No. 32KB.210SKDJ.BUN41990 tanggal 03 Maret 1990, SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 627Kpts-II98, SK Gubernur Kepala Dati I Propinsi Jambi No. 45 tahun 1999 tanggal 24 Februari 1999, SK Direksi PT Agrowiyana ke Estate Manager Plasma PIR-Trans No.52DIR-AGWVII2001 Lampiran 1. Adapun aturan-aturan yang tercakup dalam akad perjanjian kerjasama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Petani bersedia untuk mematuhi petunjuk, bimbinganpedoman teknis oleh inti dibantu Dinas Perkebunan, meliputi bidang pemeliharaan tanaman, pemanenan, sarana transportasiproduksi, dan lain-lain. 2. Petani berkewajiban untuk melaksanakan pemeliharaan tanaman, saluran drainase, jalan-jalan kebuntrasnportasi hasil, dan mempertahankan kondisi jalan yang baik. Untuk mencegah terganggunya kegiatan panen dan transportasi hasil panen. 3. Petani wajib mengangkut produksi kebunnya sampai loading ramp inti. 4. Panen akan dilaksanakan petani sesuai dengan petunjukbimbingan dari inti dibantu oleh Pihak Dinas Perkebunan. 5. Petani wajib menjual seluruh hasil produksi kebunnya kepada inti dan inti wajib membeli seluruh hasil produksi petani. 6. Jumlah produksi yang dibeli inti didasarkan atas dasar hasil timbangan inti. 7. Harga pembelian hasil produksi kebun petani oleh inti ditetapkan berdasarkan atas: dasar perhitunganpetunjuk teknis penetapan rendemen dari TBS dari hasil produksi kebun inti serta tata cara pembelian dan pembayarannya didasarkan atas SK Menteri Pertanian No.43KptsKB.32021987 dan SK Ditjenbun No.31KB.210SKDJ.BUN61987 dan No.31KB.210SKDJ.BUN41990, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.627Kpts-II98, dan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jambi No.45 tahun 1999 atau ketentuan pemerintah dan penambahan kondisi yang berlaku. 8. Inti melaksanakan pembayaran atas pembelian hasil produksi kebun petani setelah memperhitungkan angsuran kredit petani dan biaya lain-lain yang menjadi beban pihak plasma. 9. Pembayaran oleh inti kepada plasma atas nilai bersih pembelian hasil produksinya akan dilaksankan sesuai dengan jadwal pembayaran PT Agrowiyana melalui KUD. 10. Inti dan plasma wajib melaksankan administrasi penerimaan hasil produksi yang sebaik-baiknya. 11. Plasma menyetorkan jumlah potongan angsuran kredit petani kepada bank pelaksana sebagai cicilan kredit petani dan memberikan bukti pembayaran angsuran dari bank kepada petani. 12. Dalam hal sebagian atau keseluruhan kewajiban inti dan plasma tidak dapat dilaksanakan oleh karena sebab-sebab diluar kemampuan inti dan plasma, maka hal tersebut disampaikan kepada instansi pemerintah terkait untuk diambil langkah-langkah penyelesainnya. 13. Inti berkewajiban menerbitkan ketentuanperaturan teknis yang diketahui oleh Dinas Perkebunan dan plasma wajib mengindahkan ketentuan dan peraturan tersebut. 14. Persengketaan atau perbedaan yang timbul dari atau dalam hubungan dengan perjanjian ini, yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak yang bersangkutan, akan diajukan kepada Tim Pembina Proyek-proyek Perkebunan Daerah Tingkat II TP3D-II.

6.2.2 Aturan-aturan dalam Perjanjian Kemitraan KKPA, PT Agrowiyana, dan Bank Pelaksana

Dalam rangka pembangunan dan pengelolaan proyek perkebunan kelapa sawit dengan pola KKPA maka ditetapkan beberapa aturan atas kesepakatan bersama Lampiran 2. Adapun aturan-aturan yang tercakup dalam akad perjanjian kerjasama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perjanjian dilakukan berdasarkan permohonan anggota koperasi dan surat permohonan inti. 2. Perusahaan inti bersama dengan pemerintah daerah dan koperasi mengadakan seleksi terhadap anggota koperasi yang akan diikutsertakan. 3. Anggota koperasi yang menjadi peserta merupakan penduduk tetap dalam wilayah yang diproyeksikan sebagai areal program KKPA dan memenuhi persyaratan teknis untuk ditanami kelapa sawit serta dapat menunjukkan keaslian bukti kepemilikan hak atas tanah yang bersangkutan. 4. Pengajuan permohonan kredit anggota koperasi kepada bank harus mengisi formulir Surat Permohonan Kredit SPK, ditandatangani oleh koperasi dan format sesuai bank. 5. Kredit yang diberikan oleh bank kepada anggota koperasi peserta berdasarkan perjanjian kerjasama ini adalah berupa kredit kepada KKPA yang besarnya untuk setiap hektar kebun plasma ditetapkan atas dasar realisasi pembiayaan proyek. 6. Kredit yang diberikan hanya dapat dipergunakan untuk membiayai proyek kebun plasma kepada masing-masing anggota koperasi peserta, mencakup pembiayaan untuk kegiatan survei lahan, pembukaan lahan, penananam bibit, pembuatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, penyerahan kebun kepada petani setelah berumur empat tahun, dan sertifikasi tanah kebun plasma. 7. Kredit akan diberikan oleh bank kepada koperasi selaku kuasa dari anggota koperasi peserta proyek untuk selanjutnya oleh koperasi akan diteruskan kepada inti. 8. Anggota koperasi peserta memiliki tugas membuat jadwal rencana kerja dan perkiraan arus kas yang dibuat berdasarkan rencana kerja inti, melakukan pengawasan dan evaluasi serta melaporkan secara tertulis kepada bank, dan tugas lainnya. 9. Pada masa pembangunan kebun, inti memberikan peluang usaha kepada koperasi untuk berperan aktif dalam penyediaan tenaga kerja, pengadaan bahan dan peralatan yang dibutuhkan oleh inti, atas kesepakatan bersama. 10. Inti berkewajiban menyediakan tenaga teknis untuk melaksanakan bimbingan dan pembinaan bagi anggota koperasi. 11. Inti berkewajiban membeli semua TBS produksi kebun plasma milik anggota koperasi dengan ketentuan harga pembelian ditetapkan sesuai dengan SK Mentan No.43KptsKB.32021987, SK Ditjenbun No.31KB.210SKDJ.BUN61987. 12. Tata cara pengalihan kebun plasma dari inti kepada koperasi dilaksanakan dengan berpedoman pada SK Mentan No.232KptsKB.510490. Dengan ketentuan kebun yang dialihkan kepada petani harus memenuhi syarat SK Ditjenbun No.11KB.740SKDJ-BUN0394. 13. Pelunasan kewajiban anggota koperasi kepada bank dilaksanakan oleh perusahaan inti dengan cara menyetorkan kepada bank hasil pemotongan penjualan TBS dari anggota koperasi, sebesar 30 persen dari hasil penjualan TBS. Sisanya 70 persen diserahkan kepada petani untuk biaya hidup dan biaya pemeliharaan kebun. 14. Tanda bukti penerimaan setoran akan diberikan Bank kepada anggota koperasi melalui perusahaan inti. 15. Inti wajib melaksanakan administrasi kegiatan antara anggota koperasi peserta dengan inti dan menyampaikannya kepada bank selambat-lambatnya 14 hari setelah bulan yang bersangkutan berakhir, meliputi jumlah TBS yang dibeli oleh inti, total penerimaan anggota koperasi, penerimaan oleh inti, realisasi dan rencana produksi dari plasma milik anggota koperasi. 16. Pembelian TBS anggota koperasi dilakukan di lokasi pabrik kelapa sawit inti. 17. Pembayaran tunai pembelian TBS milik anggota koperasi dilaksanakan di kantor koperasi. 18. Jika anggota koperasi meninggalkan areal kebun, maka koperasi berkewajiban membantu bank untuk: menunjuk ketua kelompok areal kebun, mengawasi pelaksanaan pengelolaan dan penyetoran hasil pengolahan, memberikan peringatan kepada anggota koperasi, mengajukan permasalahan pada TP3DI untuk mendapatkan penyelesaian. 19. Inti berkewajiban untuk membangun kebun inti sebagai kebun percontohan dan pabrik pengelolaan TBS untuk menampung dan mengolah hasil perkebunan plasma. 20. Anggota koperasi peserta berkewajiban menjual seluruh produksinya dalam bentuk TBS kepada inti dengan ketentuan apabila terdapat anggota koperasi yang menjual produksi dalam bentuk apapun kepada pihak lain maka bank berhak mengalihkan kebun plasma petani kepada pihak lain. 21. Setiap perbedaan pendapat atau perselisihan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian akan diselesaikan secara musyawarah. Apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan maka penyelesaian masalah akan diselesaikan di pengadilan. 22. Petani berhak mendapatkan keterangan tertulis secara berkala dari inti mengenai besarnya dan sisa jumlah angsuran kreditnya pada bank pelaksana sehubungan dengan pemotongan dan pembayaran yang dilakukan inti.

6.3 Mekanisme Kerjasama dalam Kemitraan