Karakteristik Petani Responden Kajian Kemitraan pada PT Agrowiyana Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi

cicilan KUD tersebut kepada pihak perbankan melalui pemotongan langsung dari hasil produksi TBS petani peserta yang diserahkan ke PT Agrowiyana atas sepengetahuan dan persetujuan pihak perbankan tersebut dan KUD. Bank yang melakukan kerjasama dengan PT Agrowiyana diantaranya adalah Bank Nusa, Bank Mandiri, Bank BNN, dan Bank Muamalat. c. Asuransi PT Agrowiyana juga melakukan kerjasama dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Perusahaan jasa asuransi yang menjadi rekan kerja PT Agrowiyana adalah BUMIPUTRA dalam program IDAPERTABUN luran Dana Peremajaan Tanaman Perkebunan.

5.3 Karakteristik Petani Responden

Petani yang menjadi responden terbagi dalam dua kelompok mitra, yaitu mitra dengan pola KKPA dan PIR Trans. Petani dengan pola kemitraan KKPA sebagian besar merupakan penduduk lokal sekitar perusahaan, mereka memiliki lahan pribadi berupa lahan non produktif yang kemudian diserahkan kepada perusahaan untuk dikelola hingga masa konversi tanaman sawit mencapai umur 4 tahun, luasan lahan yang dimiliki petani untuk budidaya kelapa sawit cukup beragam dari kurang dari 1 ha hingga 2 ha lebih. Petani KKPA yang menjadi responden peneliti adalah petani KKPA yang beralamat di desa Kampung Baru yang berjarak 30 km dari PKS dan perusahaan inti. Sedangkan petani PIR trans yang menjadi responden peneliti adalah petani PIR Trans yang beralamat di desa Brasau yang berjarak 4 km dari PKS dan perusahaan inti. Responden KKPA dan PIR trans 100 persen berjenis kelamin laki-laki dan berstatus sudah menikah serta menjadi suamiayah dalam keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengambil keputusan dan yang bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga adalah laki- laki. Petani PIR trans sebagian besar merupakan transmigran dari Jawa, yakni sebanyak 23 orang. Selebihnya merupakan transmigran dari Sumatera. Tabel 15. Daerah Asal Petani Responden PIR Trans Daerah asal Petani PIR trans Jumlah orang Persentase DKI Jakarta 4 13,33 Jawa Barat 6 20 Jawa Tengah 6 20 Jawa Timur 3 10 Yogyakarta 3 10 Banten 1 3,33 Jambi 6 20 Lampung 1 3,33 Jumlah 30 100 Karakteristik petani transmigran dan petani yang merupakan penduduk asli memiliki perbedaan dari segi sosial dan budaya. Penduduk transmigran yang kebanyakan etnis Jawa memiliki semangat kerja yang lebih tinggi dan beradaptasi dengan lingkungan baru tempat mereka bekerja. Petani transmigran mendapatkan kesempatan untuk memulai kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya dengan bantuan dari pemerintah berupa lahan untuk pertanian, rumah, dan fasilitas lain. Sedangkan petani penduduk lokal KKPA menggunakan lahan miliknya sendiri untuk pertanian dan memiliki rumah bukan berasal dari pemerintah. Petani yang menjadi reponden peneliti berada pada masa usia produktif, yakni berkisar antara 29 – 65 tahun. Sedangkan petani PIR trans yang menjadi responden peneliti berada pada usia produktif juga, berkisar antara 29 – 63 tahun. Menjadi petani kelapa sawit merupakan mata pencaharian utama rumah tangga, sehingga keputusan dan pengelolaan dilakukan oleh orang dewasa ≥ 17 tahun. Petani memilih mengikuti program transmigran karena keterbtasan tingkat pendidikan, sehingga menjadi petani plasma merupakan jenis pekerjaan yang mampu meningkatkan kesejahteraan mereka setelah mendapatkan lahan garapan, fasilitas rumah, dan sarana lainnya dari pemerintah. Tingkat pendidikan petani masih tergolong rendah. Penyebaran tingkat pendidikan petani ada pada responden berpendidikan SD memiliki persentase paling besar yakni 53,33 persen dari total responden KKPA. Petani PIR trans yang berpendidikan tingkat SD sebanyak 17 orang atau 56,67 persen dari total responden PIR Trans. Tabel 16. Karakteristik Petani Plasma KKPA dan PIR Trans Distribusi Kelompok Umur Petani KKPA dan PIR trans Kelompok Umur Tahun Petani KKPA Petani PIR trans Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 29-39 10 33,33 11 36,67 40-49 9 30 16 53,33 50-59 8 26,67 2 6,67 ≥ 60 3 10 1 3,33 Jumlah 30 100 30 100 Tingkat Pendidikan Formal Petani Pelasma Kelompok Pendidikan Tahun Petani KKPA Petani PIR trans Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase SD 16 53,33 17 56,67 SMP 8 26,67 8 26,67 SMA 6 20 5 16,67 Jumlah 30 100 30 100 Pengalaman Berusahatani Petani Responden KKPA dan PIR trans Pengalaman tahun Petani KKPA Petani PIR trans Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1-5 2 6,67 - - 6-10 11 36,67 30 100 11-15 14 46,67 - - 16-20 2 6,67 - - ≥ 21 1 3,33 - - Jumlah 30 100 30 100 Luas Lahan Kepemilikian Petani KKPA dan PIR trans Luas hektar Petani KKPA Petani PIR trans Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1 1 3,33 - - 1-2 26 86,67 30 100 2,1-3 3 10 - - Jumlah 30 100 30 100 Sebagian besar responden berprofesi sebagai petani kelapa sawit. Pengalaman usahatani kelapa sawit petani berkisar antara 5 - 21 tahun. Sedangkan pengalaman kemitraan petani berkisar antara 5 - 8 tahun. Luas lahan kelapa sawit responden KKPA berkisar antara 0,25 ha – 2,6 ha. Luas lahan kelapa sawit responden PIR Trans masing-masing petani memiliki lahan 2 ha. Pekerjaan diluar usahatani petani PIR Trans yaitu responden menjawab swasta, pengurus koperasi, aparat desa, dan beternak, selebihnya merupakan petani kelapa sawit. Petani KKPA memiliki pekerjaan diluar usahatani kelapa sawit yaitu satu orang sebagai pedagang dan satu orang sebagai satpam, selebihnya tidak memiliki pekerjaan diluar usahatani kelapa sawit. Alasan sebagian besar petani KKPA mengikuti kemitraan adalah karena dianjurkan oleh pemerintah setempat dijawab oleh sebagian besar responden. Selebihnya menjawab karena keuntungan lebih tinggi dan pemasaran lebih terjamin. Sedangkan alasan responden PIR trans mengikuti kemitraan hampir seluruhnya menjawab karena pemasaran TBS lebih terjamin. Sedangkan sisanya menjawab karena keuntungan lebih tinggi dan dianjurkan oleh pemerintah. VI ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN

6.1 Perkembangan Kemitraan PIR dan KKPA pada PT Agrowiyana