10 Perubahan suhu lingkungan yang disebabkan oleh polusi panas akan
memberikan suatu dampak terhadap keberhasilan ekosistem untuk terus hidup. Ekosistem tropis adalah yang paling rentan terhadap pengaruh buruk yang
dihasilkan oleh penambahan panas bahang dan kenaikan suhu Johanes et al. 1975 in Connel Miller 1995. Suhu musiman di daerah tropis cenderung stabil, dengan
demikian ekosistem tropis beradaptasi pada toleransi suhu yang sempit. Peningkatan suhu dapat menyebabkan kecepatan metabolisme dan respirasi
organisme air. Peningkatan suhu sebesar 10
º
C menyebabkan konsumsi oksigen meningkat sekitar 2-3 kali lipat. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton di perairan adalah sebesar 20
º
C-30
º
C Effendi 2003. Menurut
Poernomo 1988 in Wahab 2003 kisaran suhu yang diperbolehkan dalam pemeliharaan udang windu adalah 26
º
C-32
º
C sedangkan untuk pemeliharaan benih bandeng di tambak temperatur air bervariasi antara 24
º
C-38,5
º
C Bardach et al. 1973 in Wahab 2003.
2.5.2. Derajat keasaman pH
Variasi nilai derajat keasaman pH pada perairan terbuka relatif stabil pada kisaran 7,5-8,4. Nilai pH di estuari banyak dipengaruhi oleh masukan senyawa
peubah suasana asam-basa dari luar misalnya sungai. Umumnya senyawa dari luar yang masuk ke daerah estuaria memiliki kisaran pH 6,7 atau 8,5 National
Technical Advisory Committe-NTAC 1980. Dan kisaran pH di perairan estuari tropis umumnya 6-9.
Nilai pH dipengaruhi oleh suhu, proses metabolisme, ion-ion dalam air dan kandungan oksigen terlarut Pescod 1973. Nilai pH juga mempengaruhi reaksi
kimia, sehingga sifat kimia senyawa tersebut berubah. Biasanya perubahan nilai pH tertentu pada suatu senyawa dapat menjadi bersifat toksik atau racun bagi biota
perairan. Secara umum logam berat akan meningkat toksisitasnya pada pH rendah, sedangkan pada pH tinggi logam berat akan mengalami pengendapan Kadang
2005. Derajat keasaman pH perairan sangat menentukan dalam usaha budidaya
ikan. Perairan dengan pH rendah akan berakibat fatal bagi kehidupan ikan, yaitu akan memperlambat laju pertumbuhan. Sebagian besar biota akuatik sensitif
11 terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Perubahan keasaman
pada air buangan, baik ke arah alkali pH naik maupun ke arah asam pH menurun, akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya.
2.5.3. Salinitas
Salinitas permukaan dari hasil observasi ditentukan oleh meningkat dan menurunnya evaporasi dan presipitasi, dan salinitas maksimum terjadi pada lintasan
angin dimana evaporasi tahunan lebih besar daripada presipitasi Pickard 1970. Secara alamiah fluktuasi salinitas di daerah pasang surut disebabkan oleh dua hal,
yaitu hujan yang lebat dan penguapan yang besar. Berbagai aktifitas manusia juga mempengaruhi salinitas perairan laut, terutama di daerah pesisir dekat muara sungai,
misalnya bendungan sungai atau kanal. Keadaan salinitas di daerah estuari tidak stabil, berubah dengan keadaan
pasang surut. Selain hal itu ada faktor lain yang mempengaruhi variasi salinitas, seperti topografi estuari serta muatan dan jumlah air tawar. Sebagian besar petambak
membudidayakan udang dalam air payau 15-30 ppt. Menurut Khordi dan Gufran 1997, ikan bandeng akan memiliki pertumbuhan optimum pada kisaran salinitas
10- 35‰. Sedangkan udang windu Penaeus monodon, udang peci P. merguensis
akan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 15-22 ‰.
2.5.4. Oksigen terlarut