17 Cyanidium
tumbuh secara optimum pada pH 2.0, sedangkan Spirulina hidup baik pada nilai pH antara 9 dan 11 Becker, 1994.
Garam inorganik terlarut di air laut maupun air tawar mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton terkait fungsinya dalam menentukan komposisi sel atau
aktivitas osmotik fitoplankton. Aktivitas osmotik dari padatan terlarut juga mempunyai peran penting bagi pertumbuhan dan penyebaran fitoplankton.
Sebagian besar spesies dari danau yang tenang menghendaki konsentrasi garam total lebih rendah dari 100-200 ppm 0,1-0,2 ‰. Beberapa spesies air tawar dan
laut dapat tumbuh dengan baik pada salinitas berkisar 35 ‰ atau lebih, namun beberapa spesies menghendaki salinitas yang lebih rendah yaitu 4-20 ‰.
Fitoplankton air pantai menghendaki salinitas optimum yaitu 20-25 ‰ Darley, 1982. Araújo dan Garcia 2005 menambahkan bahwa salinitas 25 ‰ cukup baik
bagi pertumbuhan dan komposisi kimia dalam protein, lipids, dan karbohidrat diatom Chaetoceros cf. wighami. Kandungan protein akan berkurang pada
salinitas 35 ‰.
2.5. Ganggang Mikro sebagai Sumber Bahan Bakar Nabati BBN
Menurut Apriyantono 2006, dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan,
pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Per Pres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Peraturan Presiden tersebut, sasaran
peranan bahan bakar nabatiBBN biofuel dalam konsumsi energi nasional ditargetkan lebih dari 5 pada tahun 2025. Bahan bakar nabati yang dimaksud
meliputi biodiesel dan bioetanol untuk pengganti premium. Biodisel merupakan bahan bakar nabati dari minyak nabati yang baru
maupun minyak nabati bekas penggorengan, melalui proses transesterifikasi maupun esterifikasi. Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa berupa
komponen pati atau selulosa. Bahan baku yang dapat diolah menjadi bahan bakar nabati bioenergi yaitu minyak sawit, minyak kelapa atau tetes tebu, dan diambil
minyak ataupun patinya Hambali et al., 2007. Biomassa ganggang mikro dapat dimanfaatkan sebagai bioenergi. Produksi
minyak dari ekstraksi ganggang mikro yang cukup tinggi dapat dijadikan bahan
18 baku pembuatan bahan bakar nabati bioenergi. Hossain et al. 2008 menyatakan
bahwa ganggang mikro merupakan sumber cadangan biodisel tertinggi. Ganggang mikro menghasilkan minyak 25 kali lebih besar dari kacang kedelai dan 7-31 kali
lebih besar dari minyak kelapa sawit. Produksi minyak dari beberapa jenis ganggang mikro disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Minyak Beberapa Jenis Ganggang Mikro Jenis Ganggang Mikro
Minyak bobot kering Botryococcus braunii
25-75 Chlorella
sp. 28-32
Crypthecodinium cohnii 20
Cylindrotheca sp.
16-37 Dunaliella primolecta
23 Isochrysis sp.
25-33 Nannochloris
sp. 20-35
Nannochloropsis sp.
31-68 Neochloris oleoabundants
35-54 Nitzschia
sp. 45-47
Phaeodactylum tricornutum 20-30
Schizochytrium sp.
50-77 Tetraselmis sueica
15-23 Sumber: Chisti 2007
2.6. Metode Produksi Biomassa Ganggang Mikro pada Skala Lapang