17 dalam air, semakin tinggi pula akumulasi logam berat di dalam hati ikan. Waktu
pemaparan logam berat tidak selalu menambah akumulasi logam berat di dalam hati ikan. Logam berat yang masuk ke dalam hati ikan dan udang menyebabkan
gangguan fisiologis, sehingga ikan berusaha mengeluarkannya sebagai bagian dari proses detoksifikasi. Salah satu mekanisme detoksifikasi adalah mengubah zat
menjadi bentuk senyawa yang mudah dikeluarkan dari dalam tubuh.
2.8. Pengaruh Logam Berat Terhadap Biota Perairan
Keberadaan logam berat dalam perairan akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota. Logam berat yang terikat dalam tubuh organisme akan
mempengaruhi aktivitas dari organisme tersebut. Bagi ikan, udang, dan moluska zat pencemar akan mempengaruhi saraf, sifat genetis atau fisiologis serta perilaku
seperti food habit migration. Pengaruh logam berat terhadap biota umumnya terjadi dalam periode telur, larva atau juwana, sehingga menghambat pertumbuhan.
Menurut Jones 1964, ikan yang mengakumulasi logam Pb, Zn, dan Cu pada insangnya akan terbentuk lapisan mukus lendir, sehingga ikan mengalami keadaan
kekurangan oksigen yang disebut Coagulation film anoxia. Pembentukan lapisan mukus tersebut disebabkan terjadinya reaksi penolakan dalam insang ikan terhadap
logam berat yang diabsorpsi. Organ hati yang mengakumulasi logam Pb akan mengalami kerusakan jaringan hati ikan, yaitu degenerasi lemak, hiperemi
pembengkakan, dan nekrosa. Makin tinggi kadar logam berat makin tinggi kerusakannya.
2.9. Batas Aman Konsumsi atau Acceptable Daily Intake
Asupan harian dapat diterima atau ADI adalah ukuran jumlah suatu zat tertentu awalnya diterapkan untuk aditif makanan, kemudian juga untuk residu obat
hewan atau pestisida dalam air minum atau makanan yang dapat dicerna pada satuan hari tanpa resiko kesehatan yang berbahaya. Menurut WHO, batas aman
konsumsi dapat dirumuskan sebagai berikut:
18
Keterangan: Baku mutu Pb = 25
g kg berat tubuhminggu Baku mutu Cd = 7
g kg berat tubuhminggu Baku mutu Cu = 87,5
g kg berat tubuhminggu
19
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan silvofishery Blanakan Subang, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data sekunder,
observasi lapangan, serta pengolahan dan analisis data lapangan laboratorium. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2011 hingga bulan Agustus 2011.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan meliputi bahan utama ikan bandeng, belanak, dan udang segar dan juga bahan yang terdapat di laboratorium, seperti pereaksi kimia.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisa logam berat meliputi asam nitrat HNO
3
0,1 M, asam klorida HCl 6 N, larutan standar Pb, Cd, Cu, dan aquades. Peralatan utama yang digunakan untuk analisa logam berat yaitu Atomic Absorption
Spectrophotometer ASS. Peralatan lainnya yaitu hot plate, gelas piala, corong, labu takar, kertas saring, labu semprot, pipet volumetrik, bulp, oven, cawan gelas
pyrex, alat penghancur contoh kering mortar, timbangan analitik, dan kantung plastik contoh.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder.
3.3.1. Data primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung observasi di lapangan dan wawancara langsung secara tidak berstruktur dengan penduduk
sekitar kawasan tambak serta pihak-pihak yang terkait. Data primer yang diambil antara lain adalah suhu, pH, DO, salinitas dan kandungan logam berat Pb, Cd, dan
Cu pada daging ikan bandeng, belanak, dan udang.
3.3.2. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen- dokumen hasil penelitian atau studi tentang kandungan logam berat di perairan