Uji Koefisien Determinasi R Uji Koefisien Regresi Parsial Uji t

sempurna antarvariabel-variabel independen yang ditunjukkan oleh korelasi antarvariabel yang berada di bawah batas rule of thumb r 0,85. Tabel 4.8 Matrik Korelasi Antarvariabel Independen Pendapatan Nasional Suku Bunga Tabungan Inflasi Pertumbuhan Investasi Pendapatan Nasional 1.0000 -0.8227 -0.1552 0.0951 Suku Bunga Tabungan -0.8227 1.0000 0.1371 -0.1135 Inflasi -0.1552 0.1371 1.0000 -0.2743 Pertumbuhan Investasi 0.0951 -0.1135 -0.2743 1.0000 Sumber: Pengolahan Eviews Metode lain untuk menguji asumsi multikolinieritas adalah menggunakan deteksi Klien, yakni membandingkan nilai R 2 dari model asal dengan nilai R 2 dari semua regresi auxilary. Berdasarkan hasil pengolahan dengan Program Eviews dapat diketahui bahwa semua nilai R 2 dari regresi auxilary lebih rendah dari R 2 pada model regresi awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa estimasi model regresi sudah memenuhi asumsi yang keempat, yakni terbebas dari multikolinieritas.

4.2.2. Pengujian Parameter Model

4.2.2.1. Uji Koefisien Determinasi R

2 Uji statistik yang pertama dilakukan adalah uji koefisien determinasi R 2 yakni untuk melihat tingkat kesesuaian atau kecocokan dari estimasi model yang erbentuk goodness of fit. Koefisien determinasi menjelaskan seberapa besar proporsi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Dalam model diperoleh nilai koefisien R 2 0,9748 yang berarti variabel pendapatan nasional, suku bunga tabungan, inflasi, dan pertumbuhan investasi dapat memengaruhi variabel pengeluaran konsumsi rumahtangga sebesar 97,48 persen, selebihnya dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 4.2.2.2. Uji Koefisien Regresi Secara Menyeluruh Uji F Pengujian parameter model berikutnya adalah dengan menggunakan uji koefisien regresi secara menyeluruh atau disebut uji F F-tes. Hipotesis nol H yang diajukan dalam uji ini adalah nilai koefisien β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = β 5 =0 yang berarti tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis alternatifnya adalah ada satu koefisien β i ≠0 atau minimal ada satu variabel bebas yang memengaruhi variabel tidak bebas. Nilai F- hitung dari hasil regresi signifikan pada nilai α=5 dengan nilai F- hitung sebesar 326,1480. Berdasarkan kondisi tersebut maka keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis nol atau menerima hipotesis alternatif. Hal ini berarti keempat variabel tidak bebas dalam model secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap variabel pengeluaran konsumsi rumahtangga atau model yang digunakan cukup baik Tabel 4.9 Nilai Statistik Model Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga Tabungan, Inflasi, Pertumbuhan Investasi dan Dummy Kenaikan BBM terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga R-squared 0.977814 Adjusted R-squared 0.974816 F-statistic 326.1480 ProbF-statistic 0.000000 Sumber: Pengolahan Eviews

4.2.2.3. Uji Koefisien Regresi Parsial Uji t

Pengujian secara parsial terhadap semua koefisien regresi dilakukan dengan uji t t-test. Hipotesis yang diajukan dalam pengujian ini adalah masing- masing koefisien persamaan bernilai nol atau β i =0. Artinya adalah tidak ada pengaruh dari variabel bebas X i terhadap variabel tidak bebas Y. Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah β i ≠0 yang artinya ada pengaruh dari setiap variabel bebas X i terhadap variabel tidak bebas Y. Jika nilai t statisik t table α2,n-k maka tolak H berarti dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas. Selain itu, dapat juga dilihat dari prob masing- masing variabel bebasnya. Apabila prob variabel bebas α=0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas. Dibandingkan dengan nilai t-tabel t 37 ; 2 05 , yang sebesar 2.02619, koefisien  ,  1 ,  2 , dan  4 , dalam persamaan memiliki nilai t-hitung yang lebih besar. Hanya koefisien 3 dan  5 yang lebih rendah dari t-tabel, atau signifikan pada taraf 0,5893 dan 0,1702. 4.2.3. Analisis Model Fungsi Konsumsi Fungsi pengeluaran konsumsi rumahtangga di Indonesia selama kurun waktu tahun 2000 – 2010 secara ekonomi dipengaruhi oleh pendapatan nasional, suku bunga tabungan, dan perubahan investasi. Kenaikan harga BBM yang terjadi antara tahun 2001-2008 ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. Sedangkan inflasi yang terjadi selama kurun waktu tersebut tidak signifikan memengaruhi pengeluaran konsumsi rumahtangga.

4.2.3.1. Pengaruh Pendapatan Nasional Terhadap Pengeluaran Konsumsi