Teori Konsumsi Landasan Teori

14 S = Y d – C Sedangkan kecenderungan menabung dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan menabung rata-rata. Kecenderungan menabung marginal atau marginal propensity to save MPS adalah perbandingan antara pertambahan tabungan karena adanya pertambahan pendapatan disposibel. MPS = d Y S   Dimana ΔS adalah pertambahan tabungan dan ΔY d adalah pertambahan pendapatan disposibel yang menyebabkan pertambahan tabungan tersebut. Kecenderungan menabung rata-rata atau marginal average to save APS menunjukkan perbandingan antara tabungan dengan pendapatan disposibel. APS = d Y S Selain fungsi konsumsi yang merupakan fungsi dari pendapatan disposibel ada beberapa teori konsumsi dengan hipotesis yang menghubungkan antara tingkat konsumsi dengan variabel lain sehingga dalam teori konsumsi dikenal dengan hipotesis Keynes dan Post Keynes.

2.2.2. Teori Konsumsi

2.2.2.1.Teori Konsumsi Keynes Dasar teori Keynes tentang hipotesis pengeluaran untuk konsumsi adalah hukum psikologis fundamental, bahwa manusia diatur, seperti sebuah peraturan dan berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan 15 mereka naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan, bahkan lebih kecil daripada kenaikan pendapatan Mankiw, 2007. Selain menggunakan analisis statistic, Keynes membuat dugaan-dugaan tentang fungsi konsumsi berdasarkan instrospeksi dan observasi kasual. Pertama dan terpenting, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal atau marginal propensity to consume MPC yaitu; kenaikan konsumsi dari setiap unit pendapatan, dimana besarnya nilai MPC berkisar antara nol dan satu. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau average propensity to consume APC, turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan merupakan kemewahan, sehingga orang kaya cenderung menabung dengan proporsi lebih tinggi dari pendapatan mereka dibanding proporsi tabungan terhadap pendapatan orang miskin. Walaupun tidak esensial untuk teori Keynes sendiri, tetapi dalil bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal turun ketika pendapatan naik menjadi pusat kajian dari ilmu ekonomi Keynesian awal. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat tabungan tidak memiliki peran penting. Asumsi dasar ini berlawanan dengan kepercayaan dari para ekonom klasik sebelumnya. Para ekonom klasik berpendapat bahwa tingkat bunga yang lebih tinggi akan mendorong tabungan dan menghambat konsumsi. Keynes menegaskan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Namun Keynes menulis bahwa kesimpulan utama yang diberikan oleh pengalaman adalah 16 bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatan bersifat sekunder dan relative tidak penting. Jadi, menurut Keynes konsumsi secara mutlak absolut cenderung lebih banyak dipengaruhi dari tingkat pendapatan sekarang. Berdasarkan dugaan tersebut, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut: C = C + cY, C 0, 0c1 Keterangan: C = konsumsi Co = konstanta c = kecenderungan mengkonsumsi marginal Y = pendapatan disposibel Mankiw, 2007:447-448 Dalam fungsi konsumsi Keynes, kecenderungan mengkonsumsi marginal c adalah antara nol dan satu, sehingga dengan bertambahnya pendapatan akan menyebabkan konsumsi dan tabungan yang lebih tinggi. Sedangkan fungsi konsumsi yang memenuhi dugaan yang kedua tentang kecenderungan mengkonsumsi rata-rata adalah: AC = CY = C Y + c Ketika Y meningkat, C Y turun, dan begitu pula kecenderungan mengkonsumsi rata-rata CY turun. Fungsi konsumsi dapat ditunjukkan melalui gambar berikut: 17 Sumber: Sukirno, 2005 Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Menurut teori konsumsi absolute income hypothesis dari Keynes, konsumsi ditentukan oleh tingkat pendapatan absolut, sehingga hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan fungsi konsumsi dalam jangka panjang, sehingga kurva konsumsi selalu memotong sumbu vertikal. Tetapi berdasarkan studi empiris dari Kuznets, fungsi konsumsi jangka pendek bergeser ke atas sepanjang waktu sehingga menghasilkan konsumsi jangka panjang. Jadi fungsi konsumsi menurut absolute income hypothesis merupakan fungsi konsumsi jangka pendek, sedangkan fungsi konsumsi jangka panjang dapat ditentukan melalui pergeseran keatas dari fungsi konsumsi dalam jangka pendek. Karena dalam jangka panjang nilai CY atau APC tidak banyak berubah dan cenderung tetap, sehingga fungsi konsumsi jangka panjang merupakan garis lurus melalui Y=C C=C +cY Konsumsi C Pendapatan Y C 18 titik nol. Dengan demikian, nilai MPC mempunyai kecenderungan tidak banyak berubah, sehingga dalam jangka panjang nilai MPC=APC. Sumber: Prasetyo, 2009 Gambar 2.2 Fungsi Kansumsi Jangka Pendek dan Jangka Panjang 2.2.2.2.Teori Konsumsi Berdasarkan Pilihan Antarwaktu Dalam memutuskan besaran tingkat konsumsi dan tabungan dengan tingkat pendapatan yang ada, perlu mempertimbangkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Semakin besar konsumsi yang dapat dinikmati pada hari ini, semakin sedikit konsumsi yang dapat dinikmati hari esok. Kondisi tradeoff ini mengharuskan rumahtangga memperhitungkan perkiraan pendapatan dimasa depan yang akan diterima dengan konsumsi yang dapat mereka nikmati. Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan LRC SRC 3 SRC 2 SRC 1 Ctahun Ytahun a b c SR→ MPCAPC LR→ MPC=APC 19 dan rasional membuat pilihan antarwaktu, yaitu pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Irving Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh konsumen, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan. Alasan orang mengkonsumsi lebih sedikit daripada yang mereka inginkan adalah karena konsumsi mereka dibatasi oleh pendapatan. Dengan kata lain, konsumen menghadapi batasan dalam menentukan berapa banyak yang pendapatan yang bisa mereka belanjakan, yang disebut batas atau kendala anggaran budged constraint. Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan mengkonsumsi hari ini versus berapa banyak akan menabung untuk masa depan, mereka menghadapi batasan anggaran antarwaktu intertemporal budged constraint , yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan dimasa depan Mankiw, 2007. Persamaan di bawah ini menunjukkan bagaimana pendapatan konsumen dalam dua periode membatasi konsumsi dua periode tersebut. S = Y 1 – C 1 Dalam periode pertama jumlah tabungan S sama dengan pendapatan periode pertama Y1 dikurangi konsumsi periode pertama C 1 . C 2 = 1 + rS + Y 2 Konsumsi dalam periode kedua C 2 merupakan akumulasi tabungan termasuk bunganya, ditambah dengan pendapatan periode kedua Y 2 , dimana r adalah tingkat bunga riil. Kedua persamaan diatas dapat diderivasikan sebagai berikut: 20 C 2 = 1 + r Y 1 – C 1 + Y 2 1 + rC 1 + C 2 = 1 + rY 1 + Y 2 C 1 + r C  1 2 = Y 1 + r Y  1 2 Persamaan ini menghubungkan konsumsi selama dua periode dengan pendapatan dalam dua periode. Persamaan ini adalah cara standar untuk menunjukkan batasan anggaran antarwaktu konsumen. Jika tingkat bunga adalah nol, batas anggaran menunjukkan bahwa konsumsi total akan sama dengan pendapatan totalnya. Sedangkan jika tingkat bunga tidak sama dengan nol, konsumsi dan pendapatan masa depan akan didiskontokan oleh faktor 1 + r yang berasal dari bunga tabungan. 2.2.2.3.Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Daur Hidup Teori konsumsi berdasarkan hipotesis daur kehidupan life cycle hypothesis dikemukakan oleh tiga ekonom yaitu: Albert Ando, Richard Brumberg dan Franco Mondigliani. Teori ini mempelajari fungsi konsumsi berdasarkan model perilaku konsumen Fisher dimana konsumsi bergantung pada pendapatan seumur hidup seseorang. Mondigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Pada dasarnya hipotesis daur hidup berpendapat bahwa konsumsi seseorang dalam suatu waktu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pendapatan yang akan diterima seseorang selam hidupnya dan lamanya seseorang itu akan terus 21 hidup walaupun tidak bekerja lagi. Pendapatan seseorang selama bekerja bervariasi dan kebanyakan orang merencanakan pensiun dari bekerja pada umur 65 tahun, dan mereka berekspektasi pendapatan akan turun setelahnya. Adanya penurunan pendapatan tidak mengurangi keinginan untuk menurunkan standar kehidupannya dibanding dengan konsumsi saat sekarang. Asumsi dasar teori konsumsi hipotesis daur hidup adalah menganggap bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka selama periode yang panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka untuk membuat hidup mereka lebih baik. Sedang asumsi utamanya bahwa kebanyakan orang memilih gaya hidup yang stabil, secara umum bukannya banyak menabung disuatu periode demi pendapatan yang besar di periode berikutnya, tetapi mengkonsumsi yang sama di setiap periodenya. Sumber: Sukirno, 2005 Gambar 2.3 Konsumsi dan Pendapatan dalam Daur Kehidupan C CY WaktuT Y saving dissaving dissaving 22 Karena orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka. Orang muda akan mempunyai tabungan yang rendah atau negatif dissaving, usia menengah tingkat tabungan yang tinggi atau membayar pinjaman yang dibuat pada masa muda dulu, dan usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. 2.2.2.4.Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Permanen Teori konsumsi berdasarkan hipotesis pendaptan permanen permanent income hypothesis telah dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini, pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen permanent income dan pendapatan sementara transitory income. Pendapatan permanen yang dimaksud adalah kekayaan dan pendapatan yang dibelanjakan sekarang dan yang akan datang jumlahnya tetap demi menjaga kestabilan konsumsi sepanjang hidupnya. Pendapatan permanen dapat diperoleh dari upah atau gaji tetap yang diterima, atau pendapatan dari semua faktor yang menentukan kekayaan. Sedangkan pendapatan sementara adalah bagian pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan dan tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Milton Friedman menyatakan bahwa pendapatan sekarang terdiri dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara atau pendapatan transitori. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut: Y = Y p + Y t 23 Dimana Y adalah pendapatan sekarang, Y p adalah pendapatan permanen dan Y t adalah pendapatan sementara. Dalam hipotesis ini Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan memengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. Friedman menyimpulkan konsumsi bersifat proporsional terhadap pendapatan permanen sehingga fungsi konsumsi dapat ditunjukkan dengan persamaan C = αY p Dimana α adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsi. Sedangkan kecenderungan rata-rata dari hipotesis pendapatan permanen adalah sebagai berikut: APC = CY = αY p Y Menurut hipotesis pendapatan permanen, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata tergantung pada rasio pendapatan permanen dengan pendapatan sekarang. Bila pendapatan sekarang secara temporer naik diatas pendapatan permanen, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan turun, sebaliknya jika pendapatan sekarang secara temporer turun terhadap pendapatan permanen maka kecenderungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer akan naik. 24 2.2.2.5.Teori Konsumsi Berdasarkan Hipotesis Pendapatan Relatif Teori konsumsi berdasarkan hipotesis pendapatan relatif adalah pengembangan lebih lanjut dari fungsi konsumsi Keynes yang dilakukan oleh James S. Duesenberry. Dasar dari teori ini adalah studi empiris yang dilakukan Kuznets dimana James Duesenberry mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Jika pendapatan berkurang maka konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang masih tetap tinggi, mereka terpaksa harus mengurangi besarnya tabungan. Jika pendapatan bertambah lagi, maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan tabungan akan bertambah sedikit lebih besar. Kenyataan seperti ini akan terus dijumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah pernah dicapai dapat dicapainya lagi. Setelah pendapatan puncak daripada sebelumnya telah dapat dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi. Sedangkan dilain pihak, bertambahnya tabungan tidak begitu cepat. Dasar teori dengan hipotesis tingkat pendapatan relatif dari Duesenberry 1949 didasarkan pada dua asumsi, yaitu: 1. Selera rumahtangga atas konsumsi barang dan jasa adalah interdependent. Artinya pengeluaran konsumsi rumahtangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang disekitarnya lingkungan tetangganya. 25 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran konsumsi rumahtangga atau seseorang pada saat penghasilan naik akan berbeda dengan pola konsumsi ketika tingkat penghasilan turun. Sumber: Prasetyo, 2009 Gambar 2.4 Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Relatif Duesenberry dalam teorinya menemukan bahwa persentase dari konsumsi dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi pada saat perekonomian dalam keadaan buruk. Ketika terjadi perubahan dalam penghasilan, maka konsumsi tidak akan langsung meningkat. Hal ini terjadi karena pengaruh konsumsi periode sebelumnya yang lebih kecil. Demikian pula ketika pendapatan turun maka konsumsi tidak akan turun secara tajam karena terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi adalah persentase dari Y=C+S CS Y C C 1 C 2 LRC Y Y 1 Y 2 a b c d e i g f h j 26 konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar. Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar 2.4. Ketika pendapatan turun dari Y 2 menjadi Y , konsumsi tidak langsung turun ke titik a, tetapi masih tetap berkonsumsi di sepanjang kurva C 1 karena pengaruh konsumsi periode sebelumnya. Konsumsi terletak di titik f dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang konsumsi akan turun ke titik a. Ketika pendapatan turun terjadi pemanfaatan tabungan sebesar af untuk tetap dapat mengkonsumsi yang besar. Proporsi tabungan akan menurun dari yang seharusnya proporsinya adalah gagY , karena dimanfaatkan untuk menutupi konsumsi sehingga hanya mencapai gfgY . Sebaliknya jika terjadi peningkatan pendapatan menjadi Y 2 , tingkat konsumsi tidak akan langsung naik pada kurva C 2 di titik i, tetapi tetap pada kurva C 1 pada titik e dalam jangka pendek, setelah itu dalam jangka panjang akan bergeser ke titik i. Dalam jangka pendek terjadi peningkatan proporsi tabungan, yang seharusnya adalah jijY 2 , namun dalam jangka pendek sebesar jejY 2 . kejadian ini disebut dengan Ratchet Effect, yaitu penurunan atau kenaikan pendapatan tidak secara langsung menurunkan atau menaikkan konsumsi dalam jangka pendek, namun terjadi dalam jangka panjang. Dalam penelitiannya Duesenberry membuat kesimpulan bahwa konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya Ratchet Effect dan perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku konsumsi lingkungannya Demonstration Effect. 27 2.2.2.6.Teori Konsumsi Berdasarkan Pendekatan Modern Teori konsumsi modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari teori yang sudah ada dan tidak dapat dipisahkan dari model dasar teori konsumsi Franco Modigliani dalam teori daur hidupnya serta model konsumsi dari Milton Friedman dalam teori pendapatan permanennya. Secara garis besar, model fungsi konsumsi modern dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Model hipotesis fungsi konsumsi pendapatan permanen berdasarkan pilihan antarwaktu Fisher Fisher’s model of intertemporal choice oleh Robert Hall dan Random-Walk. 2. Hipotesis fungsi konsumsi pendekatan modern dalam hidup penuh ketidakpastian life cycle-permant income hypothesis oleh John Y. Campbell dan N. Gregory Mankiw.

2.3 Variabel Penelitian