Gula pereduksi ekstrak xilan

Peningkatan siklus pemanasan menjadi dua siklus meningkatkan kadar total gula secara nyata pada setiap suhu pemanasan yang digunakan 130 – 140 o C sedangkan peningkatan suhu lebih lanjut 140 o C menjadi 150 o C dengan satu siklus pemanasan tidak memberikan peningkatan kadar total gula yang nyata. Tujuan utama ekstraksi ini adalah untuk memperoleh xilan, tetapi mungkin terjadi juga hidrolisis xilan. Menurut Yang et al. 2005 total gula yang meningkat dapat mengindikasikan terjadinya hidrolisis xilan selama pemanasan Yang et al., 2005. Menurut Yang et al., 2005 rendemen xilan, gula pereduksi dan total gula meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan. Hal ini disebabkan perlakuan pemanasan akan memutuskan ikatan glikosidik sehingga pada tahap hidrolisis enzimatik dapat memudahkan xilanase bekerja pada target gugus xilosik di dalam xilan. Semakin tinggi suhu pemanasan maka ikatan glikosidik yang terputus akan semakin banyak, akibatnya semakin banyak gugus oligosakarida dan gula-gula sederhana yang dihasilkan. Hasil analisis total gula dan gula pereduksi dari ekstrak xilan menunjukkan bahwa xilan yang terlarut dihidrolisis dan hasil hidrolisat xilan dilepaskan ke filtrat.

4.2.2 Gula pereduksi ekstrak xilan

Gula pereduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang bebas dan reaktif Lehninger, 1982. Monosakarida yang mengandung gugus aldehid dan gugus keton dapat mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti, ferisianida, hidrogen peroksida dan ion kupro. Pada reaksi ini gula direduksi pada gugus karbonilnya oleh senyawa pengoksidasi reduksi. Pengukuran analisis gula pereduksi menggunakan metode DNS Miller, 1959. Prinsip pengukuran yaitu larutan DNS akan bereaksi dengan gula pereduksi menghasilkan warna jingga. Semakin banyak gula pereduksi maka warna jingga akan semakin pekat Apriyantono et al., 1989. Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan bahwa interaksi antar perlakuan tersebut tidak memberikan hasil yang berbeda nyata Gambar 10. Pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap kadar gula pereduksi ekstrak xilan Gambar 10 memperlihatkan pengaruh suhu dan siklus pemanasan oven terhadap kadar gula pereduksi ekstrak xilan. Kisaran gula pereduksi yang dihasilkan, adalah dari kontrol sebesar 0.01 mgml meningkat menjadi 0.14 – 3.20 mgml. Pada Gambar 10 terlihat semakin tinggi suhu dan siklus pemanasan dalam oven maka gula pereduksi yang dihasilkan semakin meningkat. Selama ekstraksi xilan juga terjadi hidrolisis xilan yang terbentuk selama pemanasan sehingga terjadi peningkatan gula pereduksi dan total gula. Seperti halnya pada total gula, kadar gula pereduksi tertinggi adalah pada suhu pemanasan 150 o C dengan dua siklus pemanasan yaitu sebesar 3.20 mgml, sedangkan yang terendah adalah pada suhu 130 o C siklus pemanasan pertama yaitu sebesar 0.14 mgml. Peningkatan suhu dari 130 o C – 150 o C dengan satu siklus pemanasan hanya mampu meningkatkan kadar gula pereduksi dari 0.01 0.01 a 0.13 0.01 b 0.44 0.02 d 1.36 0.03 f 0.31 0.06 c 0.60 0.04 e 3.20 0.02 g 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 Kontrol 130oC 140oC 150oC G u la p e r e d u k si m g m l Siklus pemanasan ke-1 Siklus pemanasan ke-2 130 o C 140 o C 150 o C 0.31 menjadi 1.36 mgml Gambar 10 sedangkan siklus pemanasan yang diulang dua siklus meningkatkan kadar gula pereduksi dengan tajam pada suhu pemanasan tertinggi 150 o C yaitu dari 1.36 mgml menjadi 3.20 mgml. Hal ini karena semakin tinggi suhu pemanasan yang diaplikasikan menyebabkan rantai xilan pada ikatan glikosidik semakin banyak yang terputus membentuk monomer-monomer diantaranya glukosa, laktosa, xilosa. Hasil ANOVA menunjukkan perlakuan suhu dan siklus pemanasan oven memberikan pengaruh yang berb eda nyata α=0.05 terhadap gula pereduksi ekstrak xilan Lampiran 9. Untuk melihat pengaruh dari antar perlakuan maka dilanjutkan uji lanjut Duncan, perlakuan suhu dan siklus pemanasan menyebabkan peningkatan signifikan terhadap gula pereduksi ekstrak xilan Gambar 10 dan Lampiran 9. Menurut Lehninger 1982, ikatan antara dua molekul monosakarida ikatan glikosidik yang terbentuk dari gugus hidroksil dari atom C nomor 1 dengan gugus hidroksil pada molekul gula yang lain. Ada tidaknya molekul gula yang bersifat pereduksi tergantung dari ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif yang terletak pada atom C nomor 1. Xilan tersusun dari polimer molekul xilosa yang memiliki struktur dengan gugus karbonil yang berada pada ujung rantai karbon, yang menunjukkan bahwa xilosa mempunyai gugus aldehid bebas dan reaktif sehingga xilosa termasuk dalam kategori gula pereduksi.

4.2.3 Derajat polimerisasi ekstrak xilan