8
1.2. Tujuan Penelitian
1. Menentukan konsentrasi hara dalam media yang optimum dan spesifik
untuk kultivasi beberapa ganggang mikro asal sawah dan perairan tawar pada skala lapang, berdasarkan pertumbuhan pada skala laboratorium.
2. Mengesktrak kadar lipid dan karbohidrat dari biomassa beberapa ganggang
mikro setelah dikultivasi pada skala lapang dengan selang panen tiap 2 hari.
1.3. Hipotesis
1. Konsentrasi hara dalam media optimum dan laju pertumbuhan ganggang
mikro berbeda antara yang dikultivasi pada skala laboratorium dengan skala lapang.
2. Ganggang mikro merupakan organisme fotosintetik yang memproduksi
lipid maupun karbohidrat sebagai cadangan sel.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ganggang
Tjitrosoepomo 2005 menyatakan bahwa ganggang merupakan organisme berklorofil dan beraneka ragam, mulai dari yang bersel satu dan dapat bergerak
bebas hingga yang multiseluler dan panjangnya dapat mencapai 60 m. Bentuk tubuh ganggang menunjukkan diferensiasi bila dilihat sepintas dari luar, sehingga
kenampakannya seperti kormus tumbuhan tinggi, tetapi dari segi anatomi belum memperlihatkan adanya diferensiasi secara mendalam. Menurut Simanjuntak
1995, kemampuan dalam berfotosintesis menjadikan ganggang sangat penting bagi ekosistem lautan. Ganggang merupakan sumber biomassa yang kaya akan
senyawa-senyawa organik bersifat bioaktif. Angka dan Suhartono 2000 berpendapat bahwa ganggang laut terdiri
atas jenis bentik dan planktonik. Ganggang bentik tumbuh melekat pada substrat. Ganggang bentik banyak diperdagangkan dan terdiri atas ganggang hijau
Chlorophyta, ganggang merah Rhodophyta dan ganggang coklat Phaeophyta. Ganggang berukuran mikroskopik, yang hidupnya melayang, atau mengapung,
dan gerakannya mengikuti gerakan air dinamakan ganggang planktonik. Jenis Diatomae
, Coccolithorid Chrysophyta, dan Dinoflagellata Pyrrophyta termasuk ganggang planktonik.
Seperti halnya tumbuhan lain, reproduksi ganggang meliputi dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual Sudiarto dan Tjitrosomo, 1982. Reproduksi aseksual
berlangsung dengan berbagai cara, yang dibedakan ke dalam dua kategori yaitu: pertama, pembelahan dan fragmentasi, sedangkan kategori kedua yaitu
pembentukan zoospora. Reproduksi seksual melibatkan pembentukan gamet, melalui peleburan satu gamet dengan gamet lainnya. Hasil peleburan dinamakan
zigot. Terdapat 2 tipe utama reproduksi seksual. Tipe yang pertama, isogami: gamet-gametnya berukuran sama besar dan dapat bergerak bebas. Tipe yang
kedua, oogami: gamet betina berukuran besar dibuahi gamet jantan yang kecil dan dapat bergerak.
Bold dan Wynne 1985 menyatakan bahwa reproduksi seksual tidak terjadi pada beberapa ganggang, dikarenakan filogenetiknya belum mengalami
10 perkembangan. Reproduksi seksual pada ganggang hijau-biru diketahui
berdasarkan sifat genetiknya bukan berdasarkan kajian sitologis, sedangkan reproduksi seksual Euglenophyta dan Cryptophyta belum diketahui.
Pada dasarnya,
klasifikasi ganggang
ditentukan berdasarkan
keanekaragaman pigmennya. Seiring dengan berkembangnya waktu, klasifikasi ganggang dibedakan atas ciri-ciri lain seperti sifat makanan, sifat struktural serta
sifat reproduktifnya Sudiarto dan Tjitrosomo, 1982. Beberapa klasifikasi divisi ganggang utama yang dikenal yaitu:
a. Divisi Chlorophyta Ganggang Hijau